Kisah gadis bernama Li Mei adalah putri raja dari Zheng-mi goo yang dikutuk memiliki umur panjang karena dituduh membakar istana selir ayahnya, dia melintasi waktu dari kejaran pengawal istana yang ingin menangkapnya sehingga Li Mei mengalami amnesia karena kecelakaan yang tak terduga. Dan bertemu Shaiming yang menjadi tunangannya.
Mampukah Shaiming membantu Li Mei mengingat semuanya, akankah ingatan Li Mei kembali ? Dan apakah mereka akan bersama dan bahagia ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18 MENGINTAI
Shaiming terjebak dalam arus hujan yang cukup deras saat dia mengikuti utusan Niu.
Pandangannya sempat terhalangi oleh derasnya hujan yang turun sedangkan hari mulai beranjak sore.
Suasana sore yang gelap mulai menghalangi penglihatannya ditambah oleh derasnya air hujan saat itu.
BLEZH... BLEZH... BLEZH... !
Shaiming mengintai dari balik tembok dekat jalan dimana pria bertopi fedora hitam berjalan. Dia terus mengikuti pria yang di duga adalah utusan Niu sejak dari jalan menuju ke rumahnya sampai tempat ini.
"Apa dia benar-benar utusan Niu seperti yang dikatakan oleh Leyu ?", ucap Shaiming.
Ketika dia mengintai dari jarak dekat, pikiran Shaiming sempat ragu jika pria aneh itu adalah utusan Niu dan sengaja Shaiming mengikuti pria bertopi fedora hitam dari arah yang cukup dekat agar dia dapat menyelidikinya lebih teliti.
Shaiming terus memperhatikan langkah kaki pria bertopi fedora hitam yang terus berjalan di sepanjang jalan pertokoan.
Tepat di depan sebuah bar lama, pria yang mengenakan topi fedora warna hitam langsung masuk ke dalam bar.
"Dia masuk ke bar lama... Siapa yang ingin dia temui di sana ?", ucap Shaiming.
Shaiming mengeluarkan jam saku di tangannya seraya memperhatikan gerak jam yang tidak memliki jarum petunjuk waktu.
TEK... ! TEK... ! TEK... !
Suara detak jam saku terdengar halus bunyinya kemudian kaca permukaan jam berubah cepat menjadi seperti layar bergambar.
"Itu dia..., ternyata pria itu sedang bertemu wanita bar yang waktu itu...", ucap Shaiming yang terus memperhatikan layar pada jam saku miliknya.
Shaiming bergegas berteleportasi ke dalam bar lama.
Kehadirannya tidak dapat diketahui oleh siapapun di dalam bar karena Shaiming sengaja membuat dirinya transparan.
"Benar..., wanita itu adalah wanita bar waktu itu, aku belum sempat menyelidikinya karena aku masih berurusan dengan Li Mei", kata Shaiming.
SRET... !
Wanita bar lalu mengeluarkan foto bergambar Li Mei ke atas meja bar, sembari mengeluarkan pipa asap dari dalam tasnya.
Mengarahkan pipa asap itu kepada pria bertopi fedora hitam.
"Hmmm... Bisakah kau membantu ku untuk menyalakan pipa asap ini ?", ucap wanita bar.
"Kau ini wanita, nona ! Tidak baik terlalu banyak mengisap pipa asap bagi kesehatan mu...", sahut pria itu sambil menyalakan korek api.
"Sedikit morphin bukan masalah, aku hanya menghisapnya untuk menghilangkan rasa lelah ku, tuan Niu", ucap wanita bar.
"Yah, aku tahu itu kalau kau sangat kecanduan morphin tapi aku sarankan kau lebih menjaga tubuh mu", sahut pria yang di panggil dengan utusan Niu.
Senyum tipis menghias sudut bibir wanita bar lalu dia berkata.
"Kau sepertinya sangat mengkhawatirkan diri ku, tuan Niu... Apakah kau ingin aku melayani mu malam ini ?", kata wanita bar.
Wanita bar menghisap pipa asap di tangannya dalam-dalam sembari melirik ke arah utusan Niu.
Menghembuskan asap dari bibirnya ke arah utusan Niu seraya tertawa.
"Tidak perlu sungkan-sungkan untuk memintanya dari ku karena aku akan dengan sukarela melayani mu", bisik wanita bar.
"Ehem... !", sahut utusan Niu berdehem pelan. "Apa kamu sudah menyelesaikan pekerjaan mu ?", sambungnya.
"Tentu sudah...", sahut wanita bar sambil memainkan asap di dalam mulutnya.
"Lantas ?", tanya utusan Niu.
"Lantas apa !? Yang aku tahu hanya menunjukkan foto perempuan polos itu pada setiap orang yang aku temui di jalan !?", sahut wanita bar.
"Informasi apa yang kamu dapatkan dari tugas itu", kata utusan Niu.
Utusan Niu meraih foto bergambar Li Mei lalu memandanginya dengan serius.
"Beberapa orang yang aku temui di sepanjang Kota Beijing tidak melihatnya atau mengenalnya", kata wanita bar.
"Artinya kau gagal mendapatkan informasi tentangnya", ucap utusan Niu.
"Tidak juga... Fuh... Fuh... Fuh... !!!", sahut wanita bar sambil menghembuskan asap.
"Tidak juga... !?", kata utusan Niu.
Tampak utusan Niu mengerutkan keningnya ketika dia mendengar penjelasan wanita bar, dia mulai penasaran.
"Ayolah ! Biarkan aku melayani mu setidaknya malam ini saja ! Apa kekurangan ku coba ???", kata wanita bar.
Wanita bar dengan sengaja menurunkan bagian depan gaunnya agar utusan Niu dapat leluasa melihatnya jelas.
"Cantik, bukan !?", bisik wanita bar di telinga utusan Niu.
"Apa kau kurang kerjaan, menggodaku seperti itu ???", tanya utusan Niu.
"Dua bukit kembar ku ini sangat banyak yang menginginkannya tetapi hanya kau saja yang menolaknya, tuan Niu", sahut wanita bar.
Wanita bar itu terlihat lebih berani memperlihatkan bagian dadanya yang membusung kepada utusan Niu.
"Jika kau ingin menikmatinya maka aku tidak akan melarangnya bahkan aku akan bersedia memberikannya pada mu, tuan Niu", ucap wanita bar.
"Sayangnya, aku tidak berminat pada mu", sahut utusan Niu sambil melirik ke arah bagian dada wanita bar yang terbuka polos.
"Cih !? Kau ini ! Berlagak suci saja !", ucap wanita bar dengan cemberut.
"Jangan membuang-buang waktu ku karena aku harus segera pergi mencari informasi tentang gadis ini !", kata utusan Niu.
"Aku mengajak mu kemari karena aku ingin bertemu dengan mu lagi", sahut wanita bar.
"Sayangnya, aku harus segera pergi !", kata utusan Niu.
Pria bertopi fedora hitam menyingkirkan genggaman tangan wanita bar dari atas lengannya lalu dia beranjak berdiri.
"Jika tidak ada informasi apapun tentang Li Mei. Jangan ajak aku kemari lagi karena aku tidak suka bau tempat ini !", kata utusan Niu.
"Setidaknya aroma kejantanan sangat kuat tercium dari tempat ini..., dan aku sangat menyukainya, tuan...", sahut wanita bar.
Wanita bar kembali menghisap pipa asap di mulutnya dalam-dalam kemudian menyandarkan punggungnya sembari tersenyum manis.
"Apa kau akan pergi, tuan ?", tanya wanita bar yang masih berusaha menggoda utusan Niu.
"Ya...", sahut singkat utusan Niu.
"Sayang sekali, perjumpaan kita hanya seperti ini... Tidak ada hal lain yang menarik terjadi diantara kita, tuan Niu...", lanjut wanita bar.
Wanita bar mengedipkan salah satu matanya ke arah utusan Niu.
"Dan aku berharap hal lain itu tidak pernah terjadi, nona", sahut utusan Niu sambil menurunkan ujung topi fedoranya.
"Bayaran pantas apa yang akan aku dapatkan jika aku memberimu informasi lebih mengenai gadis itu ?", kata wanita bar.
"Cukup satu berlian untuk membyar mu sesuai harga di pasaran", sahut utusan Niu.
Utusan Niu mengeluarkan sebutir berlian dari kantung kain yang diambilnya dari saku pakaiannya kemudian memperlihatkan berlian itu pada wanita bar.
Sebuah berlian cantik berwarna merah muda bersinar-sinar sangat indahnya di atas telapak tangan utusan Niu.
Menarik seluruh perhatian wanita bar pada berlian cantik itu.
"Woah... !? Ini indah sekali, pasti sangat mahal harganya... !!!", ucap wanita bar berseru kagum.
"Apa kau suka ?", tanya utusan Niu.
"Aku sangat menyukainya, tuan Niu !", sahut wanita bar.
Utusan Niu lalu tersenyum mendengar jawaban dari ucapan wanita bar.
"Jika kau suka maka ambillah ! Berlian ini jadi milik mu sekarang !", ucap utusan Niu.
"Benarkah... ", sahut wanita bar semakin terkagum-kagum.
"Tapi tukar lah informasi tentang Li Mei yang kau dapat maka aku akan memberi mu berlian cantik ini", kata utusan Niu.
"Baik, baik, aku akan memberitahukan informasi tentang gadis bernama Li Mei pada mu", sahut wanit bar.
"Katakan ! Dimana dia ?", ucap utusan Niu.
"Gadis itu terlihat di sebuah kedai penjual tanghulu beberapa hari yang lalu. Dan aku memperoleh informasi tentang Li Mei dari penjual tanghulu", kata wanita bar.
"Apa kau tidak berbohong pada ku ???", sahut utusan Niu.
"Untuk apa aku berbohong pada mu, tujuan ku adalah uang, tuan", ucap wanita bar.
Terlihat wanita bar sedang merangkak pelan di atas sofa bar ke arah utusan Niu yang sedang menggenggam berlian di tangannya.