Kinara Kinanti seorang perantau yang bekerja sebagai tim redaksi di sebuah kantor Berita di Kota Jayra. Ia lahir dari keluarga menengah yang hidup sederhana. Di jayra, ia tinggal disebuah rumah sewa dengan sahabatnya sejak kuliah yang juga bekerja sebagai seorang model pendatang baru, Sheila Andini. Kinara sosok yang tangguh karena menjadi tulang punggung keluarga semenjak ayahnya sakit. Ia harus membiayai pendidikan adik bungsunya Jery yang masih duduk dibangku SMA. Saat bekerja di kantor ia sering mewawancarai tokoh pengusaha muda karena ia harus mengisi segmen Bincang Bisnis di kolom berita onlinenya. saat itulah ia bertemu dengan Aldo Nugraha, seorang Pengusaha yang juga ketua komunitas pengusaha muda di kota Jayra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahaya Tulip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia mulai terbongkar
Aldo terbangun karena dering handphonenya berbunyi. "Jam berapa ini?" ia tersentak melihat jam dilayar handphonenya. "Sudah siang, kenapa alarm tidak berbunyi? " ia mengangkat telponnya. "Halo Kinara," sapanya sambil menggosok mata. "Halo, aku sudah siapkan sarapan. Maaf aku bangun kesiangan jadi aku cuma sempat bikin roti lapis. Bisakah kamu bantu membersihkan perkakas dapur di wastafel?" terdengar suara terengah dari balik telpon. "Baiklah nanti aku bersihkan," suara Kinara tampak terputus-putus, "Oke terima kasih. Tuttututut" Aldo mematikan telponnya. "Kenapa dia sampai kesiangan?" gumam Aldo sambil meregangkan tubuhnya. "Ah tidurku nyenyak sekali malam tadi." Aldo berlalu ke dapur setelah membersihkan kamarnya. Ia merasa sudah makin fit hari ini. Ia menyeduh kopi dan memakan roti lapis yang terhidang diatas meja. Hari ini ia ada janji makan siang bersama Kinara di kafe dekat rumah, ia rasa sudah bisa membawa motor untuk pergi kesana. Pekerjaan dapur sudah ia selesaikan, tinggal bersih-bersih rumah sambil menunggu jam makan siang.
Kinara baru bangun jam 07.30 otomatis semua terburu-buru. Mungkin ia terlalu lelah menjaga Aldo akhir-akhir ini sampai alarm berbunyi ia masih saja tidur lelap. Padahal semalam ia menelpon ibunya sebentar saja. Tepat Jam 08.00 dia baru sampai di kantornya. Untung saja masih sempat absen dan aman dari denda keterlambatan. Ayu dan Arya yang sedang di pantry melihat Kinara berjalan cepat ke ruangan. "Tumben Kinara terlambat hari ini" celetuk Ayu. "Mungkin yang sakit agak rewel," Arya tertawa lirih. Ayu menatapnya heran. "Kamu kenal dengan teman serumahnya?" Arya mengangguk mantap. "Akukan tinggal satu perumahan sama kak Kinara tentu saja kenal." Ayu mengangguk paham. "Apa dia cantik seperti Sheila?" Arya menatap ayu bingung, lalu menggeleng. "Tapi dia tampan," celoteh Arya.
Ayu terperanjat, "Uhukuhukuhuk." Ia yang sedang menyeruput kopinya spontan tersedak mendengar perkataan Arya. Arya menepuk punggung Ayu perlahan, "Kamu ga apa-apa kak?" tanyanya polos. "Kamu ga salah bicara? Syera itu laki-laki?" Arya lalu menutup mulutnya. 'Mati aku'. "Oh memangnya aku bilang laki-laki? Ga ada kok?" Ayu meletakkan gelasnya di atas meja pantry. " Arya bicara yang jelas. Apa kamu mengetahui sesuatu?" Arya menggeleng kuat. Ayu makin curiga. "Maksudnya dia tampan?" tanya ayu lagi. Arya menarik Ayu ke sudut lalu berbisik pada Ayu. Ayu hanya menutup mulutnya dengan kedua tangan, seolah menahan suara teriakannya. "Jangan sampai kak Kinara tahu aku yang cerita ya kak. pliss, bisa bangkrut aku traktir dia setiap hari," Ayu mengangguk cepat.
Mereka lalu buru-buru kembali ke ruang kerja. Ayu melihat Kinara dengan tatapan penasaran. Ia ingin sekali mengkonfirmasi cerita dari Arya tapi masih belum tahu bagaimana caranya supaya Arya tidak ketahuan membocorkan rahasia padanya. "Dari mana?" pertanyaan Kinara membuat Ayu salah tingkah seolah kedapatan sedang melakukan hal buruk. "kamu kenapa?" Kinara menatap Ayu heran. "Oh ga apa kok, tadi dari pantry bikin kopi," sahut Ayu sambil menunjukkan gelas kopinya. Kinara hanya mengangguk, "Oh ya siang ini aku ada jadwal wawancara dengan Aldo, aku sudah lapor ke Lina. Kalau pak Lukman atau pak Wira mencariku tolong sampaikan pada mereka." Ayu mengangguk.
Ia bernafas lega, 'Hampir saja ketahuan,' batin ayu. Ia mengingat kejadian beberapa hari lalu. Saat Kinara berbicara santai soal hubungan Aldo dan Kamelia. Seolah sangat tahu tentang kehidupan Aldo dari orangnya langsung. Ditambah lagi saat ia bertemu Sheila dikafe yang ternyata baik-baik saja. ' sandiwaramu hebat juga Kinara, aku hampir terkecoh,' gumam ayu dalam hati sambil wajahnya menyeringai. Kinara sempat melihat ekspresi Ayu saat ia mengambil penanya yang jatuh, tapi Kinara mengabaikannya.
Notifikasi pesan masuk ke handphonenya. Kinara membuka pesan dari Aldo, < Jam 12.30 temui aku di kafe Cendana> .
Kinara keluar kantor 15 menit sesuai jadwal, karena ia harus memesan taksi untuk mempersingkat perjalanan. Taksi sudah menunggunya di depan kantor. Kamelia sempat melihat kepergian Kinara dan bertanya pada Lukman. "Apa jadwal wawancara dengan Aldo sudah dikonfirmasi?" Lukman mengangguk, "Sudah Bu,nsiang ini Kinara bertemu Aldo untuk wawancaranya." Kamelia mengangguk paham. Mereka berlalu menuju parkiran, karena akan menghadiri pertemuan kantor berita sekota Jayra . Aldo berpakaian casual namun tetap terlihat berwibawa. Ia menggunakan jas hitam didalam kemeja santainya. Ia berjaga -jaga jika Kinara membutuhkan fotonya untuk bahan tulisannya. Ia mengenakan helm dan membawa helm Kinara. Aldo berencana mengantar Kinara kembali ke kantor setelah makan siang mereka.
Sesampainya di kafe Cendana, Aldo melihat Kinara yang sedang memesan makanan untuk mereka. Aldo menghampiri Kinara dengan wajah cerah dan merona. "Sudah segar hari ini, sepertinya tidurmu nyenyak sekali," goda Kinara. Aldo hanya tersenyum sambil mengangkat kedua alisnya. Aldo menarik kursi dihadapan Kinara dan duduk dengan santai. "Aku sudah memesan menunya jadi tidak perlu terlalu lama menunggu. Aku harus tetap mewawancarai mu untuk bahan cadangan kalau-kalau kamu keluar kota saat bertepatan dengan jadwal wawancara." Kinara membalik layar. "Menghemat energimu berbicara ketik saja jawabanmu disini." Aldo menatap Kinara, lalu menggeleng heran. Kinara tersenyum sambil bersandar membuka handphonenya 'Orang ini fotogenik sekali, cocok jadi model,' gumamnya dalam hati.
Ia mengambil beberapa foto candid Aldo. Aldo yang fokus mengetik tak menyadari kalau sedang di foto. Kinara berdiri dan mundur sedikit, mengambil angle yang bagus. Lalu memeriksa hasil jepretannya. Meski dengan kamera handphone hasilnya lumayan bagus. Tak lama pelayan datang membawa makanan pesanan mereka. "Tambah air mineral 2 botol," ujar Aldo. Pelayan itu mengangguk dan kembali mengambil airnya. Aldo meletakkan laptop Kinara di kursi sebelahnya. "Kinar, makan dulu ya aku laper banget." Kinara menghampiri meja. Ikut menikmati makan siang itu. "2 Minggu lagi aku dengar akan ada rapat pergantian pengurus komunitasmu?" Aldo mengangguk, "Siapa kandidatnya?" Aldo menatap Kinara, "Kamelia dan aku." Kinara tersenyum. Ia ingin sekali menggoda Aldo tapi ia juga tahu Aldo akan sangat marah jika Kinara membahas soal Kamelia.
"Setidaknya aku sudah punya cadangan tema. Nanti aku kirim ke emailmu. Lanjutkan dirumah saja." Aldo mengangguk, "Apa kamu sudah punya jawabannya?" Aldo bertanya tanpa menatap Kinara. Kinara bingung 'Apakah dia serius menanyakan hal itu? Menatapku saja tidak,' gumamnya dalam hati. Aldo menghentikan makannya, lalu melihat pada Kinara. "Kinar, kamu mendengarkan ku?" Kinar menatap Aldo dengan paha ayam dimulutnya. "Apa kamu tadi bicara? Aku pikir kamu sedang makan." Sindirannya cukup membuat Aldo malu. "Aku bertanya apa kamu sudah punya jawaban soal pertanyaanku semalam?" Kinara meletakkan paha ayam kembali ke piringnya. "Memang kamu bertanya apa semalam?" Kinara ingin memastikan kebingungannya. "Kamu bilang aku harus punya seseorang yang bisa membantuku melupakan masa laluku kan? Seseorang yang mengisi kekosongan itu dan yang akan ku pacari dengan serius kalau perlu sampai menikahinya. Jadi aku bertanya apa kamu mau membantuku mengisi kekosongan itu? Apa kamu mau membantuku melupakan masa laluku? Apa kamu mau ku pacari secara serius bahkan ku nikahi nantinya?" Kinara menatap aldo tak berkutik. 'Apa ia sedang menembakku?' tanyanya dalam hati.