PENGANTIN PENGGANTI TERNYATA HACKER
Bunga-bunga lili putih berjatuhan di sepanjang altar, seolah menertawakan nasib seorang perempuan yang berdiri di sana dalam gaun putih yang bukan miliknya.
Rubiana Adams menggenggam buket mawar di tangannya dengan begitu kuat, hingga ruas jarinya memucat. Setiap langkah yang ia ambil di bawah tatapan ratusan pasang mata terasa seperti hukuman. Gaun sutra itu berat, tirai penutup wajahnya membuat napas sesak. Namun yang paling menyesakkan bukanlah pakaian, melainkan kenyataan bahwa ia bukanlah pengantin yang seharusnya berdiri di sana.
Itu seharusnya Vivian. Saudari kembar Rubiana.
Kilatan kamera berpendar, musik lembut gereja bergema, dan di ujung altar, sosok pria yang akan menjadi suaminya; Elias Spencer. Pria itu berdiri tegak, mengenakan setelan hitam yang tampak dibuat khusus untuk menonjolkan ketampanan dan wibawanya. Wajahnya tampan, tegas, dingin, dan berbahaya.
Rubiana menunduk, tak sanggup menatap matanya yang kelam. Di balik tirai putih itu, ia dapat merasakan hawa dingin yang memancar dari pria itu, hawa yang menekan dada seperti kabut tebal di musim gugur. Ia tahu dengan jelas bahwa pria yang seharusnya saudari kembar Rubiana nikahi itu tidak seperti bayangan Vivian.
Namun semua terasa seperti mimpi buruk.
Mimpi buruk yang dimulai tiga jam lalu.
Tiga Jam Sebelumnya ....
"Vivi kabur?!" suara Ibu, Gracia Adams, melengking panik, bergema di seluruh ruangan.
Gaun pengantin berwarna putih itu tergantung di dekat jendela, menunggu pemakainya, yang kini entah di mana. Padahal sang pemilik harus mengenakannya beberapa jam lagi atau bencana akan datang untuk keluarganya.
"Apa maksudmu Vivi kabur, Ruby?" suara ayahnya, Edward Adams, terdengar berat, seperti bara yang siap menyala.
Rubiana berdiri di depan mereka, masih mengenakan celana jins dan kaus lusuh. Matanya memandang kosong pada amplop surat yang ditinggalkan Vivian di atas meja rias, amplop kosong, tanpa sepatah kata pun.
"Dia tidak meninggalkan pesan, Dad. Handphone-nya juga tertinggal. Aku sudah mencari ke seluruh rumah. Vivi benar-benar menghilang," jawab Rubiana pelan.
Wajah Edward memerah menahan marah. "Anak itu benar-benar gila! Apakah dia tidak sadar siapa calon suaminya? Ini bukan pernikahan mainan!" serunya.
"Dia ... dia bilang tidak ingin menikah dengan pria tua," sahut Rubiana dengan suara gemetar. "Katanya, Elias Spencer itu lelaki berusia enam puluh yang mencari istri muda demi status-"
PLAK!
Tamparan keras menghantam pipi Rubiana sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatnya.
"Jaga ucapanmu, Rubiana!" bentak Gracia dengan mata yang membara. "Kau pikir kami mau melakukan ini demi uang semata? Keluarga Adams akan hancur bila pernikahan ini batal! Vivi sudah mempermalukan kita!"
Rubiana memegangi pipinya, tubuhnya bergetar hebat. Ia ingin berteriak bahwa semua ini bukan salahnya. Ia ingin mengatakan bahwa Rubiana tidak tahu apa-apa soal kaburnya Vivian. Tapi seperti biasa ... mereka tidak akan mendengarkan Rubiana.
Namun saat melihat wajah ayahnya yang merah padam, Rubiana tahu, tak ada jalan keluar.
"Ruby ...," suara Gracia melunak, tapi hanya di permukaan. "Dear, kau dan Vivian kembar identik. Tak ada yang akan tahu. Pernikahan ini hanya formalitas, setelah itu kita bisa jelaskan-"
"Tidak, Mom!" Rubiana menatapnya penuh penolakan. "Itu penipuan! Aku tidak bisa berdiri di altar dan menikah dengan pria yang bahkan tidak kukenal! Dan juga menjadi Vivi, aku bukan dia!"
Edward menatapnya tajam, seolah ingin menghabisinya hidup-hidup. "Kalau kau tidak menggantikannya, keluarga ini akan bangkrut. Perusahaan kita tergantung pada kontrak dengan Spencer Group. Apakah kau ingin melihat semua yang telah kubangun hancur begitu saja hanya karena Vivian kabur seperti pengecut?"
Air mata jatuh di pipinya. Rubiana memejamkan mata, hatinya remuk. Selalu seperti ini ... selalu Rubiana yang berkorban untuk keluarga, untuk saudari kembarnya. Ia benci ini.
"Ini bukan tanggung jawabku," bantah Rubiana.
"Tapi kau akan melakukannya," tegas Edward dengan nada yang tak memberi ruang untuk perlawanan. "Setidaknya kah harus membayar semua biaya yang aku keluarkan untuk membesarkanmu."
Kata-kata itu menghantam lebih keras daripada tamparan sebelumnya. Orang tua Rubiana hanya melihat anak-anak mereka sebagai investasi, khususnya Rubiana.
Rubiana ingin berlari, ingin menolak. Tapi kedua tangannya ditarik paksa oleh asisten rumah tangga, menyeretnya ke ruang rias. Dalam kekacauan itu, ia bahkan tak sadar kapan wajahnya dipulas dengan makeup, rambutnya ditata, gaun putih dikenakan di tubuhnya yang gemetar.
Dan di cermin, pantulan dirinya bukan lagi Rubiana Adams yang dikenal. Ia kini menjadi Vivian.
Pengantin pengganti.
Di Altar ...
"Do you, Vivian Adams, take Elias Spencer as your lawfully wedded husband?" suara pendeta terdengar seperti gema jauh di telinganya.
Rubiana menggigit bibir. Ia ingin berteriak tidak, tapi mata semua orang tertuju padanya, terutama ayahnya, duduk di barisan depan dengan tatapan tajam yang membuat darahnya beku.
"... I do," jawab Rubiana dengan suara terdengar nyaris seperti bisikan, tapi cukup jelas untuk membuat semua orang tersenyum lega.
Elias Spencer, pengantin pria itu kini menatap Rubiana. Ada sesuatu di balik pandangan itu; dingin, meneliti, seolah ingin menembus lapisan jiwanya dan mencari sesuatu yang tersembunyi.
Ketika pendeta memintanya membuka tirai pengantin, Rubiana menahan napas. Dunia seolah berhenti berputar saat Elias menyingkap veil milik sang gadis.
Tatapan mereka bertemu.
Sekilas, hanya sekilas, Rubiana melihat kebingungan di mata pria itu. Namun sesaat kemudian, kebingungan itu sirna, berganti dengan tatapan dingin yang menusuk. Bibir Elias menegang, nyaris tak terlihat senyum.
Dia tahu sesuatu, pikir Rubiana panik.
Tangan Elias meraih tangannya, dingin seperti es.
"Selamat, Mrs. Spencer," kata Elias dengan nada rendah tapi penuh tekanan.
Bibir Rubiana bergetar. "T-terima kasih."
Sorot mata Elias tetap tak berubah. Dalam senyum formalnya, ada kemarahan samar yang tak bisa dijelaskan.
Resepsi berlangsung mewah di ballroom hotel bintang lima milik keluarga Spencer. Gemerlap lampu kristal menari di langit-langit, sementara Rubiana merasa seolah terjebak di tengah mimpi buruk yang terlalu indah untuk nyata.
Elias jarang bicara. Ia menatapnya sesekali, tapi tatapannya terlalu tajam untuk diartikan sebagai kekaguman. Setiap kali ada tamu yang datang memberi selamat, pria itu selalu menampilkan senyum sopan, senyum yang tak pernah menyentuh matanya.
Ketika acara selesai dan mereka akhirnya masuk ke dalam mobil limusin hitam menuju kediaman Spencer, hening yang panjang menggantung di antara mereka.
Rubiana tak tahu harus berkata apa. Ia hanya bisa memandang keluar jendela, menatap kota yang berkilau dalam malam.
"Menarik sekali," suara Elias tiba-tiba memecah keheningan. "Kau tampak berbeda dari yang kukira."
Rubiana menegang. "Maksud Anda?"
Elias menatapnya dari sudut mata, bibirnya melengkung samar. "Aku tak menyangka kau akan terlihat ... polos."
Nada suara pria terdengar seperti ejekan halus. Atau memang seperti itu tujuannya.
Rubiana menelan ludah. "Saya ... saya tidak tahu maksud Anda, Mr. Spencer."
"Panggil aku Elias," katanya dingin. "Kita sudah menikah, bukan?"
Suasana kembali hening. Namun kali ini, hawa di dalam mobil menjadi lebih berat, seolah oksigen menipis.
Elias menatap lurus ke depan, tapi suaranya menusuk, lalu berkata, "Lucu sekali, Vivian. Aku hampir tidak mengenalimu. Seolah kau bukan orang yang sama."
Tubuh Rubiana membeku. Ia menatapnya cepat, tapi Elias sudah mengalihkan pandangan.
Tidak. Tidak mungkin dia tahu, pikir Rubiana.
Tapi dari nada suaranya, dari caranya memandang, dari senyum tipis yang tak pernah benar-benar muncul di wajahnya, Rubiana tahu satu hal pasti: Elias Spencer bukan pria yang mudah dibohongi.
Dan malam ini, pengantin pengganti itu telah memasuki rumah yang bukan miliknya, serta kehidupan yang penuh rahasia dan dendam yang bahkan belum ia pahami.
Di balik tirai putih dan sumpah palsu, satu hal pasti, pernikahan ini bukan awal kebahagiaan, melainkan awal dari permainan berbahaya yang melibatkan kebohongan, identitas, dan rahasia masa lalu yang kelam.
Dan Elias Spencer, pria tampan berusia 34 tahun itu, akan segera mengetahui bahwa pengantin penggantinya bukan gadis lemah seperti yang dikiranya, melainkan seorang hacker jenius yang telah menyusup jauh ke dalam sistemnya tanpa ia sadari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Miss Typo
mampir thor,,,
ternyata dah banyak nih bab nya 🙈
2025-10-08
1
Ummu Dzaky
aku jg mampir kembali othooorrrr😍
semangaaaat💪
2025-10-10
1
Jelita S
wow cerita yg menarik ini mah
2025-10-08
1