"Sudah pernah tidur dengan laki laki?"
"Sudah Tuan."
Ace menjawab dengan cepat tanpa ragu. Ace berpikir polos bahwa tidur yang dimaksudkan oleh pria itu adalah tidur seperti yang sering dia lakukan dengan adik laki lakinya.
"Siapkan dirimu menjadi pelayanku mulai besok."
Ace sangat senang. Meskipun dirinya mendapatkan pekerjaan sebagai pelayan yang penting bisa membebaskan keluarganya dari kesulitan ekonomi. Dia tidak sadar bahwa pelayan yang dimaksudkan pria itu bukan sekedar pelayan biasa melainkan juga pelayan di ranjang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Linda manik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Mama
Ace mengaduh kesakitan. Tubuhnya terjatuh ke lantai karena tuan Hans mendorong tubuhnya dengan kasar. Posisi gadis itu masih terduduk di lantai dengan memegang pinggangnya yang serasa patah. Sedangkan Hans, sudah berdiri dan menatap tidak percaya dengan wanita yang ada di hadapannya. Wanita itu adalah mama kandung Hans dan selama satu tahun terakhir ini menetap di luar negeri.
Hans mengusap tengkuknya. Suasana di ruang tamu itu mendadak horor dengan kehadiran sang mama. Sang mama adalah wanita yang beretika tinggi. Pasti wanita itu tidak menyukai sikapnya yang suka berganti pelayan ranjang. Semoga Randi dan Bibi Santi tidak membongkar tabiat buruknya itu kepada sang mama. Suasana itu semakin horor ketika sang mama memangkas jarak diantara mereka dengan tatapan tajam kepada Hans.
"Mama pulang?" tanya Hans untuk mencairkan suasana. Tangannya bergerak menyuruh Ace pergi dari ruangan itu tapi Ace tidak memperhatikan pergerakan tangan Hans karena Ace sibuk mengusap bokongnya yang terasa sakit. Hans juga tidak mengetahui jika Ace tidak melihat pergerakan tangannya karena posisinya membelakangi tubuh Ace dan menghadap ke sang mama.
"Apa mama tidak nyata sehingga kamu menanyakan hal itu. Mama dan papa sudah satu bulan di kota ini."
Wanita itu dengan santai duduk di sofa setelah melirik ke arah Ace terlebih dahulu. Sedangkan Hans terkejut dengan pengakuan sang mama. Hans lebih terkejut lagi ketika melihat Ace masih terduduk di ruang tamu itu. Hans menatap Ace dengan tajam kemudian menggerakkan bola matanya menyuruh Ace supaya pergi dari ruangan itu. Hans takut, keberadaan Ace di ruangan itu akan membongkar tabiat buruknya di hadapan sang mama.
"Apa pinggangnya patah?" batin Hans. Ace terlihat kesakitan tanpa bersuara.
"Apa kamu mendorong wanita itu sangat kuat sehingga dia sangat kesakitan seperti itu?. Dimana perasaan mu memperlakukan seorang wanita seperti itu," tanya sang mama dengan sinis. Hans mengusap kepalanya. Dan berharap Ace secepatnya pergi dari hadapan mereka.
"Ace, bawakan minuman untuk mamaku," perintah tuan Hans. Perintah itu sebagai pengusiran halus supaya Ace secepatnya pergi dari ruang tamu itu.
"Baik tuan," jawab Ace. Susah payah, gadis itu berdiri karena rasa sakit di pinggangnya itu masih terasa. Meskipun begitu, Ace masih berusaha membungkukkan tubuhnya di hadapan mama nya Hans sebelum pergi dari ruang tamu itu.
"Jadi wanita itu pelayan mu?" tanya wanita itu. Tangannya sudah menggeser layar ponsel memperhatikan beberapa foto para pelayan yang pernah bekerja pada putranya. Ace sangat berbeda. Penampilannya sangat sopan.
"Iya ma."
"Kalau dia seorang pelayan. Lalu Bibi Santi sebagai apa di rumah ini?" tanya wanita itu tajam. Hans kembali mengusap kepalanya. Mulutnya seperti terkunci untuk menjawab pertanyaan sang mama. Bibi Santi ditugaskan bekerja di rumah itu untuk mengurus Hans setelah bercerai dari istrinya.
"Ngg.. itu ma. Supaya Bibi Santi tidak terlalu kelelahan."
"Jawaban mu, kurang tepat."
"Benar ma," jawab Hans dengan wajah seserius mungkin. Dia tidak ingin tabiat buruknya diketahui oleh kedua orangtuanya. Dia tidak tahu, jika kedatangan sang mama ke kota ini hanya karena untuk memperbaiki hidup putranya yang sudah bergelimang dalam dosa. Orang tua mana yang menginginkan putranya larut dalam dosa zina seperti yang dilakukan oleh tuan Hans. Begitu juga dengan wanita itu. Mengetahui jika Hans memelihara pelayan di rumah itu untuk memenuhi hasratnya tentu saja mamanya Hans sangat khawatir dan merasa menjadi orang tua yang gagal bagi Hans. Selain itu, kedatangan wanita itu ada alasan yang lebih penting dari itu.
"Lalu, mengapa gadis tadi berada di pangkuan kamu?"
"Biasa ma. Orang susah yang ingin hidup enak. Dia berusaha menggoda aku."
"Atau sengaja kamu membayar gadis itu supaya menggoda kamu."
Wanita itu sengaja berkata seperti itu supaya Tuan Hans terjebak dan mengakui perbuatannya.
"Apaan sih ma. Tidak mungkin lah aku sampai membayar pelayan itu. Kalau aku mau. Banyak wanita berkelas di luar sana yang bisa dijadikan istri daripada menyewa wanita untuk menggoda diriku."
"Oya?. Kalau begitu. Tolong perkenalkan salah satu dari wanita itu kepada mama sebagai bentuk jika kamu sudah move on dari mantan istri mu yang tidak punya akhlak."
Hans menelan ludahnya dengan kasar. Kata kata yang mengingkari kenyataan tentang dirinya menyewa pelayan ranjang untuk dirinya membuat Hans harus memutar otak mencari untuk menolak permintaan sang mama.
Setelah bercerai dari istrinya. Hans menutup diri dari wanita wanita berkelas yang dia sebutkan tadi. Mantan istrinya adalah wanita yang berkelas tapi bisa menjatuhkan harga dirinya sebagai seorang suami. Hans, berpikir jika menyewa pelayan ranjang lebih baik daripada memulai hidup baru dengan wanita lain.
"Mengapa kamu tidak menjawab Hans. Apa kamu memang belum bisa move on?" tanya wanita itu lagi mendesak jawaban dari Hans.
"Aku sudah bisa move on ma."
"Kalau begitu tunjukkan dengan memperkenalkan calon istri kamu."
"Untuk saat ini belum ma. Aku perlu butuh waktu untuk mengenal lebih dalam wanita itu. Apakah dia bisa menerima aku dengan segala kesibukan ku ma. Aku tidak ingin mengulang kesalahan yang sama ma. Cukup hanya Anita yang tidak bahagia menjalani pernikahan dengan aku."
Ingatan Hans melayang ke masa lalu. Dimana pernikahannya dengan Anita yang awalnya bahagia tapi berakhir dengan perceraian karena dirinya yang gila kerja sehingga Anita merasa terabaikan. Hans berpikir jika kerja kerasnya akan bisa memenuhi kebutuhan Anita. Apalagi saat itu, perusahaan milik keluarga Hans butuh pemimpin pekerja keras seperti dirinya. Usaha untuk menyenangkan istrinya itu ternyata tidak dihargai oleh Anita. Wanita itu memilih menuntut dirinya di pengadilan karena Hans lebih mementingkan pekerjaan daripada mementingkan kebahagiaan keluarganya.
Hans tentu saja merasa kecewa dengan keputusan Anita. Dan dirinya sebagai pihak tergugat kala itu membuat Hans merasa tidak dihargai. Harga dirinya merasa terkoyak karena Anita tidak memberikan kesempatan kedua kepada dirinya untuk memperbaiki kesalahan. Berpisah ketika masih sangat sayang kepada Anita, sampai saat ini membuat Hans masih memendam rasa bersalah kepada mantan istrinya itu.
Wanita itu terkekeh. Perkataan Hans seperti sudah mempunyai calon istri dan saat ini dalam proses pengenalan lebih dalam. Dia juga masih bisa menangkap penyesalan karena kegagalan pernikahannya.
"Wanita mana yang kamu maksud?" tanya wanita itu. Dia mengetahui dengan jelas bahwa Hans tidak sedang dekat dengan wanita manapun saat ini.
"Ada ma. Jika sudah klik di hati. Aku akan memperkenalkan kepada mama dan papa."
Wanita itu kembali tertawa. Hans berbohong dan dia mengetahui itu.
"Mama hanya ingin mengenalnya dulu. Hanya berkenalan. Sepertinya tidak masalah. Urusan klik di hati atau tidak. Itu urusan nanti."
Hans merasa frustasi dengan desakan sang mama. Andaikan ada wanita yang sedang dekat dengan dirinya. Itu tidak masalah. Dia sengaja mengarang cerita untuk menutupi kelakuanya yang memelihara pelayan khusus melayani dirinya di ranjang selama ini.
"Mama menginginkan aku menikah secepatnya?".
Wanita itu menganggukkan kepalanya dengan pasti. Dengan menikah, Hans akan terbebas dari Zina. Dia bebas melampiaskan hasratnya kepada wanita halal untuk dirinya.
"Kalau begitu, mama yang mencarikan wanita baik baik untuk menjadi istriku."
Wanita itu menatap Hans tidak percaya. Di saat banyak laki laki di dunia ini yang anti perjodohan. Hans secara tidak langsung minta dijodohkan dengan wanita pilihan sang mama.
"Kok jadi mama yang mencari wanita untuk istri kamu. Yang mau menikah siapa. Kamu kan?. Ya sudah cari sendiri yang menjadi wanita untuk menjadi istrimu."
Hans tersenyum penuh kemenangan. Dia mengetahui sifat kedua orangtuanya. Dalam masalah jodoh anak anaknya. Kedua orang tua Hans tidak memaksakan kehendak mereka. Mereka memberikan kebebasan untuk memilih jodoh sendiri.
"Kalau begitu. Mama harus sabar. Jika tiba waktunya. Aku akan membawa calon istri ke hadapan mama dan papa."
"Jangan bilang kamu belum move on. Ini sudah tahun ketiga kamu menyandang status duda."
"Ya ampun ma. Belum juga sepuluh tahun."
"Jangan sampai sepuluh tahun Hans. Apa kamu mau dicap sebagai duda karatan?.
"Perduli amat dengan penilaian orang ma. Aku yang menjalani kehidupanku. Jika aku bisa bahagia dengan status ini. Mengapa harus repot menikah hanya untuk menciptakan luka."
"Mama yang tidak terima jika kamu sampai sepuluh tahun dengan status duda mu itu. Apakah kamu mau kalah dengan mantan istrimu. Dia sudah menikah dan berbahagia setelah satu tahun menjanda. Jangan sampai mantan istrimu sudah tiga kali menikah tapi kamu masih larut dalam rasa bersalah mu yang tidak jelas itu."
Perkataan sang mama membuat Hans kembali teringat dengan masa lalunya. Mantan istrinya memang langsung memamerkan pernikahan keduanya sedangkan dirinya. Jangan kan menikah, calon saja tidak punya.
"Andaikan kamu mengetahui apa yang menjadi alasan wanita itu bercerai dari kamu. Rasa bersalah itu tidak akan ada di hatimu," batin wanita itu.
Tapi untuk mengungkapkanya sendiri apa alasan Anita bercerai dari Hans. Wanita itu juga tidak mampu. Alasan itu tidak hanya akan membuat sakit hati tapi juga melukai harga dirinya sebagai laki laki. Wanita itu sengaja menyembunyikan itu karena tidak ingin Hans bertindak di luar kendali.
"Kalau mama tidak ingin melihat aku duda sampai sepuluh tahun. Maka bantu aku untuk mencari wanita yang cocok dijadikan seorang istri. Mama tahu kan kriteria wanita yang aku inginkan?"
"Kamu mau minta dijodohkan, Hans?"
"Iya ma. Kan mama tahu sendiri aku tidak punya waktu untuk mendekati wanita."
"Sepertinya, otak kamu sudah bergeser sedikit Hans. Apa kamu kehilangan percaya diri untuk mendekati wanita. Jangan bilang kamu masih cinta sama wanita itu."
"Tidak ma, rasaku sudah hilang terhadap Anita."
"Mama tidak mau tahu. Dan mama tidak akan pernah mencari wanita untuk menjadi istrimu. Nanti dapat pula yang lebih parah dari mantan istri mu. Mama yang kamu salahkan. Dan mama tidak mau tahu. Aku berikan waktu satu minggu kepada kamu untuk memperkenalkan wanita calon Istri mu. Jika tidak, posisi mu akan berganti ke posisi Randi. Randi yang pemimpin tertinggi di kantor dan kamu yang menjadi asisten dari Randi."
"Ya ampun ma. Tidak bisa seperti itu donk."
Hans tidak bisa membayangkan jika perkataan sang mama menjadi kenyataan. Mau ditaruh dimana wajahnya jika posisi bergeser menjadi asisten Randi. Dia tidak bisa membayangkan jika sikapnya memperlakukan Randi sebagai asistennya akan dibalas Randi nantinya.
"Bisa. Mama tidak main main dengan perkataanku. Itu hasil keputusan bersama dengan papa," jawab wanita itu dengan tegas. Dia mengetahui jika keputusan Hans minta dijodohkan hanya sebagai alasan untuk menolak menikah secepatnya.
Hans mengusap wajahnya frustasi. Sang mama sepertinya sangat serius dengan perkataannya. Tidak masalah jika pemimpin di kantornya dialihkan kepada salah satu saudara kandung. Tapi jika dialihkan kepada Randi yang tidak mempunyai hubungan persaudaran dengan dirinya tentu saja hal itu akan menjatuhkan harga dirinya. Dari segi kinerja, Randi memang tidak diragukan dalam hal memimpin kantor karena laki laki itu sangat pintar. Dan kepintaran itu yang menjadi tiket baginya menjadi asisten Hans.
"Sekarang tentukan keputusan mu. Sanggup memperkenalkan calon istri mu dalam satu minggu ini atau tidak. Jika tidak, supaya mama mempersiapkan Randi menjadi pengganti mu. Tapi ingat, jika kamu memilih mundur dari perusahaan. Maka kamu juga, tidak bisa menduduki jabatan penting di anak cabang perusahaan dimana pun. Jika itu terjadi, Anita semakin menertawakan kamu."
Tentu saja, Hans tidak mau itu terjadi. Dia ingin menundukkan jika Bekerja keras demi kemajuan perusahaan menunjukkan sebuah keberhasilan yang dia raih.
"Mengapa mama tiba tiba mendesak aku menikah secepatnya ma," tanya Hans pelan. Tidak masuk akal jika hanya karena menginginkan cucu karena kedua orangtuanya sudah mempunyai cucu dari Dua saudaranya yang langgeng dalam pernikahan. Hans merasa menemukan kejanggalan atas desakan sang mama apalagi sudah satu bulan di kota ini tapi baru menemui dirinya saat ini.
"Mama tidak ingin, kamu larut dalam dosa itu nak. Selain itu ada alasan lain yang tidak bisa mama jelaskan saat ini," batin wanita itu.
"Mama ingin ada yang mengurus kamu Hans. Mama dan papa lebih tenang menikmati hidup di negeri orang jika kamu ada yang mengurus disini."
"Kan ada Bibi Santi ma."
"Benar. Bibi Santi bisa mengurus memasak untuk kamu dan membereskan pekerjaan rumah. Tapi Bibi Santi kan tidak bisa melayani kamu di ranjang. Mama sangat maklum jika pria duda seperti kamu pasti butuh belaian wanita. Jangan sampai kamu bermain solo apalagi menggauli wanita yang tidak halal bagimu."
Hans membulatkan matanya mendengar perkataan sang mama yang terdengar vulgar di telinganya.
Aku masih setia menunggu 🤧🤧🤧
Update dong kak 🙏🙏🙏
lupain anak2nya hanya gara pelakor