Terjerat Cinta Teman Serumah

Terjerat Cinta Teman Serumah

Awal Pertemuan

Handphone Kinara berdering, "Halo Jesika," sapanya. " Kinara, tunggu aku didepan rumah. Aku antar Sheila, sebentar aku sampai," minta Jesika. "Sheila mabuk lagi?" gumam Kinara kesal setelah mematikan telponnya. Minggu ini sudah 3 kali Sheila pulang dalam keadaan mabuk. Pekerjaannya sebagai pendatang baru di dunia modeling membuat dia sering diminta menemani bos-bos untuk minum. Untung saja Jesika selalu mengawasi dan menjaganya jangan sampai dikerjai bos-bos itu. Mobil Jesika berhenti tepat didepan pagar. Kinara menggeleng heran, Jesika berusaha mengeluarkan Sheila dari mobil. Kinara menyambutnya, merangkul tangan kanan Sheila di pundaknya. "Aku langsung ya Kinara, sudah larut." Kinara mengangguk, "Hati-hati ya. Terima kasih sudah mengantarnya." Mobil Jesika melaju meninggalkan mereka. Kinara terhuyung-huyung membawa Sheila masuk ke dalam rumah. Ia mengantar Sheila sampai ke kamarnya. Melepas sendal dan memakaikan selimut pada Sheila yang tengah tertidur pulas. Kinara menghela nafas, untungnya dia belum tidur karena harus mengejar dateline tulisan untuk besok.

Handphone Kinara berdering, " Halo Pak Wir?" sapanya sambil menjepit handphonenya diantara telinga dan pundak. Tangannya terus bergerak pada tuts keyboard. "Kinara, besok pagi jangan lupa wawancara dengan Aldo Nugraha di Kafe Whiz jam 10. Kamu tidak boleh datang terlambat, orangnya sangat disiplin waktu." Kinara terkejut, "Pak Wira bukannya itu tugas Vivian? Aku harus naik tulisan besok pagi," keluhnya. "Vivian baru saja mengirim pengajuan cuti untuk seminggu ke depan. Dia akan pulang kampung, ibunya sakit." Kinara memegang pelipisnya. "Baiklah," jawabnya lesu. "Besok aku juga harus mengantar istriku ke rumah sakit, dia sudah mulai kontraksi. Aku serahkan padamu ya." Wira langsung menutup telpon setelah terdengar erangan kesakitan dari istrinya. Kinara tiba-tiba merasa lemas. Ia menyimpan tulisannya tadi dan menutup laptop. Bergegas ke kamar untuk tidur. Matanya sudah tak tahan lagi.

Suara Alarm dari handphone Kinara membuat ia tersentak. Ia meraba handphone dimeja untuk mematikan alarmnya. Ia bangkit, lalu duduk memeriksa pesan di handphonenya. pesan dari Wira menyentak Kinara. Ia melihat jam di dinding, " Sudah jam 08.00," gumamnya. Kinara bangun dan berlari ke kamar mandi. "Aaaah kenapa mendadak berganti jam?" omelnya dikamar mandi.

Kinara bergegas memilih pakaian yang cocok untuk bertemu dengan orang penting. Ia mengambil stelan blazer merah muda dan celana panjang senada. Ia menggerai rambutnya yang ikal. Mengenakan lipstik warna nude menunjukkan make up natural. Ia berlari ke ruang tengah memasukan laptop dalam tas jinjing. Ia melihat Sheila masih tertidur dikamarnya. Kinara mengambil selembar roti dan mengepit nya ke bibir. Ia berlari mengambil handphone yang masih berada diatas kasur. Lalu mengenakan sepatu hitam pantofel. Sambil turun ke bawah, ia mengunyah lembaran roti perlahan. Tangannya memesan taksi online, karena waktunya tidak akan cukup jika harus menaiki bus seperti biasanya ia berangkat bekerja. 5 menit kemudian taksi yang ia pesan berhenti didepannya. Mobil melaju menuju kafe Whiz yang berjarak 15 menit dari rumah sewanya. Dengan sedikit terengah, Kinara akhirnya bisa melihat draft wawancara yang sudah dibuat oleh rekannya, Ayu. Ia mencoba mencari berita terbaru yang berkaitan dengan bahan wawancara.

"Nona, sudah sampai," ujar supir. Kinara turun setelah mengucapkan terima kasih dan memastikan pembayaran berhasil. Ia melihat jam pada layar handphonenya. "Syukurlah", gumamnya. Jam 08.35 ia sudah sampai dikafe. Ia memilih meja yang tidak terlalu ramai dan sedikit tersembunyi supaya bisa leluasa mewawancarai Aldo. Pelayan menghampirinya, "Pesan kopi latte satu," ujarnya. Pelayan mengangguk lalu pergi menyiapkan pesanan. Kinara membuka laptop dan mengirimkan draft tulisannya pada Ayu melalui email. pesannya. balas Ayu.

Tepat jam 09.00 Aldo Nugraha memasuki kafe dan berdiri tepat didepan meja Kinara. "Pak Aldo sudah datang, Selamat Pagi Pak," sapa Kinara sambil mengulurkan tangannya. Aldo hanya mengangguk dan duduk dikursi didepannya. Kinara tertegun lalu ikut duduk dikursinya. Ia memindah laptop ke kursi disebelah nya. Mengambil buku note dan pena untuk mencatat. "Pak Aldo mau minum apa?" tawar Kinara. "Tidak perlu, langsung saja mulai wawancaranya," sahutnya dingin. "Ah iya, baik Pak. Sebelumnya saya berterima kasih atas waktunya. Saya Kinara Kinanti, senang bisa mewawancarai Pak Aldo pagi ini." Prolog Kinara mencairkan suasana dan menenangkan dirinya yang tidak menyangka Aldo sedingin itu. Aldo hanya mengangguk, Kinara langsung memulai wawancaranya. Untung saja ia sempat menyalakan rekaman audio di handphone nya sebelum menyapa Aldo tadi.

1 jam berlalu, "Sepertinya cukup untuk wawancara hari ini Pak Aldo, sekali lagi terimakasih atas waktunya." Kinara bangkit dan mengulurkan tangannya lagi, tapi Aldo hanya mengangguk lalu bergegas pergi. Kinara menghela nafas. Lalu memanggil pelayan untuk membayar kopinya, merapikan barang dan pergi meninggalkan kafe.

20 menit kemudian ia sampai dikantor. Dengan wajah kuyu ia menghempaskan tubuhnya ke kursi. "Bagaimana tadi? Aku dengar Pak Aldo itu masih muda dan tampan, apa betul Kin?" tanya Ayu. "Aah percuma tampan kalau ga ramah. Satu jam aku deg-degan menahan diri untuk tidak menangis. Benar-benar laki-laki kaku tak punya emosi," sungut Kinara sambil memperbaiki duduknya. Ia menyalakan komputer di hadapannya. Mengambil handphone dan menyalakan rekaman wawancara tadi. "Apa ini suaranya Pak Aldo? berwibawa dan sangat dewasa. Ah aku bisa membayangkan sekeren apa dia," ujar Ayu. "Yu, kamu kesambet apa pagi-pagi gini sudah halu?" celetuk Kinara. "Heh, Kamu ini gila kerja sampai ga punya waktu buat kehidupan romansa. Yang begini Kamu ga mungkin mengerti?" sahut Ayu. Kinara mengekeh, "Apa itu romansa? Bisa dimakan?" gumam nya lirih. "Bagaimana draft artikelku tadi Yu?" tangan Kinara masih fokus mengetik. "Sudah di up jam 10 tadi, tidak ada revisi dari pak Lukman dia langsung setuju," jawab Ayu. Kinara mengangguk mengerti.

1 jam kemudian ia berhasil merapikan hasil rekamannya ke dalam sebuah artikel baru. Kinara sangat berbakat , sejak SMA ia sering juara menulis, baik itu artikel, mengarang cerpen, sampai membuat karya ilmiah. Jadi tugas itu kecil baginya. Ia mengirim hasil wawancara pada Lukman melalui email. Telepon diatas meja Lina berdering, "Halo" sapanya. "Suruh Kinara ke ruanganku" ujar Lukman dari balik telpon. Lina menutup telpon, "Kinara diminta pak Lukman ke ruangannya." Kinara mengangguk dan bangkit menuju ruangan Lukman.

"Toktoktok..." Kinara membuka pintu, "Permisi Pak" sapanya, Lukman mengangguk, "Kamu sempat minta fotonya tadi?" tanya Lukman. Kinara memukul jidatnya sendiri, ia benar-benar lupa karena Aldo nampak terburu-buru pergi. "Maaf apak Lukman, saya lupa. Bagaimana?" tanya Kinara. "Kamu bisa menghubungi beliau untuk mengirimkan fotonya?" minta Lukman. "Bagaimana kalau saya minta bantuan pak Wira?" tawar Kinara. "Baiklah, kalau kamu berhasil menghubungi Wira minta ia yang menghubungi." Kinara mengangguk. "Oh ya apa dia ada menyinggung pertemuan forum hari ini? Itu bisa jadi tambahan berita. Aku lihat tadi di draft yang kamu kirim belum ada" tanya Lukman. "Memangnya ada event apa Pak? Saya belum tahu?" ujar Kinara balik bertanya. " Kamu tidak tahu? hari ini ada pertemuan forum Pengusaha muda internasional di Sweden, dia di minta memberi sambutan untuk perwakilan negara." Kinara terkesima mendengar info dari Lukman, 'Sehebat itu kah dia?' benaknya. "Apa perlu saya minta pak Wira jadwalkan wawancara lagi?" tanya Kinara tersenyum takut.

Kinara menghubungi Wira berkali-kali, "Aduh kenapa tidak diangkat? bagaimana ini?" gumamnya kesal. Suara notifikasi pesan masuk ke handphone Kinara, pesan Wira. balas Kinara. Wira mengirim kontak Aldo lewat pesannya, balas Wira. Wajah Kinara berubah panik. "Kenapa aku yang menghubungi?" gumamnya lagi.

dengan hati ragu Kinara akhirnya mengirim pesan pada kontak Aldo. Suara notifikasi pesan masuk ke handphonenya Kinara bernafas lega. Ia lalu turun ke ruangan dan membereskan barangnya.

Kinara mengantri di halte bus, handphonenya berdering, "Ya Sheila," sapanya. " Kin, aku pindah hari ini. Aku dapat apartemen gratis dari pacarku. Tapi kamu tenang saja, aku sudah dapat penggantiku yang menemanimu dirumah sewaan ini. Kalau tidak ada kendala besok ia akan pindah," ujar Sheila. "Tunggu, sejak kapan kamu punya pacar? Kamu tidak pernah cerita." omel Kinara. "Emm..sebenarnya baru semalam kami jadian," sahut Sheila. "Kamu ga perlu khawatir soal biaya. Dia bersedia menanggung 70% dari biaya sewa, kamu tetap 30% seperti biasa. Sori ya aku ga sempat pamitan, aku harus berbenah di apartemenku. Nanti kita atur waktu makan bareng, oke. Love you." Sheila memutus telponnya. Ia tidak mau mendengar ocehan Kinara soal hubungan. Bagaimana tidak, dalam sebulan Sheila sudah 2 kali putus. Dan orang yang memberinya apartemen ini orang ketiga yang dia dekati. "Pengusaha mana lagi yang masuk perangkapnya?" gumam Kirana sambil menggeleng heran.

Episodes
1 Awal Pertemuan
2 Bertemu Cinta Lama
3 Drama Pindahan
4 Kesepakatan
5 Simbiosis Mutualisme
6 Mengobati Kekesalan
7 Reaksi Tetangga
8 Asal Bicara
9 Berita Heboh
10 Jaga Rahasia
11 Kebohongan yang Merepotkan
12 Menjadi Pengasuh
13 Menambah Daftar kebohongan
14 Menguji Kesabaran
15 Menembak Pacar Bohongan
16 Pikiran Kusut
17 Rahasia mulai terbongkar
18 Ungkapan Hati
19 Kecewa Karena Cinta
20 Berita Tak Terduga
21 Klarifikasi dan Pembuktian
22 Galau yang melelahkan
23 Negosiasi
24 Mengurai masalah
25 Kena Batunya
26 Cinta 2 Pria
27 Rahasia Hati
28 Penilaian Yang Mengusik
29 Pertolongan Yang Tak DiDuga
30 Mencari Simpati
31 Perlahan Terbujuk
32 Tamu yang Mengkhawatirkan
33 Pernyataan Cinta
34 Memperjuangkan Cinta
35 Masalah Besar
36 Janji Hati
37 Tersentuh Perhatian kecilnya
38 Terpesona
39 Malam Yang Mendebarkan
40 Terjebak Cinta
41 Serangan Panik
42 Bertemu Calon Mertua
43 Keraguan Hati
44 Pacar Rahasia
45 Penggemar Masa Kuliah
46 Pertemuan Mengejutkan
47 Jalani dan Nikmati Momen
48 Rahasia yang Tercium
49 Tertipu Prasangka
50 Cemburu Buta
51 Mengalah bukan Kalah
52 Merebut Perhatiannya
53 Malam Penuh Kehangatan
54 Menata Hati
55 Harapan ditengah Kecewa
56 Pengakuan yang Mengejutkan
57 Hati Yang Berubah
58 Rasa Kehilangan
59 Rindu yang Tertahan
60 Membangun Optimisme
61 Keputusan Besar
62 Keyakinan Yang Hilang
63 Termakan Jebakan
64 Hari yang Menegangkan
65 Dukungan Vs Hukuman
66 Berita Besar
67 Menahan Perihnya Luka
68 Pesan yang Mengharukan
69 Ketulusan yang Menyentuh
70 Hati yang Patah
71 Luka Terbesar
72 Mengambil Keputusan
73 Hati Yang Ditinggalkan
74 Nasihat Penuh Makna
75 Harapan Yang Memudar
76 Goyah
77 Cinta Tapi Hampa
78 Karena Cinta Akan Menjaganya
79 Butuh Perhatian
80 Hanya Teman Dekat
81 Perhatian dan Pengertian
82 Tak Ingin Kehilangan
83 Menata Masa Depan
84 Amarah
85 Dukungan Orang Tersayang
86 Pertemuan Tak Terduga
87 Rencana Tersembunyi
88 Rindu yang Menggebu
89 Curiga
90 Bertahan Pada Pendirian
91 Serangan
92 Terpuruk
93 Pesan Perpisahan
94 Tegar
95 Kawan Baru
96 Hati Yang Hancur
97 Tak ingin Pisah
98 Kehilangan Arah
99 Berhenti Berharap
100 Mengejar Asa
101 Bicara dengan Hati
102 Penyemangat Hidup
103 Jalan Takdir
104 Kehidupan Baru
105 Tahun Baru Semangat Baru Hidup Baru
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Awal Pertemuan
2
Bertemu Cinta Lama
3
Drama Pindahan
4
Kesepakatan
5
Simbiosis Mutualisme
6
Mengobati Kekesalan
7
Reaksi Tetangga
8
Asal Bicara
9
Berita Heboh
10
Jaga Rahasia
11
Kebohongan yang Merepotkan
12
Menjadi Pengasuh
13
Menambah Daftar kebohongan
14
Menguji Kesabaran
15
Menembak Pacar Bohongan
16
Pikiran Kusut
17
Rahasia mulai terbongkar
18
Ungkapan Hati
19
Kecewa Karena Cinta
20
Berita Tak Terduga
21
Klarifikasi dan Pembuktian
22
Galau yang melelahkan
23
Negosiasi
24
Mengurai masalah
25
Kena Batunya
26
Cinta 2 Pria
27
Rahasia Hati
28
Penilaian Yang Mengusik
29
Pertolongan Yang Tak DiDuga
30
Mencari Simpati
31
Perlahan Terbujuk
32
Tamu yang Mengkhawatirkan
33
Pernyataan Cinta
34
Memperjuangkan Cinta
35
Masalah Besar
36
Janji Hati
37
Tersentuh Perhatian kecilnya
38
Terpesona
39
Malam Yang Mendebarkan
40
Terjebak Cinta
41
Serangan Panik
42
Bertemu Calon Mertua
43
Keraguan Hati
44
Pacar Rahasia
45
Penggemar Masa Kuliah
46
Pertemuan Mengejutkan
47
Jalani dan Nikmati Momen
48
Rahasia yang Tercium
49
Tertipu Prasangka
50
Cemburu Buta
51
Mengalah bukan Kalah
52
Merebut Perhatiannya
53
Malam Penuh Kehangatan
54
Menata Hati
55
Harapan ditengah Kecewa
56
Pengakuan yang Mengejutkan
57
Hati Yang Berubah
58
Rasa Kehilangan
59
Rindu yang Tertahan
60
Membangun Optimisme
61
Keputusan Besar
62
Keyakinan Yang Hilang
63
Termakan Jebakan
64
Hari yang Menegangkan
65
Dukungan Vs Hukuman
66
Berita Besar
67
Menahan Perihnya Luka
68
Pesan yang Mengharukan
69
Ketulusan yang Menyentuh
70
Hati yang Patah
71
Luka Terbesar
72
Mengambil Keputusan
73
Hati Yang Ditinggalkan
74
Nasihat Penuh Makna
75
Harapan Yang Memudar
76
Goyah
77
Cinta Tapi Hampa
78
Karena Cinta Akan Menjaganya
79
Butuh Perhatian
80
Hanya Teman Dekat
81
Perhatian dan Pengertian
82
Tak Ingin Kehilangan
83
Menata Masa Depan
84
Amarah
85
Dukungan Orang Tersayang
86
Pertemuan Tak Terduga
87
Rencana Tersembunyi
88
Rindu yang Menggebu
89
Curiga
90
Bertahan Pada Pendirian
91
Serangan
92
Terpuruk
93
Pesan Perpisahan
94
Tegar
95
Kawan Baru
96
Hati Yang Hancur
97
Tak ingin Pisah
98
Kehilangan Arah
99
Berhenti Berharap
100
Mengejar Asa
101
Bicara dengan Hati
102
Penyemangat Hidup
103
Jalan Takdir
104
Kehidupan Baru
105
Tahun Baru Semangat Baru Hidup Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!