Cek Khodam Online

Mereka bertiga menoleh ke belakang, dan saat itu juga muncul makhluk hitam berbulu dengan mata merah menatap ketiganya.

"Cah, G-genderuwo cah!" bisik kang Sa'ad ketakutan

"Tuh kan! Aku bilang apa tadi, pasti dia marah karena kamu kencing sembarangan"

"Terus kita harus gimana?"

"Tunggu apalagi, buruan lari"

"Tapi Deni gimana?"

"Udah biarin aja. Nyawa dulu kita yang harus di selametin"

Karena takut, mereka lari meninggalkan Deni yang masih ada di kali.

Sementara itu, Deni masih mencari sumber suara. Sorot lampu senter mengarah kemana-mana. Sampai akhirnya, ia melihat sekelebatan bayangan putih yang melesat lalu menghilang dibalik pohon bambu. Deni perlahan mendekati, namun tiba-tiba suara itu kembali mengejutkan nya

"Mas, jangan mendekat!"

Dengan cepat ia menoleh dan saat itulah ia melihat Wewe gombel tengah melayang di belakang nya.

"Kamu lagi!" ucap Deni tersentak. Ia sangat yakin jika itu setan yang mengikutinya. Sementara itu si setan tobrut hanya tersenyum kecut tanpa menjawab.

"Jadi bener selama ini kamu mengikutiku?"

"Aku minta maaf mas" jawabnya singkat

"Emangnya ada perlu apa kamu ngikutin aku? Bukannya urusan kita udah selesai? Aku juga udah kapok gak ikut cek khodam lagi" berang Deni yang mulai resah.

"Tau gak, gara-gara aku diikuti kamu, hidupku jadi apes mulu, qku dipecat gara-gara sering terlambat"

"Tapi itu kan salah mas sendiri, ngapain juga percaya sama konten begituan?"

"Terus kamu mau apa? Pergi! Jangan ikutin aku" Sungut Deni, lalu ia memutuskan naik ke atas

"Eh, mau kemana mas? Mau nyusul teman-teman mas ya? Mereka udah lari dari tadi"

"Apa?" tanya Deni terkejut

"Iya, mereka lari gara-gara liat penunggu di tempat ini"

"Ck! Aku ditinggal sendirian. Dasar gak ada akhlak" gerutu Deni.

"Terus ngapain kamu larang aku kesana? Emangnya apa apa disana?"

Tempat itu ada penunggunya, Raja demit, bekingannya kuat, seluruh demit di hutan ini tunduk sama dia. Dia juga bisa bikin kamu celaka kalo terganggu dengan keberadaanmu. Lebih baik kamu pulang aja, lagian pemuda yang mas cari gak ada disini"

"Kok kamu bisa tau kalo gak ada disini?"

"Tentu saja, aku tau dimana dia"

"Hah? Dimana? Kasih tau dong?" tanya Deni penasaran. Bahkan tanpa sadar ia nampak biasa meskipun lawan bicaranya bukan manusia.

"Aku gak mau kasih tau ah" ujar si tobrut sambil memalingkan muka.

"Dih gimana sih. Jangan-jangan kamu ya yang ngumpetin? Kamu kan terkenal suka nyulik anak kecil. Mana? Tunjukin!" balas Deni

"Emangnya aku cewek apaan. Nggak ada ya nyulik-nyulik anak orang. Aku itu makhluk yang berperikesetanan"

"Kalo bukan kamu terus siapa? Cepetan, aku gak punya banyak waktu nih"

"Tapi ada syarat dan ketentuan nya"

"Ribet banget pakek syarat dan ketentuan. Yaudah apa?" jawab Deni karna tak ingin berlama-lama

"Syarat pertama, mulai hari ini aku dibolehin ikut mas" ucap si tobrut yang langsung ditolak oleh Deni

"Nggak! Nggak! Enak aja. Yang lain aja pengikutnya keren-keren. Macan putih, nenek sakti, ular raksasa, ultramen biru. Masa giliran aku yang ngikut cuma setan berdaster. Nggak mau ah, gak keren"

"Nggak mau ya udah. Aku juga gak maksa. Kalo gitu sana pulang, cari pemuda ceroboh itu sampe dapet! Bye"

"Eh! Dasar cewek! Gitu aja ngambek. Yaudah iya. Syarat ke dua apa?"

"Syarat kedua, kamu harus jadi temen aku. Pokoknya mulai malam ini kita bestian. Dan syarat ketiga, kamu harus bantu aku untuk menyempurnakan kematian ku"

Deni sebenarnya gak terlalu paham dengan syarat yang diberikan makhluk itu. Namun ia males mengulur waktu hingga ia menyetujui saja.

"Oke gak masalah, terus dimana keponakan nya kang Abdul? Aku udah kepo berat nih"

"Pemuda itu disembunyikan oleh setan yang bergentayangan di kampung. Dialah penyebab hilangnya pemuda itu." Deni hanya menggaruk tengkuknya karena gak paham dengan perkataan itu

"Gentayangan? Emang siapa?"

"Pocong gundul. Alias tukang jamu yang beberapa hari yang lalu meninggal.

Saat itulah Deni terbelalak. Ternyata pocong gundul yang diceritakan si tukang sayur itu nyata. Dan tukang jamu yang dimaksud itu adalah mbok yem

"Jadi kematian gak wajar mbok yem itu bener?" tanya Deni hingga setan itu mengangguk.

"Apalagi yang kamu ketahui tentang mbok yem?"

"Aku sih gak tau banget, tapi aku bisa cari tau secepatnya, gimana? Nanti lagi kita diskusi masalah ini. Kalo disini gak aman, banyak yang denger. Tapi yang jelas kamu udah tau dimana pemuda itu.

"Terus gimana caranya pemuda itu kembali?"

"Nanti, tunggu tujuh hari, dia pasti pulang sendiri. Soalnya si pocong gundul itu cuma mau kasih dia efek jera"

"Efek jera? Emangnya dia ngelakuin apa?"

"kesalahan kecil yang berakibat fatal. Biasa lah kalo orang tua lagi nanya malah Hp teroos"

Deni terdiam, ia masih ragu ucapan setan itu. Tapi ia juga tak bisa mengabaikannya begitu saja. Apalagi si setan tobrut itu juga terlihat serius.

"Oke aku percaya. Kita liat nanti di hari ke tujuh. Kalo kamu bohong, aku bakal panggil ustadz biar ngusir kamu" Ancam Deni yang hanya mendapat acungan jempol.

"Oh ya, kamu punya nama? Gak enak, sejak kemarin aku panggil setan tobrut mulu"

"Namaku Monik mas, panggil aja Monik."

"Oke Monik, satu lagi, kalo setelah ritual itu kamu ngikutin aku, kenapa waktu aku panggil kamu pakek mantra jailangkung, kamu gak nongol?"

"Yaelah mas, mantra apaan itu? Gak mempan! Aku bukan demit sembarang, kalo mau panggil aku harus pakek mantra khusus"

"Mantra khusus apa?"

"Sini aku bisikin"

Monik kemudian membisikkan mantra untuk memanggilnya dan seketika itu Deni tertawa.

"Hah? Mantra apaan itu? Bwahahaha"