SUAMIKU BUKAN SUAMIKU

Zoya menutupi wajahnya. Zoya merinding ketakutan. Siapa orang yang ada di sampingnya.

"Zoya, Zoya, ini aku," entah mengapa suara itu begitu menenangkan Zoya.

Zoya perlahan membuka mata. Zoya memperhatikan cowok yang duduk di sampingnya. Iya, dia adalah cowok yang tadi pagi menolongnya.

"Kamu siapa?" tanya Zoya.

"Masa kamu lupa siapa aku. Aku kekasihmu," jawabnya.

"Kak Arga?"

"Apa kamu kesulitan di soal ini?" Dia menarik buku Zoya.

Zoya mengangguk. Arga membaca soal-soal itu dengan serius. Arga menjelaskan dengan cara yang paling mudah dan bisa dimengerti Zoya. Dalam waktu sebentar saja, Zoya sudah bisa mengerjakan soal pertama dan hasilnya sempurna.

Zoya melanjutkan ke soal-soal selanjutnya. Arga puas dengan hasil kerja Zoya. Arga mengelus rambut Zoya. Arga menanyakan bagaimana keadaan kaki Zoya. Zoya masih merasa sakit. Zoya juga akhir-akhir ini tidak bisa tidur.

"Terima kasih Kak untuk hari ini," ucap Zoya.

"Aku akan selalu ada. Tidurlah," Arga membantu Zoya berdiri.

"Hmmm, a ... aku bisa sendiri," Zoya merasa gak nyaman.

Arga membantu Zoya naik ke atas tempat tidur. Arga duduk di samping Zoya. Tangannya dengan lembut mengusap rambut Zoya. Awalnya Zoya merasa tidak nyaman, tapi lama kelamaan Zoya mulai terlelap.

Setelah kecelakaan, Zoya selalu susah memejamkan matanya. Zoya selalu merasa maut akan selalu menjemput. Entah kenapa perasaan itu selalu menghantuinya. Tapi malam ini, Zoya merasa aman, nyaman.

Zoya terlelap dan masuk ke alam mimpi. Zoya berada di pinggir Pantai Keong Desa Kerang. Mata Zoya berkeliling, Zoya berada di masa dia masih kecil. Zoya memakai dress pink, kakek dan nenek saat itu masih terlihat muda, mereka sedang membersihkan ikan hasil tangkapan kakek di pantai.

Zoya terus berjalan menyusuri tepi pantai sambil bermain kejar-kejaran dengan ombak. Zoya melihat ada seorang anak laki-laki dibully beberapa anak laki-laki di dekat pondok kecil. Anak laki-laki itu berusaha melawan tapi dia kalah kuat karena yang dilawan anak-anaknya lebih besar.

Zoya dengan berani mengambil batang kayu yang hanyut terbawa arus. Zoya berlari menghampiri anak-anak itu. Zoya berteriak di depan mereka. Zoya bilang jangan beraninya keroyokan, kalo berani satu lawan satu.

Sekawanan anak laki-laki itu tertawa menatap Zoya. Satu persatu dari mereka maju melawan Zoya. Zoya yang diajari kakeknya ilmu bela diri dengan mudah mengalahkan mereka. Merasa sudah tidak berdaya, 5 anak laki-laki itu berlari meninggalkan Zoya.

Zoya menghampiri anak laki-laki itu. Zoya kasihan, kakinya berdarah, mungkin dia tersandung saat berlari menghindari 5 anak nakal itu. Zoya membawanya ke rumah kakek dan nenek.

Kakek dan nenek mengobati lukanya. Mereka juga mengundang anak itu makan siang di rumah. Anak itu merasa bahagia diperlakukan sangat baik oleh Zoya dan keluarganya.

Sejak hari itu, anak laki-laki itu selalu datang menemui Zoya. Dia berjanji akan selalu menjaga Zoya. Zoya memberikan anak laki-laki itu sebuah gelang yang dia buat sendiri dari kerang-kerang yang Zoya kumpulkan.

Anak laki-laki itu menyebutkan namanya. Tapi Zoya tidak bisa mendengar dengan jelas siapa namanya. Zoya mencoba memperhatikan gerak bibirnya. Yang Zoya tangkap hanya 'A'. Zoya terus memaksa anak itu untuk lebih keras menyebutkan namanya.

"Nona Zoya, Non."

Zoya mendengar suara Bi Ijah. Zoya membuka mata. Zoya melihat Bi Ijah dan Mang Dulah ada di sampingnya.

"Ada apa Mang, Bi?" Zoya dengan napas yang tersengal-sengal.

"Non Zoya, ngigau. Mimpi apa Non?" tanya Bi Ijah.

Zoya menggelengkan kepalanya. Zoya lupa. Zoya teringat dengan Arga. Zoya menanyakan Arga kepada Bi Ijah dan Mang Dulah. Bi Ijah dan Mang Dulah saling berpandangan. Mereka bilang Arga saat ini ada di luar negeri bersama kedua orang tuanya.

"Tadi malam, Kak Arga ada di sini, bantuin Zoya ngerjain soal matematika," kata Zoya.

"Benarkah? Baiklah Non, siap-siap untuk pergi ke sekolah. Non Zoya mau Bibi bantuin ke kamar mandi?"

"Gak usah Bi, saya bisa sendiri."

Zoya perlahan masuk ke dalam kamar mandi. Bi Ijah dan Mang Dulah keluar dari kamar Zoya. Bi Ijah melaporkan kejadian hari ini kepada Alan lewat panggilan telepon.

Zoya sudah berganti pakaian dan sarapan. Di depan rumah sudah menunggu Daniyal, Raisa dan Dinar. Mereka menjemput Zoya ke sekolah. Bi Ijah membagikan bekal untuk mereka semua. Dengan senyuman Zoya dan teman-temannya pergi menuju sekolah.

...----------------...

Hari ini jam pelajaran pertama kelas Zoya diisi dengan pelajaran olahraga. Zoya duduk di pinggir lapangan melihat teman-temannya olahraga. Kebetulan kelas Alesha juga pelajaran olahraga. Alesha melihat Zoya dan menghampirinya.

Zoya memperhatikan cewek yang ada di sebelahnya. Zoya bertanya siapa dia. Alesha mengernyitkan keningnya. Alesha kembali bertanya apakah Zoya benar tidak ingat siapa dirinya.

Alesha mulai memanfaatkan amnesia Zoya. Alesha bilang dia adalah kekasih Arga. Tapi Zoya dengan teganya menjadi orang ketiga di antara hubungan mereka. Gara-gara Zoya, Alesha putus hubungan dengan Arga. Gara-gara Zoya, Arga mendapatkan kecelakaan.

"Bisa tolong ceritakan bagaimana kecelakaan itu terjadi?" Zoya penasaran.

"Waktu itu gue dan Arga ingin merayakan hari ulang tahun gue. Tapi Arga tiba-tiba saja mendapatkan telepon dari lu. Lu bilang ingin bunuh diri jika Arga tidak segera menemui Lu. Dan akhirnya gue ijinin Arga tuk ketemu lu. Lu apain Arga hingga kalian kecelakaan!"

"Gara-gara gue? Kecelakaan itu gara-gara gue?" Zoya masih tidak percaya.

"Sekarang Arga entah ke mana. Puas lu!" Alesha meninggalkan Zoya sendirian. Alesha merasa puas sudah menipu Zoya.

Zoya meneteskan air mata. Zoya masih tidak percaya dia sejahat itu. Apa benar dia telah menjadi orang ketiga di dalam hubungan Arga dan Alesha. Dan apa benar kecelakaan itu terjadi karena Zoya. Apakah karena itu Arga sangat membencinya ketika pertama kali pertemuan mereka.

Banyak sekali pertanyaan di kepala Zoya. Perlahan Zoya mengambil kedua tongkatnya. Zoya melangkah menuju toilet. Dari kejauhan Elika melihat Zoya. Elika melirik ke kanan dan kirinya. Elika memastikan tidak ada seorangpun yang ke toilet detik ini.

Elika berdiri di depan toilet. Elika menunggu Zoya keluar. Dan salah satu pintu toilet berbunyi. Elika bersiap di depan. Zoya keluar dari pintu utama toilet. Elika memukul belakang Zoya dengan kayu. Zoya jatuh tidak sadarkan diri.

Elika sekuat tenaga menarik Zoya ke samping toilet. Di sana ada gudang kecil untuk menaruh beberapa barang dan kebetulan pintunya terbuka. Elika menarik Zoya dan menyenderkannya di dinding gudang.

Elika menutup rapat pintu gudang. Elika menyembunyikan kedua tongkat ketiak Zoya di tumpukan sampah bahan bangunan samping toilet. Elika dengan santainya kembali masuk ke dalam kelasnya.

Jam pelajaran olahraga berakhir. Dinar dan Raisa masuk kembali ke dalam kelas. Mereka dan teman-teman cewek yang lain mengambil seragam. Dinar dan Raisa tidak melihat Zoya. Mereka menuju toilet untuk berganti pakaian.

Daniyal setelah berganti seragam mencari Zoya. Daniyal tampak gelisah. Daniyal pergi ke kantin, ke perpustakaan, ke parkiran hingga ke sudut-sudut sekolah. Daniyal menunggu Raisa dan Dinar di depan toilet cewek.

"Dinar, Raisa, Zoya menghilang," kata Daniyal.

"Hilang?" Dinar dan Raisa berbarengan.

"Terakhir kali gue liat dia bicara sama si Alesha. Itu dia Alesha!" Tunjuk Dinar.

Mereka menghampiri Alesha. Mereka menanyakan Zoya. Alesha memang tadi ngomong sama Zoya. Tapi setelah itu Alesha langsung meninggalkan Zoya.

"Udah ya, gue gak tau di mana Zoya. Minggir!" Alesha berjalan cepat.

Daniyal, Dinar dan Raisa mencari Zoya. Tempat yang belum dicari Daniyal adalah UKS, taman sekolah.

"Biasanya nih ya. Orang atau barang yang hilang itu, nemunya di tempat yang gak masuk akal," kata Raisa.

"Contohnya?" tanya Dinar.

"Toilet gak mungkin karena kita baru dari toilet. Bak sampah, gudang," jawab Raisa.

"Gila lu ya, Zoya masa di tempat seperti itu," Dinar menggelengkan kepalanya.

Daniyal berlari ke samping toilet cewek. Di sana banyak dipenuhi dengan sampah-sampah bekas bangunan sekolah. Dinar tertawa ternyata Daniyal mau saja termakan omongan Raisa.

Daniyal melompat turun, Daniyal melihat tongkat Zoya di antara bekas batang kayu. Daniyal mengambilnya. Dinar memandangi Raisa, Dinar tidak percaya satu omongan Raisa terbukti.

Sekarang giliran Raisa, dia berlari kembali ke toilet cewek. Dia ingat di sana ada sebuah gudang untuk menaruh beberapa perlengkapan olahraga. Raisa mencoba membuka pintunya tapi dari depan pintu itu digembok.

Daniyal mengambil meja yang ada di depan gudang. Daniyal mengintip dari lubang angin. Daniyal memanggil-manggil Zoya.

"Zoya, Zoya!" Daniyal terus memanggil.

Daniyal hilang keseimbangan, tiba-tiba saja meja yang dia naiki patah.

BRAAAKKKK!

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...