Nirmala tak pernah menyangka jika kesuciannya akan di rampas paksa begitu saja. Sejak kejadian itu dia membenci sosok lelaki tak di kenalnya yang sudah menodainya. Namun siapa sangka, lelaki itu ternyata atasan yang baru di kantornya. Dia Alvin Sanjaya Kusuma, yang merupakan satu-satunya penerus perusahaan Sanjaya Group.
Akankah Alvin bertanggung jawab dengan perbuatannya? Atau dia akan pergi begitu saja? Sedangkan dia sangat mencintai mantan kekasihnya yang bernama Cantika.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amallia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode.18
Alvin sudah mengatakan kepada ayahnya bahwa dia ingin menyudahi pernikahannya dengan Cantika. Namun ayahnya melarangnya. Alvin juga sudah mengatakan jika dia ragu dengan anak yang di kandung oleh Cantika. Karena usia kandungannya dengan perhitungannya itu jauh berbeda. Namun Pak Sanjaya tetap meminta Alvin untuk bertahan disisi Cantika. Karena perusahaan mereka yang sedang berkembang pesat pasti akan kena dampaknya jika mereka berpisah.
Alvin mengemudikan mobilnya melewati keramaian ibu kota. Setelah berbicara kepada ayahnya, dia langsung saja pergi.
Alvin menatap ke arah samping, tak sengaja dia melihat Nirmala yang sedang berjalan kaki. Dia langsung menghentikan mobilnya di pinggir jalan.
''Mala,'' Alvin memanggil Nirmala.
Nirmala menghentikan langkahnya. Dia menoleh ke samping menatap Alvin yang berada di dalam mobil.
''Ada apa, Tuan?'' Nirmala mendekati mobil Alvin.
''Mau kemana malam-malam begini?''
''Saya mau pulang, Tuan. Kebetulan saya baru pulang kerja,'' jawabnya.
''Kenapa jalan kaki?''
''Karena jam segini sudah jarang ada angkot yang lewat, Tuan.''
''Mau saya antar?"
''Tidak usah, Tuan. Saya bisa jalan kaki kok.''
''Memangnya kamu tidak takut jika nanti ada orang jahat?''
''Takut sih, tapi ya bagaimana lagi.''
''Masuklah! Biar saya antar pulang.''
''Baiklah,'' Nirmala menerima tawaran Alvin.
Saat Nirmala hendak membuka pintu mobil belakang, Alvin mencegahnya. Dia meminta Nirmala untuk duduk di depan.
Setelah Nirmala masuk ke mobil, Alvin langsung saja mengemudikan mobilnya menuju ke kontrakan Nirmala. Kebetulan tadi Nirmala sudah mengatakan alamat kontrakannya.
Sesekali Alvin menatap Nirmala yang sedang duduk di sampingnya.
Sesampainya di jalan dekat gang kecil, Alvin menghentikan mobilnya. Sebelum turun, Nirmala mengucapkan terima kasih kepada Alvin.
Ternyata Alvin tidak langsung pulang, dia singgah di mini market dekat sana.
Saat Alvin hendak pulang, dia melihat Nirmala yang kembali ke jalan yang tadi dia turun.
"Itu kan Nirmala, kenapa dia kembali? Sedang ngapain dia disana?" gumam Alvin.
Alvin turun dari mobil, lalu dia menghampiri Nirmala yang sedang menengok kanan kirinya.
"Mala, lagi ngapain kamu disitu?"
Nirmala menatap Alvin yang sedang melangkah ke arahnya.
"Tuan Alvin kok belum pulang?"
"Belum, tadi saya mampir dulu ke mini market. Kamu kenapa terlihat khawatir seperti itu?"
"Nenek saya pingsan, Tuan. Beberapa hari ini nenek sedang sakit. Saya ingin mencari kendaraan, namun belum menemukan. Saya ingin membawa nenek saya ke rumah sakit."
"Kalau begitu biar saya antar saja!"
"Saya tidak mau merepotkan Tuan Alvin."
"Tidak merepotkan kok. Ayo kita bawa nenekmu!" Alvin mengajak Nirmala pergi ke kontrakan.
Sesampainya di kontrakan, Alvin membantu menggendong Nenek Sukma. Lalu membawanya menuju ke mobilnya. Alvin langsung saja mengemudikan mobilnya menuju ke rumah sakit. Sesekali dia menatap Nirmala yang duduk di belakang. Terlihat sekali kekhawatiran di pancaran wajahnya.
Akhirnya mereka sampai juga di rumah sakit. Nenek Sukma langsung dibawa ke ruang UGD.
Nirmala dan Alvin duduk bersebelahan di kursi tunggu depan ruang UGD.
"Tenang saja, nenekmu pasti akan baik-baik saja," Alvin menepuk pelan bahu Nirmala.
"Tapi aku khawatir. Takutnya nenek sakit yang serius."
"Kita berdoa saja semoga nenekmu baik-baik saja."
"Iya, Tuan."
Tak lama pintu ruang UGD terbuka. Terlihat Dokter keluar dari ruangan itu. Rania berdiri dari duduknya, lalu dia menghampiri dokter yang baru menangani neneknya.
"Dok, bagaimana keadaan Nenek saya?" tanya Rania.
"Kondisinya kritis, Nenek Sukma mempunyai penyakit lambung dan sepertinya sudah sejak lama."
"Kenapa saya baru tahu? Selama ini nenek tidak pernah menunjukkan kalau sedang sakit."
"Tapi itulah kenyataannya," ucapnya.
"Lalu, apakah Nenek saya akan di rawat?"
"Kalau itu harus. Untuk beberapa hari ini nenek sukma harus menjalani rawat inap di rumah sakit ini."
"Lakukan semuanya dengan baik, Dok! Siapkan ruangan ternyaman di rumah sakit ini. Saya yang akan menanggung semua biayanya," kata Alvin. Alvin tak tega melihat Nirmala sedih seperti ini. Satu-satunya keluarga yang di milikinya sedang kritis. Jika dia yang berada di posisi Nirmala, pasti dia juga sedih jika ada orang terdekatnya sakit seperti itu.
"Baik, Pak. Sekarang juga pasien akan langsung di pindahkan ke ruang perawatan," setelah mengatakan itu, Pak Dokter kembali masuk ke dalam ruangan.
"Tuan tidak usah repot-repot, biar saya yang membiayai perawatan nenek saya," ucap Rania kepada Alvin.
"Sudah tidak apa-apa, biar saya saja yang tanggung semua biayanya."
"Terima kasih, Tuan. Nanti kalau saya sudah punya uang, pasti saya akan mengembalikan. Jika perlu saya menyicilnya setiap bulan."
"Tidak usah khawatirkan itu. Santai saja kalau sama saya. Yang terpenting sekarang nenekmu bisa sembuh."
"Iya, Tuan."
Beberapa menit kemudian pintu ruang UGD terbuka lagi. Terlihat dua orang perawat mendorong ranjang pasien dimana Nenek Sukma terbaring lemah.
Nenek Sukma akan di pindahkan ke ruang rawat inap. Nirmala dan Alvin mengikuti kemana Nenek Sukma dibawa. Ternyata Nenek Sukma dibawa ke salah satu ruangan VIP yang ada di rumah sakit itu.
"Tuan, apa ruangan ini tidak terlalu luas? Sepertinya biayanya juga mahal," ucap Nirmala sambil menatap sekeliling.
"Tidak perlu khawatir, karena semuanya saya yang menanggung."
Perawat yang tadi membawa Nenek Sukma, kini mereka keluar dari ruangan itu.
Nirmala dan Alvin mendekati Nenek Sukma yang sedang berbaring di ranjang pasien.
"Nek, kenapa nenek tidak bilang kalau sedang sakit? Aku khawatir sekali sama nenek," Nirmala memeluk neneknya.
Terlihat senyuman tipis memperlihatkan garis-garis halus yang ada di wajah. Nenek Sukma menatap cucunya yang sudah melepaskan pelukannya.
"Nenek tidak apa-apa kok, Nak. Ya selama ini nenek memang merasakan sakit, hanya saja nenek tidak memberitahumu karena takut kalau kamu sedih."
"Untuk kedepannya nenek jangan menyembunyikan sesuatu dari Mala lagi ya. Nenek harus jujur kalau merasakan sakit atau apa pun itu."
"Iya, Nak. Maafkan nenek ya," ucapnya.
"Mala maafkan kok."
Nenek Sukma melihat Alvin yang sedang berdiri di samping cucunya.
"Dia siapa, Nak? Apa dia calon mantu?"
"Nenek bicara apa sih, dia itu Tuan Alvin yang merupakan majikanku sebelumnya,'' kata Nirmala.
''Kirain calon mantu. Terima kasih Nak sudah mengantar kami,'' ucap Nenek Sukma.
''Sama-sama, Nek.'' ucapnya sambil tersenyum.
Alvin duduk di sofa yang ada di ruangan itu. Sedangkan Nirmala duduk di kursi yang ada di sebelah ranjang tempat neneknya berbaring.
''Nenek istirahat saja ya, biar Mala temani.''
''Iya, Nak, Nenek juga sudah mengantuk,'' Nenek Sukma mulai memejamkan kedua matanya.
Setelah melihat neneknya tidur, Nirmala menghampiri Alvin yang sedang duduk.
''Tuan, sebaiknya Tuan pulang saja. Ini sudah malam loh, nanti Non Cantika cariin.''
''Memangnya kamu tidak apa-apa di tinggal sendirian disini?''
''Tidak apa-apa, Tuan.''
Alvin berpamitan kepada Nirmala, lalu dia segera pergi.