Ditahun ketiga pernikahan, Laras baru tahu ternyata pria yang hidup bersamanya selama ini tidak pernah mencintainya. Semua kelembutan Hasbi untuk menutupi semua kebohongan pria itu. Laras yang teramat mencintai Hasbi sangat terpukul dengan apa yang diketahuinya..
Lantas apa yang memicu Laras balas dendam? Luka seperti apa yang Hasbi torehkan hingga membuat wanita sebaik Laras membalik perasaan cintanya menjadi benci?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali pulang
"Tungguin gak ya?"
Gumaman laki-laki yang mengendarai mobil hitam di depan, tertangkap telinga Mario yang sejak tadi mengedarkan pandangan pada area taman. Mario menoleh. Laki-laki itu penasaran dengan siapa yang dimaksud sopir mobil hitam ini.
"Siapa Pak?" tanyanya, berbasa-basi.
Laki-laki yang ditanya itu tak langsung menjawab, seolah ragu-ragu dan takut.
"Tadi ada perempuan yang minta diantar ke sini, cantik, rambutnya pendek berwarna coklat, dia sepertinya masuk ke rumah besar itu, ada barang yang ketinggalan di mobil saya," balasnya.
"Oh.. " Mario bergumam.
"Memangnya barang apa yang ketinggalan, pak? sepertinya penting sampai khawatir begitu?"
Mario cuma berbasa-basi karena melihat sopir mobil hitam ini masih mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru taman. Seolah berharap perempuan itu muncul.
Mario menekuk kening karena sopir mobil hitam ini sangat serius, ragu-ragu untuk bicara karena takut tapi seolah tak bisa menahan diri ingin bercerita. Dia membasahi bibir beberapa kali sebelum berujar,
"Tas kertas salah satu merek sepatu. Cuma isinya uang semua." ungkapnya sambil membuka pintu mobil dan menunjukkan barang yang dimaksud.
Ada beberapa ikat uang yang jumlahnya di taksir ratusan juta rupiah.
Pikiran dan rasa penasaran Mario mengenai perempuan buyar karena penuturan laki-laki di depan.
"Saya bisa nitip aja barang ini ke Bapak, saya takut kalau harus menyimpan uang sebanyak itu." laki-laki itu mengenal sosok Mario, dialah pemilik rumah utama yang di masuki oleh perempuan yang meninggalkan uang di mobilnya.
"Boleh,"
Setelah menerima uang tersebut, Mario bergegas menuju rumah utama, langkahnya lebar seolah tidak sabar mengetahui siapa perempuan yang bisa masuk kedalam rumahnya.
Romania mematung di depan sana, hendak kembali ke ruang kerjanya. Lambat laun wajah istri kedua Mario itu memutih saat melihat ada perempuan berjalan santai memasuki rumah.
Romania mundur beberapa langkah, bahkan terjatuh di tempat saat Laras mendekat kearahnya. Bola mata Romania hampir keluar dari tempat, dengan dua tangan meraba dada sendiri dan mulut menganga selebar mungkin. Romania begitu terkejut. Bukan karena tidak menginginkan kehadiran Laras, tetapi karena sosok yang sudah lama tak kembali tiba-tiba datang. Sudah hampir sepuluh tahun, semenjak remaja itu meninggalkan rumah, selepas ibu kandung pergi selama-lamanya. Walau sudah sepuluh tahun berlaku wajah Laras tak asing sama sekali, karena perempuan itu mewarisi hampir seluruh kecantikan ibu kandungnya, istri pertama Mario.
"Laras!" Derap langkah cepat dan suara panggilan membuat Laras menghentikan langkah.
Disana Mario masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya, tas kertas berisi uang ia campakkan begitu saja, setelah matanya menemukan putrinya yang pergi bertahun-tahun telah kembali.
Romania meremas tangannya yang dingin, dia takut dengan Laras, sejak dulu gadis itu membencinya, mungkin begitupun saat ini.
"Akhirnya kamu pulang," pelukan itu terasa asing sekaligus familiar, Laras tidak menolak, tapi juga tak membalas dekapan rindu Mario.
Dari tempatnya Laras bisa melihat kecemasan di wajah ibu tirinya, Laras tidak munafik dia tidak suka dengan kehadiran wanita itu di hidupnya, tetapi dia juga tidak bisa membenci, wanita itu orang yang menemani ayahnya di masa tuanya yang kesepian.
"Maaf aku hanya berkunjung." ucap Laras setelah melepaskan dekapan ayahnya.
Jujur Laras sangat canggung.
"Ini rumahmu, kamu bisa datang kapan saja," balas Mario, suaranya terdengar bergetar karena haru dan rasa tak percaya.
"Maaf, kamu harus mendapat karma dari perbuatanku, demi Tuhan aku menyesal." Mario mencapai batas marah, mukanya merah padam.
Romania semakin gemetar, sekuat tenaga mencoba berdiri tegak di tempatnya.
Romania tak tahu apa yang kemudian akan terjadi, satu-satunya yang terpikir hanya meminta maaf pada anak tirinya. Bila perlu setiap hari hingga Laras memberi maaf yang mungkin sudah sangat terlambat.
"Ayah, kau membuat istrimu takut."
Wajah yang tadinya memucat mulai menemukan ronanya, kepalanya terangkat pelan menemukan pandangan tanpa emosi dari Laras. Romania tak percaya Laras sudi memperhatikan reaksinya.
Begitu juga Mario. Laki-laki itu tak bisa menutupi kebahagiaannya, ini kali pertama setelah ia membawa Romania masuk ke rumah ini, Laras kembali menyebutnya Ayah tidak lagi Kau.
Bersambung...
#####
Pokoknya author ngambek kalau nda dikasih semangat.