Diperlakukan bak seorang ratu oleh suaminya, membuat Mentari percaya bahwa tidak akan pernah ada orang ketiga di rumah tangganya.
Namun, kenyataan seolah menamparnya dan membuat ia sadar, bahwa ia hanya dimanfaatkan bukan diinginkan.
Pria yang sangat ia cintai dan sangat dipercaya sepenuhnya oleh wanita itu, kini berhubungan dengan wanita lain, dan hanya menganggap dirinya sebagai istri pajangan.
Jika menyerah karena dikhianati, itu bukan putri Devan namanya, Mentari yang merasa kecewa, ia memilih mencari seorang pria yang mau menemaninya tidur layaknya seorang suami pada istrinya, hingga hubungan terlarang itu membuat Mentari hamil dengan selingkuhannya tersebut.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Ikuti yuk karya Author ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tufa_hans, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukti Cinta Gala
Brakkkk ...
Devan mengangkat kepalanya mendengar suara dobrakan pintu. Ia mengerutkan kening saat melihat kedua orang tuanya kembali dan datang bersamaan dengan Langit juga Gala.
"Dad, Mom ... ? Apa ada yang ketinggalan?" tanya Devan yang kini melihat Brian dan Gracia kembali ke ruangan tersebut.
"Langit, kamu ajak Grandma pulang! Aku ingin bicara dengan dengan Daddymu dan pria ini," ucap Brian dengan wajah datar tanpa ekspresi.
"Tapi Grandpa, aku ingin mendengar kalian mau bahas apaan? Aku ... "
"Sayang ... ayo pulang!" Gracia menarik pergelangan tangan sang cucu hingga membuat Langit terpaksa ikut Gracia meskipun terpaksa.
"Grandma, lepaskan!" teriak Langit.
Akan tetapi, Gracia tidak mendengarkan sang cucu. Ia tetap menarik pergelangan Langit meskipun sang cucu menolak untuk ikut.
*
*
*
Sementara di ruangan Devan. Brian dan Gala duduk di seberang meja kerja CEO. Jika Brian menatap Devan dengan tatapan tajam, sementara Devan dan Gala memasang wajah santai.
"Jelaskan padaku! Kenapa dia bilang bahwa kamu merestui hubungannya dengan Mentari?" tanya Brian pada Devan.
Brian menatap sang putra merah padam. Ia menahan amarah yang kian membuncah karena kelakuan putranya yang di luar nalar.
Sementara Devan melirik Gala, pria paruh baya itu kini menatap wajah Gala tajam. Sementara yang ditatap hanya tersenyum tipis.
"Maafkan aku calon mertua, aku sengaja melakukan ini untuk membalasmu karena aku yakin bahwa dirimulah yang menyembunyikan surat-suratku dari Mentari hingga aku harus kehilangan dia." Gala terus menatap Devan dengan senyum tipisnya, namun dapat dilihat dengan jelas oleh pria paruh baya itu.
"Aku cuma bilang merestui, Dad! Aku tidak menikahkan dia dengan Mentari." Devan mencari akal agar tidak mendapatkan amarah dari sang Daddy.
"Aku tidak ingin kejadian yang sudah lalu terulang pada cucuku! Cukup kamu dan Catherine yang melakukan kegilaan itu." Brian menatap Devan tanpa mengalihkan tatapannya dari putranya tersebut.
Gala mengerutkan kening mendengar ucapan Brian. "Kegilaan? Apa yang dimaksud dengan Kegilaan Tuan Devan dan Nyonya Catherine oleh Tuan Brian?" Gala membatin.
"Daddy, aku terpaksa melakukan hal itu, Dad! Jika aku tidak menolong Catherine, maka dia akan tetap sengsara." Devan menatap Brian dengan tatapan lelahnya.
Brian masih tetap menatap sang putra dengan tatapan elangnya. "Apakah Mentari sengsara seperti Chaterine? Kenapa kamu harus memberi izin pada pria lain untuk menghancurkan rumah tangga putrimu? Apa kamu begitu lemah hingga kamu tidak bisa membuat putrimu bahagia?" tanya Brian dengan tatapan kecewa.
"Maaf, Dad! Aku melakukan semua ini, karena aku tidak ingin Mentari merasakan apa yang istriku rasakan!" jawab Devan.
"Apa maksudmu?" tanya Brian.
Devan menatap Gala sekilas, pria paruh baya itu sangat percaya pada Gala, ia tahu betul sebesar apa cinta Gala pada sang putri. Hingga ia memberikan pria itu izin untuk mendapatkan putrinya dan menghancurkan Demian yang telah membuat Mentari sengsara.
"Demian hanya memanfaatkan putriku demi keuntungannya. Dia menikahi Mentari karena harta, bahkan saat ini dia sudah menikah dengan orang lain," ucap Devan.
"Apa?" Brian terkejut mendengar jawaban sang putra.
"Benar, Dad! Sebenarnya aku dan Vernandes sudah menjodohkan mereka sejak kecil, hanya saja mereka yang tidak sabaran, satunya kebelet nikah satunya ngilang tanpa kabar," ucap Devan.
"Saya tahu betul, Anda tahu segalanya!" jawab Gala seraya menatap Devan menahan kekesalan.
"Sudah, sudah! Aku tidak ingin mendengarkan kalian lagi, jika kalian tidak bisa menjemput Mentari, maka aku yang akan menjemput cucuku!" ucap Brian dengan tangan yang terkepal.
"Aku mohon, Dad! Biarkan Mentari menyelesaikan masalahnya sendiri, aku percaya Mentari bisa menemukan jalan keluar untuk masalahnya." Devan menatap Brian dengan wajah datar tanpa ekspresi.
Brian pun menatap Gala sekilas. "Terus kenapa kamu harus meminta dia untuk mendekati cucuku? Apakah begini caramu untuk membantu putrimu?" tanya Brian.
"Tidak, Dad! Aku hanya tidak ingin Mentari merasa sendiri. Aku meminta Gala bukan untuk menjadi selingkuhan Mentari, tapi aku hanya ingin Demian sadar bahwa putriku sangat berharga."
"Aku yakin Dad, jika Demian melihat kedekatan Gala dengan Mentari, maka dia akan sadar bahwa putriku sangat berarti baginya," ucap Devan dengan tatapan yang begitu serius.
Brian pun terdiam, ia mengingat masa lalunya di mana ia selalu membuat Gracia menderita. Ia sadar bahwa Gracia sangat berharga saat sang istri dekat dengan sahabatnya sendiri, yang sering ia panggil dengan panggilan Dokter Sesat.
"Baiklah, aku percayakan cucuku padamu! Tapi, aku harap jangan sampai nanti putriku yang disalahkan karena tuduhan perselingkuhan," ucap Brian pasrah.
"Baik, Dad! Aku akan berusaha untuk membuat putriku bahagia, meskipun aku tahu jalan yang aku pilih adalah jalan kesalahan," ucap Devan.
"Om Devan tidak perlu khawatir, cintaku tidak pernah salah, jika ada yang salah itu karena perbuatanku, bukan cintaku," ucap Gala.
"Ya sudah, katakan pada Mentari, aku sudah pulang dan aku menunggunya di rumah utama!" ucap Brian yang masih memasang wajah datar.
"Baik Dad," jawab Devan.
"Jujur aku kecewa padamu, Dev! Seharusnya kamu cari tahu tentang calon menantumu, dan aku harap dia bukan pilihan yang salah lagi." Brian menoleh pada Gala yang masih duduk di kursi sebelahnya.
Devan menghela nafas. " Iya, Dad! Aku menyesal dulu tidak memeriksa latar belakang dia lebih dulu. Seandainya aku tetap tidak merestui mereka, mungkin Mentari tidak akan sehancur sekarang!" ucap Devan dengan perasaan bersalah.
"Tapi aku yakin pada Gala, Karena aku tahu betul sebesar apa cinta dia pada Putriku, dan aku mempunyai bukti-buktinya," ucap Devan.
"Memangnya bukti apa yang bisa membuatmu sangat yakin?" tanya Brian.
Devan pun membuka laci di meja kerjanya, lalu mengambil sebuah kotak dan di serahkan pada Brian.
Sementara Gala sangat yakin bahwa semua itu adalah surat-suratnya dan hadiah ulang tahun yang ia berikan pada Mentari setiap tahunnya.
pemeran utama wanita (istri) bebas selingkuh bahkan membiarkan tubuhnya dijamah pria lain itu bukan kesalahan
sedangkan suami selingkuh adalah kesalahan paling fatal
*pelakor adalah wanita hina dan laknat sedangkan pebinor adalah lelaki sejati
kalian bangga dengan pemikiran munafik kayak gini yang kalian bawa kedalam novel kalian, miris
awal awal aja yg indah