Seorang wanita bernama Tania dijodohkan dengan teman masa kecilnya bernama Ikrar Abraham. Mereka berdua sama - sama saling mencintai. Namun, mereka mulai terpisah saat Ikrar melanjutkan pendidikannya di luar negri.
Saudara tiri Tania yang menginginkan semua milik Tania termasuk Ikrar, lelaki yang dijodohkan Tania, berusaha memisahkan mereka berdua. Bahkan demi melancarkan niat jahatnya itu. Ia dan ibunya mengusir Tania dari Rumah besarnya.
Saat Ikrar kembali untuk menikahi Tania, ia sudah tidak mendapatkan Tania di rumah besar keluarga Tania. Demi perjodohan antar keluarga, Ikrar harus bertunangan dengan Belinda, saudara tiri Tania.
Sementara Tania kini hidup sebagai wanita miskin yang tidak punya apa - apa.
Untuk mendapatkan uang biaya hidupnya, ia harus bekerja apa saja bahkan ia rela mengubah penampilannya menjadi wanita culun saat mulai bekerja sebagai asisten Ikrar. Tidak sampai disitu saja, Ikrar bahkan sering menghina dirinya sebagai wanita bodoh, pengganggu dan wanita penggoda.
Apa yang sebenarnya terjadi pada Tania sampai ia harus menyembunyikan jati dirinya dari semua orang?
Apa yang akan dilakukan Ikrar saat ia tahu kalau wanita yang sering ia hina adalah wanita yang sangat ia cintai?
Simak yuk.
IG: @dewimutiawitular922
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Mutia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18 Kejutan Tuan Reqy
Pukul 13:00 siang
Axel meninggalkan ruangannya untuk mendatangi Tania yang kini masih sibuk bekerja di tempatnya. Dan kini Ia baru saja keluar dari lift membawa sebuah kotak besar ditangannya. Ia berjalan menuju meja kerja Tania sambil tersenyum melihat barang yang ia bawa itu.
Saat ia sudah berada di depan meja kerja Tania, Axel langsung meletakkan barangnya itu di atas meja, tepatnya di depan Tania.
Tania yang sibuk, dan tak tahu kedatangan Axel, langsung mengangkat kepalanya melihat Axel saat kotak itu diletakkan Axel di depannya.
“Apa yang kau bawa?” tanya Tania.
“Gaun pesta,” jawab Axel.
“Gaun pesta!” kata Tania mengerutkan keningnya, bingung dengan maksud Axel memberikannya gaun pesta.
“Iya, gaun pesta untukmu,” balas Axel.
“Kenapa kau memberikanku gaun pesta?” tanya Tania yang masih bingung dengan Axel.
“Hari ini ... kita akan ke pesta ulang tahun Bibi Adel!” kata Axel serius.
“Apa?” Tania terkejut mendengar ucapan Axel. “Kau menyuruhku datang ke sana. Apa kau sadar, aku siapa? Bagaimana bisa aku datang ke pesta itu?”
Axel duduk di depan Tania, kemudian mendekatkan kepalanya di depan Tania.
“Tenang Tania. Tidak akan ada yang tahu kau siapa? Aku saja tidak bisa mengenali penampilanmu sekarang. Lagi pula, aku sedikit cerita tentangmu pada Bibi Adel. Dia ingin bertemu dengamu!” bisik Axel.
“Kau cerita tentangku pada Bibi Adel. Apa kau katakan kalau aku bekerja di Perusahaan ini?” tanya Tania terkejut.
“Hai, dengarkan aku dulu. Aku sama sekali tidak cerita kalau kau adalah Tania yang pernah dijodohkan Ikrar, aku Cuma bilang padanya kalau kau adalah temanku di kantor. Jadi dia mengundangmu ke pestanya malam ini!” jelas Axel dengan serius.
Tania langsung bernafas lega di depan Axel, kemudian berkata: “Aku pikir kau mengatakan semuanya pada bibi!”
“Tidak akan Tania. Tapi, kau mau datang, kan. Aku sudah janji pada Bibi Adel untuk membawamu ke sana. Kau juga pasti merindukannya, kan? Kalau aku tidak membawamu, bibi pasti akan sedih?” tanya Axel memohon pada Tania.
“Axel, aku minta maaf, tapi aku benar – benar tidak bisa datang ke sana. Kau tahu sendiri, kan, kalau Bibi Adelia ulang tahun, mereka hanya mengundang orang – orang terdekatnya. Dan kau tahu sendiri kalau aku sekarang bukan Tania Gunanwan, tapi Tania Salsabila. Bagaimana aku bisa datang kesana?” kata Tania menolak.
“Meskipun kau Tania Salsabila, tapi mulai sekarang kau adalah bagian dari mereka. Aku sudah bilang padamu tadi, kalau kau datang sebagai temanku!” ucap Axel serius.
Tania memejamkan matanya sambil menghela nafas panjang, kemudian kembali menatap Axel.
“Baiklah aku pergi. Tapi, aku tidak bisa lama – lama di sana. Setelah bertemu dengan Bibi Adelia, aku akan pergi!” kata Tania menyetujui permintaan Axel.
“Oke, terserah padamu, yang penting aku sudah membawamu ke sana. Nanti pulang kerja, aku menunggumu di depan kantor!”
“Baiklah,” balas Tania.
Axel kemudian berdiri dari tempat duduknya, kemudian pamit pada Tania untuk kembali turun ke bawah.
Setelah pamitan, Axel berjalan meninggalkan Tania dengan senyuman bahagia di wajahnya. Akhirnya Tania mau pergi bersamanya ke pesta ulang tahun Adelia.
Kemarin saat Axel mengetahui tentang Tania yang masih hidup, ia datang menemui Adelia dan mengatakan kalau ada seorang wanita yang ia sukai. Dan akan ia kenalkan pada bibinya. Adelia sangat senang ketika keponakan kesayangannya itu ingin mengenalkan wanita yang ia sukai padanya. Ia bahkan menyuruh Axel untuk membawanya di hari ulang tahunnya itu. Axel memang sangat dekat dengan Adelia, bahkan melebihi kedekatan Axel dengan Nerissa ibunya sendiri. Ia lebih nyaman menceritakan isi hatinya pada Adelia ketimbang pada ibunya yang hanya mementingkan kedudukan dan kekayaan.
Pukul 4:00 sore.
Tania baru saja keluar dari kantornya setelah melihat Ikrar meninggalkan ruangannya.
Dan kini Tania berdiri di depan kantornya menunggu kedatangan Axel yang akan menjemputnya. Tak lama kemudian, Axel datang dengan membawa mobilnya di depan kantornya, tepatnya di depan Tania.
Ia menurunkan kaca mobilnya ketika Tania menatap mobilnya dengan heran.
“Tania, ayo masuk!” ajak Axel sambil tersenyum melihat Tania.
“Aku pikir siapa yang berhenti di depanku? Biasanya, kan, kau pakai motor ke kantor, tapi baru kali ini melihatmu pakai mobil?” tanya Tania tersenyum.
“Ini mobil ayah, bukan mobilku. Ayo cepat naik!” ajak Axel kembali
Tania pun segera naik ke dalam mobil Axel. Dan Axel meninggalkan Perusahaan Abraham setelah Tania naik ke mobil.
Sementara di Mansion Abraham.
Adelia baru saja selesai mandi. Ia dikejutkan dengan ribuan tangkai bunga mawar di kamarnya. Matanya melotot melihat bunga mawar itu yang memenuhi kamarnya. Apalagi saat ia melihat Reqy memegang 99 tangkai buket bunga mawar di tangannya.
“Selamat ulang tahun sayang!” kata Reqy tersenyum pada istrinya.
Adelia seketika merebut bunga yang di pegang suaminya, menatap bunganya dengan bahagia.
“Terima kasih by, bunganya sangat indah!” ucap Adelia.
“Apa kau tidak mau memelukku?” kata Reqy membentangkan kedua tangannya di depan Adelia.
Adelia langsung melemparkan tubuhnya, dan memeluk suaminya di sana.
“Kau itu sudah tua, tapi masih bisa melakukan ini!” kata Adelia yang masih berada di pelukan suaminya.
“Tentu saja harus kulakukan. Sesuatu seperti ini tidak mengenal umur sayang. Selama kita masih bernafas, dan masih bisa melakukannya, tetap harus dilakukan. Kau senang, kan?” tanya Reqy.
“Sangat senang by,” jawab Adelia.
“Ayo lepaskan aku. Kau harus berpakaian, baru kita menemui tamu di bawah. Anak – anak juga pasti sudah ada di bawah!” kata Reqy.
Adelia melepaskan pelukannya, kemudian memegang lengan suaminya menatap suaminya sambil tersenyum.
“Iya, aku pakai baju ya sekarang,” jawab Adelia.
Adelia pun melepaskan lengan suaminya, kemudian berjalan masuk ke dalam ruang gantinya untuk berpakaian. Tak lama kemudian, Adelia keluar dari ruang gantinya setelah memakai gaun pestanya. Ia dan Reqy keluar kamar menuruni tangga menghampiri keluarga dan para tamunya yang ada di bawah.
Saat mereka berdua turun, Ikrar baru saja tiba dan masuk menghampiri ibu dan ayahnya.
Namun, tiba – tiba saja Gressia berlari menghampirinya dan melemparkan tubuhnya di pelukan Ikrar.
“Hei, apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!” kata Ikrar merasa risih dengan tingkah adiknya itu.
“Biarkan aku memelukmu sebentar. Aku belum pernah melihatmu selama aku ada disini!”
“Jaga sikapmu itu. Kau bukan anak kecil lagi, kan, yang harus merengek padaku. Lepaskan aku!” kata Ikrar yang berusaha melepaskan tangan Gressia darinya.
Namun, Gressia semakin mempererat pelukannya pada kakaknya itu, melepas rindunya selama berhari – hari tidak bertemu.
“Gress, aku harus menyapa ayah dan ibu. Apa kau mau kalau aku kena marah lagi sama ayah? Cepat lepaskan!” pinta Ikrar dengan serius.
Gressia melepaskan pelukannya, kemudian mengulurkan tangannya, meminta sesuatu pada Ikrar.
“Apa lagi?” tanya Ikrar saat ia melihat Gressia menggerakkan tangannya, meminta sesuatu darinya.
“Seperti biasa. Mana kado untukku?” tanya Gressia.
Ikrar langsung mencari barang yang diminta Gressia di saku bagian dalam jasnya, kemudian memberikannya pada Gressia.
Ikrar memang selalu rutin memberikan barang mahal pada Gressia saat ibunya merayakan hari ulang tahunnya, dan itu sudah menjadi kebiasaan mereka sejak kecil. Setelah memberikan itu, Ikrar pergi meninggalkan Gressia untuk menghampiri ayah dan ibunya.
.
.
Bersambung.
.
.