NovelToon NovelToon
Bukan Cinderella Sekolah: Deal Sinting Sang Pangeran Sekolah

Bukan Cinderella Sekolah: Deal Sinting Sang Pangeran Sekolah

Status: sedang berlangsung
Genre:Si Mujur / Diam-Diam Cinta / Idola sekolah / Cinta Murni
Popularitas:111
Nilai: 5
Nama Author: Dagelan

Kayyisa nggak pernah mimpi jadi Cinderella.
Dia cuma siswi biasa yang kerja sambilan, berjuang buat bayar SPP, dan hidup di sekolah penuh anak sultan.

Sampai Cakra Adinata Putra — pangeran sekolah paling populer — tiba-tiba datang dengan tawaran absurd:
“Jadi pacar pura-pura gue. Sebulan aja. Gue bayar.”

Awalnya cuma kesepakatan sinting. Tapi makin lama, batas antara pura-pura dan perasaan nyata mulai kabur.

Dan di balik senyum sempurna Darel, Reva pelan-pelan menemukan luka yang bahkan cinta pun sulit menyembuhkan.
Karena ini bukan dongeng tentang sepatu kaca.

Ini kisah tentang dua dunia yang bertabrakan… dan satu hati yang diam-diam jatuh di tempat yang salah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dagelan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17: — Aku, Kiran, dan Kontrak yang Makin Bikin Kepala Pusing

Sudah beberapa hari sejak aku resmi menandatangani surat kontrak paling absurd dalam sejarah hubungan manusia yang aku tanda tangan sambil mabuk es cendol, sih, tapi entah kenapa… hidupku jadi lebih capek. Dan lebih aneh. Dan lebih—yah, pokoknya kayak hidup di dalam film komedi yang beneran ngebikin stress.

Anehnya lagi, Cakra makin sering muncul. Bukan cuma saat sekolah, tapi juga setelahnya. Kayak dia punya radar “Kayyisa’s Life” yang selalu aktif—bahkan kalo aku cuma mau nyusur ke warung di sudut jalan, dia bisa muncul kayak “oh, lo disini ya? Yuk makan.”

Pagi ini aja dia chat begini:

Cakra: Sore ini makan bareng.

Padat, jelas, tanpa salam. Kaya notif paket J&T yang cuma ngomong “paket ada, ambil.” Aku menatap layar sambil nahan napas—boleh nggak sih aku pura-pura pingsan aja biar nggak harus ikut? Atau bilang “aku ada urusan ke bulan”? Tapi ya… kalau aku kabur, dia bisa-bisa nongol depan kafe sambil nyender santai kayak pangeran yang lagi bosan nunggu raja.

Akhirnya aku ngetik dengan jari yang gemetar:

Aku: Oke… jam berapa?

Dia bales cepat. BAHAYA. Cakra secepat itu balesnya artinya dia BENAR-BENAR niat.

Cakra: Gue jemput. Pulang sekolah.

Aku langsung cengar-cengir panik sampai pipiku panas. Jemput. Pulang. Sekolah. Itu terlalu pacaran vibes!!! Padahal kontrak kami cuman… ya, pura-pura doang. Bukan beneran mau bikin keluarga! Eitts—memang aku saja yang berlebihan.

Begitu pulang sekolah, aku melangkah keluar gerbang dengan muka datar sok cool—seolah aku biasa banget disambar pandangan orang karena mau naik motor sama cowok ganteng. Tapi lima langkah kemudian—

DUARR! dalam pikiran aku, sih.

Cakra berdiri menyandar di motor hitamnya sambil buka helm, rambut agak berantakan tapi tetap kece level dilarang Tuhan. Beberapa cewek langsung ngeliatin kayak mau kesurupan—ada yang ngegas pura-pura jatuh eh, lo beneran atau main akting? ada yang selfie diam-diam sampe flash nyala. Aku cuma bisa ngelus dada sampe kepala pusing.

Dia menoleh pelan ke aku. “Ayo.”

“Ayo… apa?” gumamku panik, seolah dia ngajak aku ke perang.

“Naik.”

“Gue jalan kaki juga bisa, kok! Jalan sehat, lingkungan ramah!”

Dia mendekat sedikit, suaranya pelan tapi jelas. “Lo yakin mau dikerubungin fans gue selama lima menit? Yang ada lo jadi bintang video TikTok ‘Kiran yang ditolak Cakra’.”

…Ah iya. Lupa. Audiens.

“Naik,” ulangnya, kali ini lebih lembut. Dan aku—seperti orang yang kalah taruhan—langsung naik ke bagasi, hati udah mulai deg-degan macam mau dilamar sama idola.

Kami makan di tempat aesthetic penuh lampu kuning hangat—tempat yang kalau aku datang sendiri pasti cuma buat numpang WiFi dan ngeliatin menu tanpa beli, sambil bikin muka “wah mahal banget ya”.

Cakra buka menu sebentar, lalu bilang ke pelayan tanpa nanya aku: “Carbonara dua. Lemon tea dua.”

Aku langsung protes, suaranya naik: “Jangan yang mahal! Gue bisa pesen nasi goreng aja, kok!”

Dia menatapku kayak aku yang aneh banget. “Gue nggak nyuruh lo bayar.”

“Ya, tapi—”

“Udah.”

Dia ngeluarin “udah”-nya yang khas itu—yang kalau di terjemahkan artinya. “Kayyisa, berhenti ribut. Gue mau traktir, titik. Jangan bikin gue ngulang lagi.”

Aku diam, tapi dalam hati tetap menggerutu. Iya sih traktir, tapi kok rasanya aku jadi… —ah sudahlah, jangan mikir dosa-dosa duniawi. Banyak orang pengen disenangi, kan?

Sambil nunggu makanan, aku memperhatikan wajahnya dari samping. BUKAN karena naksir—HALO, aku masih punya iman yang kaku kayak bambu—tapi karena dari dekat ekspresinya beda. Mata malasnya itu bukan karena sombong. Lebih kayak… capek. Atau kosong. Atau keduanya sekaligus.

Dan aku malah kepikiran, Kasihan juga cowok ini. Ganteng-ganteng kok auranya kayak wifi lemah yang cuma bisa buka Google.

“Ngelamunin apa?” tanya Cakra tanpa menoleh.

Aku tersentak sampe baju kaku. “Enggak! Cuma mikir kapan makanan dateng!”

“Lo ngeliatin gue.”

“Enggak!” bohong kecil dikit nggak apa-apa lah. Seperti bohong “aku udah mandi” kalo lagi males. Padahal benar, aku lagi liatin dia sambil mikirin semua tingkahnya itu.

Dia cuma nyengir dikit—dikit banget, cuma sudut mulutnya naik. Tapi cukup bikin aku tutup muka pakai menu sampe jadi topi.

Setelah makan, aku pikir acaranya selesai. Bisa pulang, tidur, dan lupa semua hal yang bikin jantungku kerja lembur. Ternyata belum. Dia berhenti di depan toko aksesoris dan baju cewek yang lokasinya di gang kecil.

“Ayo masuk.”

“Hah? Ngapain? Mau beli baju buat nyokap lo?”

“Milih sesuatu.”

“Buat siapa?”

“Buat lo.”

Aku langsung terbatuk sampe kepala pusing. “Enggak! Gue nggak mau ditambah-tambah bayaran! Aku nggak punya duit lagi kalo lo tagih!” Baru hari ini, aku benar-benar menyesal entah mengapa dengan persetujuan dibayar karena jadi pacar pura-puranya Cakra.

“Ini bukan bayaran,” potongnya cepat, matanya tetep tenang. “Ini… ya gue aja yang mau.”

Aku bengong. Kalimat itu… BAHAYA. Bisa bikin hati orang miskin kayak aku salah paham—seperti dia beneran mau ngasih sesuatu karena peduli.

“Tapi gue—”

“Yisa,” panggilnya, suaranya tenang tapi bikin aku berhenti ngomel seketika. “Lo boleh nolak kalau nggak suka. Tapi gue nggak ngitung apa pun yang gue beliin. Janji.”

Aku diam. Apa katanya tadi? Seriusan? Dia lanjut masuk. Dan aku—seperti orang bego yang kehilangan arah di taman bunga—ikut masuk juga.

Di dalam toko, dia ngambil satu aksesoris rambut kecil berbentuk bintang yang warnanya keemasan, lalu nyodorin ke arahku. “Cocok buat lo.”

Aku menatap bintang kecil itu. Manis. Sederhana. Persis style-ku yang nggak suka yang terlalu mewah. “Gue nggak perlu ini… kan? Udah banyak barang dari lo kemarin.”

“Tapi gue mau.”

Aku menatapnya lama. Dia tidak maksa, tidak tersenyum berlebihan, hanya… menatap. Tenang. Lurus. Dan justru itu lebih menggetarkan daripada apa pun—lebih dari senyumnya, lebih dari omongannya yang manis.

Akhirnya aku mengambil aksesoris itu pelan-pelan, jari ku gemetar. “Makasih…” bisikku, malu sendiri sampe mau menyembunyi di balik rak.

Dia cuma mengangguk kecil. Tapi matanya—entah kenapa—kelihatan sedikit lega. Seperti dia senang aku mau nerima.

Saat kami keluar toko, kami berjalan berdekatan—jaraknya cuma sedikit, cukup buat orang luar mengira ini pacaran beneran. Langkahnya sesuaikan denganku, jadi aku nggak perlu berlari buat nyusul.

Dan di tengah langkah yang pelan, aku sadar sesuatu yang menakutkan—sedikit, tapi cukup buat tenggorokanku kaku. Cakra mungkin dingin. Mungkin misterius. Mungkin super aneh. Tapi dia juga… tulus. Dalam caranya sendiri.

Dan aku—yang hanya niat cari duit buat bayar tagihan—jadi takut. Takut kalau suatu hari, aku lupa kalau semua ini cuma pura-pura. Takut kalau aku terlalu nyaman. Takut kalau—

—aku bikin diriku jadi cewek yang terlalu berharap.

Dan itu, jelas, TIDAK termasuk dalam kontrak sama sekali.

✨Bersambung…

 

1
Yohana
Gila seru abis!
∠?oq╄uetry┆
Gak sabar nih nunggu kelanjutannya, semangat thor!
Biasaaja_kata: Makasih banyak ya! 😍 Senang banget masih ada yang nungguin kelanjutannya. Lagi aku garap nih, semoga gak kalah seru dari sebelumnya 💪✨
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!