NovelToon NovelToon
LAURA "Ocean Blue Eyes"

LAURA "Ocean Blue Eyes"

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Nikahmuda / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Mafia / Cintapertama
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: SabdaAhessa

Laura yang ingin mendapatkan kebebasan dalam hidupnya mengambil keputusan besar untuk kabur dari suami dan ibu kandungnya..

Namun keputusan itu membawa dirinya bertemu dengan seorang mafia yang penuh dengan obsesi.

Bagaimana kah kelanjutan kehidupan Laura setelah bertemu dengan sang mafia? Akankah hidupnya lebih atau malah semakin terpuruk?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SabdaAhessa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mata Biru Lautan Yang Pudar

Ben meninggalkan Laura begitu saja dengan keadaan babak belur. Setelah puas memukuli Laura disana dan disini. Dia merudal paksa wanita itu. Memuaskan nafsunya sendiri tanpa memikirkan rasa sakit dan nyeri di sekujur tubuh Laura.

Sedangkan Laura yang terkukung di bawah tubuh Ben hanya bisa menangis tanpa suara. Menerima semua perlakuan Ben yang seperti iblis. Rasa sakit yang dia rasakan sudah ada di puncaknya. Bergerak satu senti pun tak mampu. Tatapannya mulai kosong. Matanya memandang mata Ben yang penuh amarah dan gairah. Laura sangat membenci mata itu, ingin rasanya dia mencongkel mata itu sekarang juga.

Mengumpati Ben berulang kali di dalam hatinya. Dia merasa sedikit lega saat Ben sudah mendapatkan pelepasannya. Laura ingin ini semua ini cepat berakhir. Namun nyata ben kembali mencekiknya, mengumpati Laura tepat di depan wajahnya dan mengancam Laura agar tidak kabur lagi selagi Ben mencari keberadaan Dante.

Laura hanya menjawab perkataan Ben dengan mengkedipkan kedua matanya. Karena dia merasa mulutnya nyeri setelah di pukuli oleh Ben. Laura tak tau pasti, namun dia merasakan sudut bibirnya robek karena hal itu.

Setelah mengamcam Laura, ben kembali memakai pakaiannya dan keluar begitu saja dari kamar Laura. Meninggalkan Laura yang terbaring lemah di atas tempat tidur tanpa belas kasih sedikitpun.

Laura menatap langit-langit kamarnya. Menarik nafas pun terasa nyeri. Dia terbaring tanpa sehelai kain pun yang menutupi tubuhnya. Mata yang membiru dengan pelipis yang berdarah karena Ben melemarkan sebuah vas bunga ke arahnya. Sudut bibirnya robek. Lengannya terasa mati rasa. Laura merasa lengannya terkilir atau bahkan retak. Dia ingat Ben melemparkan dirinya ke dinding dengan keras.

Laura nampak sangat kacau kali ini. Bisa bernafas pun dia masih bersyukur. Meskipun nafasnya tersegal. Dia masih ingin hidup lebih lama. Ingin memandang anaknya lagi. Menggendongnya dan tidur di sebelahnya. Laura berdoa di dalam hatinya, meminta Tuhan untuk mengirim seseorang agar membantunya sekarang.

Dan.. Tuhan berpihak padanya. Dia mendengar derap langkah kaki yang berlari menuju ke arahnya di sertai isak tangisannya yang menggema.

"Aahh ya Tuhan.. Laura!! Nona apa yang dia perbuat!! Astaga, bagaimana ini?" Bibi Hellena terlihat panik bukan main saat melihat kondisi Laura.

Dia segera mengambil sebuah selimut untuk menutupi tubuh Laura yang telanj*ng. Isak tangisnya semakin menggema. Tangannya gemetar saat memegang wajah Laura yang mulai kehilangan kesadaran.

Laura ingin mengatakan sesuatu pada Bibi Hellena, namun tenggorokannya tercekat. Suaranya serak dan parau. Mulutnya terasa kering. Hingga dia hanya bisa membuka sedikit mulutnya sambil terus menatap Bibi Hellena.

Bibi Hellena menyadari hal itu. Dia mendekatkan wajahnya ke arah wajah Laura, berusaha membaca gerakan bibirnya.

"A.. Aaron?" Ucap Bibi Hellena mencoba menebak.

Laura mengangguk kecil. Sontak Bibi Hellena langsung mencari ponsel Laura di dalam tas selempangnya. Tas bermerk Channel yang pernah Laura bawa saat kabur dari rumahnya.

Bibi Hellena mencari nomor ponsel Aaron saat ketemu dia segera menelpon pria itu. Satu detik terasa sangat lambat baginya. Beruntung Aaron segera mengangkat panggilan telponnya.

"Tuan Aaron.. Tolong, Nona Laura harus di bawa ke rumah sakit!" Ucap Bibi Hellena tak ingin membuang waktu.

"Ada apa?"

"Suami Nona Laura datang dan memukuli Nona Laura, tuan."

"Aku akan segera datang."

Lalu Aaron menutup panggilan teleponnya. Pria itu sedang berada di markas bersama para anak buahnya. Dia benar-benar mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mencari keberadaan Dante. Mengecek semua CCTV yang ada di kota itu.

Namun belum juga selesai dengan pekerjaannya, dia sudah mendapat telpon dari Bibi Hellena yang meminta tolong. Sontak Aaron segera pergi bersama Fred. Dia tak ingin membuang waktunya walaupun hanya satu detik.

Dia mencengkram tangannya sendiri. Merasa geram pada Ben yang berani memukuli Laura. Meskipun Aaron tau, Ben adalah suami Laura tapi dia merasa tak rela jika Ben menyakiti Laura. Dia juga memerintahkan anak buahnya untuk mencari keberadaan Ben saat ini, mencari tau seluk beluk keluarganya. Aaron ingin menghancurkan pria itu detik ini juga.

Tapi dia segera mengalihkan perhatian saat mobil mereka sudah sampai di halaman rumah Laura. Aaron langsung keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah. Mencari keberadaan Laura dan Bibi Hellena.

Alangkah terkejutnya Aaron saat melihat kondisi Laura yang mulai sekarat. Mata biru lautan itu kini pudar di balik mata yang bengkak dan memerah serta darah dari pelipisnya. Sungguh, hati Aaron terasa sangat hancur saat melihat wanita pujaannya tersakiti.

Dia segera mendekati Laura yang terbaring lemah di atas tempat tidur. Memandang mata biru yang selalu membuatnya terhipnotis itu. Laura hanya bisa memandang Aaron dengan tatapan kosong dengan setitik air mata yang mengalir disana.

"Ayo kita ke rumah sakit!" Ucapnya sambil menahan air mata yang menumpuk di pelupuk mata.

Lalu munculah Bibi Hellena yang membawa sebuah baskom besar berisikan air hangat lengkap dengan sapu tangan untuk mengompres mata Laura yang membengkak.

"Kita langsung ke rumah sakit saja!" Ucapnya saat melihat Bibi Hellena.

"Baik, ayo!" Jawab Bibi Hellena.

Namun Bibi Hellena menahan tangan Aaron yang hendak membuka selimut Laura. Dia menggeleng pelan seakan memberitahu kondisinya.

"Kenapa?" Tanya Aaron.

Bibi Hellena hanya menjawabnya dengan gelengan kepala lagi. "Angkat saja dengan selimutnya!"

Seketika Aaron mengerti, dia nampak naik pitam kali ini. Geram dengan Ben yang tega menyakiti istrinya sendiri.

"Akan ku bunuh sialan itu!" Gumamnya.

Akhirnya Aaron menggendong tubuh Laura berserta selimut yang membungkus tubuh wanita pujaannya itu. Dia tak sanggup lagi menatap mata Laura yang lemah dan pasrah.

Aaron segera memasukkan tubuh Laura ke dalam mobilnya. Membaringkan wanita itu di kursi belakang dan menopang kepalanya dengan pahanya yang kekar. Sedangkan Bibi Hellena juga masuk dengan terburu-buru, duduk di kursi depan bersebelahan dengan Fred yang mengemudikan mobil.

"Ke rumah sakit Adrian! Cepat Fred!" Titah Aaron pada Fred.

Sontak Fred segera mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tak perduli dengan rambu-rambu lalu lintas yang terpasang di pinggir jalan. Menyalip mobil-mobil yang ada di depannya. Dia memang asisten pribadi yang terlatih di berbagai bidang. Sangat bisa di andalkan.

Sehingga mereka bisa sampai di rumah sakit milik Dokter Adrian dengan cepat. Adrian yang sudah di beri kabar tentang kedatangan mereka pun sudah menunggu di ambang pintu rumah sakit bersama dua orang perawat yang sudah menyiapkan sebuah brankar.

Mereka juga segera mengambil tindakan saat mobil Aaron sudah berhenti. Mengangkat tubuh Laura dengan perlahan ke atas brankar. Membawanya masuk ke dalam ruang rawat darurat untuk melakukan penanganan.

Dokter Adrian juga nampak terkejut melihat keadaan Laura yang babak belur seperti itu. Dia segera memasang selang oksigen dan infus. Serta melakukan penanganan lainnya.

Sedangkan di luar ruangan itu yang nampak sibuk memeriksa keadaan Laura. Aaron terduduk lemas di kursi rumah sakit. Menundukkan kepalanya dalam-dalam. Memegang kepalanya dengan kedua tangan. Dia tak ingin kehilangan Laura secepatnya ini seperti dia kehilangan ibunya.

Tanpa dia sadari, air matanya sudah menetes sedari tadi. Nampaknya, hati yang keras itu sudah melunak sekarang.

Dia harap-harap cemas dengan kondisi Laura di dalam sana. Di sisi lain dia juga sangat marah terhadap Ben, hingga dia bersumpah akan menghajar Ben jauh lebih buruk di bandingkan keadaan Laura sekarang. Ben tidak boleh mati dengan mudah, dia harus menerima balasannya terlebih dahulu. Pikir Aaron di sela-sela tangisannya.

Bersambung...

1
Adi Putra
🔥🔥🔥
mahessa
udah terlambat
Riska Rosiana
bunuh aja tuuu
Riska Rosiana
apa ben pelakunya?
Olivia
🔥🔥🔥🔥🔥
Adi Putra
to the point amatt
Adi Putra
mulai panas ini dirty novel🤣
Olivia
when mama ketemu papa mu nak, guru nabrak mobil e sek🤣
Adi Putra
karakter ben baru muncul
mahessa
trap laura
mahessa
karya baru gudu lebih membakar
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!