NovelToon NovelToon
Di Balik Cadar (Aisha)

Di Balik Cadar (Aisha)

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat
Popularitas:18.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: Almaira

“Addunya kulluhaa mata', wa khoyru mata’uddunya al mar’atushshalehah”

“Dunia seluruhnya adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan adalah istri yang shalihah."

Kelanjutan cerita di Balik Cadar Aisha.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Makan Malam

Desi terkesiap. Wajahnya memerah.

"Apa tante pernah mendengar sebuah nasihat yang bagus. Ambillah rejeki secukupnya, karena ketamakan akan memperdaya kita dalam kegelapan." Aisha tersenyum.

"Tidak usah ikut campur, ini urusan saya dan putri saya." Desi akan kembali melanjutkan langkahnya.

"Maaf tante. Begitu juga dengan Tante yang juga tak seharusnya ikut campur urusan rumah tangga putri Tante." ucap Aisha lagi.

Desi hanya mendelik tajam kemudian pergi meninggalkan ruangan itu.

Kini hanya tinggal Aisha dan Anita di sana.

Anita seolah tak kuasa menahan malunya pada Aisha. Dia mendekati mejanya lalu menunduk sambil menangis di sana.

Aisha segera mendekati sahabatnya, dia menepuk pundak Anita dengan lembut.

"Maafkan ibuku, dia sudah sangat keterlaluan."

"Tidak apa-apa. Tidak perlu minta maaf."

Anita mengangkat kepalanya. Menghapus air matanya.

Aisha duduk di kursi depan Anita.

"Aku sangat malu padamu. Ibuku sangat berbeda dengan ibumu. Yang ada di pikirannya hanyalah harta dan kedudukan." Anita menahan tangisnya.

Aisha tersenyum.

"Tidak ada yang salah dengan ibumu. Semua ibu ingin melihat anaknya bahagia, itu wajar, hanya saja standar kebahagiaan bagi ibumu adalah harta. Kewajibanmu sebagai anak adalah memberitahunya, meluruskannya. Maka nasihatilah ibumu tanpa mengguruinya, peringatkan beliau dengan tanpa menyakitinya."

Anita melihat wajah Aisha.

"Aku tak yakin bisa mengubah cara pandang ibuku."

"Bisa. Aku yakin bisa. Kamu dan suamimu pasti bisa mengubah pola pikirnya."

"Suami? Haruskah aku mengatakan hal ini pada suamiku?"

"Tentu saja. Salah satu kunci keberhasilan dalam berumah tangga adalah saling terbuka. Jangan rahasiakan apapun dari suamimu. Apalagi ini menyangkut tentang dirinya kan?"

Anita mengangguk.

***

Pagi sekali Lela memilih untuk mencuci baju-baju suaminya terlebih dahulu daripada memasak dan melakukan pekerjaan rumah lainnya, karena hari ini hari Sabtu dan suaminya libur bekerja, Lela berpikir jika sang suami pasti akan bangun sedikit siang hari ini.

Lela mencuci dan menjemur baju di laundry room belakang dapur, sambil menikmati pemandangan dan udara pagi hari yang masih terasa segar, dia nampak bersemangat untuk mencuci baju sang suami dan memastikan jika baju yang dicucinya itu bersih. Setelah cukup lama ada di ruangan itu, Lela yang merasa kehausan berniat untuk pergi ke dapur dan mengambil minum.

Dia berjalan ke dapur dengan tanpa melihat keadaan sekeliling, segera mengambil air dan meminumnya.

Setelah itu, dirinya teringat akan kaos kaki suaminya yang juga harus dicuci, dia berjalan menuju rak sepatu di dekat pintu masuk, namun seketika dirinya dibuat kaget melihat Zayn yang tengah melakukan olah raga push up di depan televisi.

Zayn yang juga kaget langsung berdiri dan salah tingkah, bagaimana tidak, dirinya tengah berolahraga dengan bertelanjang dada, hanya mengenakan celana training saja.

Lela masih dengan kagetnya langsung membalikkan badannya membelakangi suaminya.

"Maaf. Aku tidak tahu kamu sedang berolahraga disini." Lela gugup.

"Tidak apa-apa. Aku juga pikir kamu masih ada di dalam kamarmu."

Keduanya salah tingkah.

Zayn tidak bisa masuk ke kamarnya, karena kamarnya tepat di hadapan istrinya.

"Aku sedang mencuci baju di belakang," ucap Lela pelan.

"Aku juga sedang berolahraga di sini," ucap Zayn juga pelan.

"Kenapa mencuci baju pagi-pagi sekali?" tanya Zayn tiba-tiba dengan heran.

"Kenapa juga olahraga tidak memakai baju?" bukannya menjawab Lela malah bertanya balik.

Zayn langsung meraba perutnya yang sixpack.

"Kami laki-laki memang seperti ini, berolahraga kadang lebih nyaman tanpa memakai baju."

"Kami perempuan juga begitu, mencuci baju pagi sekali karena masih banyak pekerjaan rumah lainnya yang harus di selesaikan."

Zayn tersenyum mendengar jawaban istrinya. Keduanya terdiam sejenak.

"Apa kalian perempuan juga akan salah tingkah seperti itu jika melihat suaminya sendiri tidak memakai baju?"

Lela langsung membalikkan badannya melihat Zayn.

"Tidak," jawabnya berusaha tenang sambil menarik napas panjang melihat sang suami dengan perutnya yang sixpack dan tangannya yang berotot mengkilap karena keringat.

"Kalau kami laki-laki justru akan salah tingkah melihat istrinya tanpa hijab untuk pertama kalinya."

Lela terkesiap. Dia langsung memegang kepalanya.

Lela membelalakkan matanya menyadari jika dirinya tidak memakai jilbab sedari tadi. Dengan wajahnya yang merah, Lela semakin salah tingkah.

Zayn tersenyum lucu melihat reaksi kaget dan malu istrinya yang menurutnya sangat lucu dan menggemaskan.

Lela dibuat semakin ketar-ketir ketika tiba-tiba suaminya kini berjalan menghampirinya.

Semakin dekat, membuat jantung Lela berdetak kencang, apalagi kini perut bidang sang suami semakin terlihat jelas olehnya

Lela memejamkan matanya, tak kuasa lagi untuk melihatnya.

Zayn tersenyum melihat ketakutan istrinya.

"Cantik sekali," ucap Zayn pelan ketika dia melewati sang istri untuk masuk ke dalam kamarnya.

Lela langsung membuka mata. Melihat sang suami telah masuk ke dalam kamar di belakangnya.

Dia memegang dadanya, merasakan jika jantungnya masih berdegup dengan kencang.

***

Malam hari.

"Makan malam keluarga?" tanya Anita kaget ketika suaminya yang datang menjemputnya memberitahu jika mereka akan langsung pergi ke rumah orang tuanya karena keduanya diundang untuk acara makan malam bersama.

"Iya sayang. Ibumu baru saja meneleponku katanya mereka semua sudah menunggu kedatangan kita."

"Tidak apa-apa kan kita langsung kesana, kamu tidak usah ganti baju dulu?"

Anita mengangguk.

Sepanjang perjalanan Anita lebih banyak terdiam, memikirkan kembali perkataan sang ibunda tadi pagi supaya dirinya membujuk suaminya agar mau menerima tawaran pekerjaan dari ayahnya.

Anita melirik sang suami. Teringat akan perkataan Aisha yang menyuruhnya untuk memberitahu semuanya pada Zaidan. Dia pun berpikir jika apa yang dikatakan Aisha benar, suaminya itu harus tahu apa yang sebenarnya menjadi keinginan ibu dan ayahnya.

"Aku ingin mengatakan sesuatu," ucap Anita melihat suaminya.

"Iya sayang. Katakanlah," jawab Zaidan sambil menghentikan mobilnya.

Anita kaget. Tanpa dia sadari ternyata mereka telah sampai di rumah kedua orang tuanya.

"Iya sayang. Kamu ingin mengatakan apa?" tanya Zaidan sambil menatap wajah istrinya.

"Tidak. Nanti saja pulang dari sini."

"Baiklah."

Keduanya lalu turun dari mobil, berjalan memasuki rumah dimana semua orang telah menunggu keduanya.

Sepanjang acara makan.

Anita dan suaminya lebih banyak terdiam mendengarkan obrolan semua orang di hadapan mereka.

Ayah beserta kedua anak laki-lakinya terus saja sibuk membicarakan tentang pekerjaan dan perusahaan masing-masing.

Mereka terus membanggakan pencapaian yang telah diraih pada perusahaan yang mereka pimpin sehingga mereka mendapatkan untung yang berlipat.

Zaidan hanya mendengarkan sambil sesekali tersenyum karena turut senang akan keberhasilan para saudara iparnya.

Sementara para perempuan, yakni Desi dan kedua menantunya juga tak kalah sibuk membicarakan pembahasan yang tak kalah seru menurut mereka, baju dan tas branded, juga perhiasan yang mahal dan mewah.

Mereka terus membanggakan barang-barang mewah apa saja yang telah mereka punya dan mereka beli, apalagi kedua menantu Desi itu nampak tak mau kalah saing antara satu sama lain, keduanya berlomba-lomba membanggakan barang-barang mewah miliknya.

Anita terdiam dengan wajahnya yang tampak kesal, dia melirik tiga orang keponakannya yang masih kecil nampak celingukan tidak mengerti apa yang sedang orang dewasa obrolkan.

"Nit. Kenapa diam saja." Lira istri Anton menegur Anita yang tak ikut mengobrol bersama mereka.

"Iya. Padahal dulu kamu yang paling semangat kalau ngobrolin masalah tas dan baju branded." Melly turut bersuara.

Anita tersenyum melihat kedua kakak iparnya.

"Kenapa dulu aku tak bisa menahan diri untuk tak berbelanja tas mahal, sepatu dan baju mahal, juga barang mewah?"

"Jawabannya adalah karena dulu aku jarang memikirkan kain kafan."

1
Imam Mutakin
Luar biasa
Marlina Prasasty
di tunggu kelanjutannya
Desi Hernawati
ko aki yg salting yak..wkwkw
Desi Hernawati
weh..d dunia nyata ada gk yg kaya gtu....😭
Ummi Warni Ani
ditunggu kelanjutannya ya Thor.smoga sehat selalu dan dapat lanjut menulis ceritanya.penasaean dgn operasi siti.dan apa yg akan terjadi dgn Anita & indira.pasti lagi² Indira malu
julia sorong
ternyata...
julia sorong
Luar biasa
Siti Ss
Lepas yg baik hati
Siti Ss
hatinya berbunga bahagia
Siti Ss
leha berhati berlian
Siti Ss
hmmmm/Smirk/
Siti Ss
/Facepalm/
Siti Ss: bibik..bibik.. /Facepalm/
total 1 replies
Siti Ss
manusia berhati batu
Siti Ss
Allahuakbar Alhamdulillah
Siti Ss
Allah bayar cash
Siti Ss
Allah Maha Adil
Siti Ss
aku geram dgn si misiya
Siti Ss
mesti ula si m
Nyonya Rai
see Lela msih boleh simpan aib mu Ammar...jika dri awal kau jujur akan kelemahanmu xkan terjdi bgini..Namun yaa ujian mu juga ujian lela sdh tertulia juga kmu memang tdk berjdoh dgn lela...maka insyaf laa beralik pd Allah
Siti Ss
untung saja dlm novel klau tidak pasti aku tinju2 si miesya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!