Dibalik sikap ceroboh dan somplak di antara ketiga sahabatnya, Zahra menyimpan kisah hidup yang cukup memilukan. Masa kecil bersama Yudha di sebuah Panti Asuhan, membuat Zahra menganggap Yudha sebagai kakak bahkan Zahra sangat mengagumi lelaki itu dan berharap bisa menjadi pendamping hidup Yudha selamanya—kelak.
Di satu sisi, Zahra berusaha menghindar dari Arga karena tidak ingin 'sial' jika berada di dekat lelaki itu. Setelah sebuah penolakan terlontar dari mulut Zahra, Arga memilih untuk pergi.
Namun, bagaimana jika sebuah rahasia tentang Yudha terkuak dan hal itu membuat Zahra kecewa? Akankah Zahra bisa memaafkan Yudha, atau mengejar cinta Arga yang pernah dia tolak sebelumnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18
Arga tidak menjawab apa pun dan lebih memilih berjalan kembali ke mobil. Dia berusaha menahan diri supaya tidak hilang kendali. Sementara Yudha hanya menatap punggung Arga yang perlahan menjauh lalu kembali ke tempat Sonia tadi.
Baru saja menjatuhkan bokongnya di jok, Arga sudah mendapat rentetan pertanyaan dari Rasya yang sedari tadi mengawasi dari dalam mobil. Arga hanya menjawab sekenannya dan mengatakan kalau dia tidak tahu apa pun.
"Ga, kamu yakin tidak tahu apa pun tentang mereka?" tanya Pandu, saat mobil sedang melaju pulang.
"Tidak, Tuan. Saya bahkan baru tahu mereka sedekat itu." Arga menjawab dengan sesekali melirik dari kaca kecil depan.
"Kak Arga, apakah Zaenab tahu kedekatan mereka?" tanya Rasya khawatir.
"Saya tidak tahu, Nona."
Rasya menghela napas panjang lalu mengembuskan dengan perlahan untuk mengurangi rasa cemas. Entah mengapa, Rasya merasa sangat khawatir dengan sahabatnya. Rasya tahu, betapa Zahra sangat mencintai Yudha, kakak angkatnya di panti.
Rasya menghidupkan kunci layar ponsel, lalu mengirim pesan kepada Zahra. Namun, hingga mobil yang dikemudikan Arga masuk pelataran rumah Pandu, Rasya tidak mendapat balasan sama sekali. Rasya mendes*h kasar dan merasa yakin kalau Zahra sudah tertidur lelap.
***
Setelah memakan martabak sesuai keinginannya, kini Rasya sudah kembali bersiap untuk tidur bersama dengan Pandu yang memeluk dari belakang. Tubuh mereka saling menempel, dan Pandu tak henti-hentinya mengusap perut Rasya lembut hingga menciptakan perasaan nyaman.
"Aku enggak bisa tidur, Mas." Rasya menghirup napas dalam. Membuat Pandu mengurungkan niatnya yang hendak memejamkan mata.
"Kenapa?"
"Aku kepikiran Zaenab. Aku khawatir dia akan terluka kalau tahu Mas Yudha jalan sama siapa itu, aku enggak tahu." Rasya tidak mengetahui nama Sonia, tetapi dia ingat kalau wanita itu adalah salah seorang karyawan di perusahaan suaminya.
"Jangan terlalu memikirkan sesuatu yang hanya kita kira dari penglihatan saja. Kamu harus ingat kalau sedang mengandung buah cinta kita dan aku tidak ingin kalian kenapa-napa." Pandu berusaha menenangkan Rasya.
"Iya, sih. Moga aja Mas Yudha itu tidak melukai hati Zaenab," ujar Rasya.
"Sudahlah, lebih baik kita tidur saja. Sudah malam dan waktunya kamu dan anak kita istirahat." Pandu mengecup puncak kepala Rasya penuh sayang.
Dengan perlahan Rasya berbalik dan mereka berhadapan dengan tangan saling berpelukan. Pandu merasa gemas dan tak kuasa untuk tidak mengecup seluruh wajah istrinya. Rasya tesenyum dan membalas kecupan suaminya. Merasakan istrinya yang menyambut, Pandu pun terlihat bersemangat untuk melakukan pemanasan.
"Kita olahraga malam ini?" tanya Pandu penuh harap. Rasya mengangguk hingga menciptakan senyum di bibir Pandu merekah sempurna.
Dengan tidak sabar, Pandu melucuti pakaiannya. Sejak mengetahui kehamilan Rasya, Pandu menjadi lebih sering berpuasa karena dia tidak mau terjadi apa-apa. Bukankah tiga bulan pertama kehamilan itu sangat rawan.
Ketika Pandu sedang sibuk bermain dengan Rasya, tiba-tiba ponsel Rasya berdering. Awalnya mereka hanya membiarkan dan Pandu fokus pada pompanannya, tetapi ponsel itu terus saja berdering.
"Mas—"
"Tunggu sebentar. Hampir sampai." Pandu makin mempercepat gerakannya. Rasya menikmati itu, tetapi tangannya tanpa sengaja justru menekan icon menerima panggilan dan tanda speaker karena gerakan Rasya yang tidak beraturan.
"Ra ... aku keluar!"
"Aku juga keluar, Mas!"
Mereka berdua pun sampai puncak bersama. Pandu menyemprotkan kecebongnya dalam-dalam bercampur cairan milik Rasya. Lalu Pandu merebahkan diri di samping Rasya.
"Kurap!! Kenapa kamu menodai telinga suciku!" Teriakan dari ponsel berhasil membuat Rasya dan Pandu tersentak.
•••
Selamat pagi guys
untuk kisah Zahra agak sedikit serius ya 🙏🙏
visual Zahra versi Othor 🙈