NovelToon NovelToon
CINTA ANTARA DUA AGAMA

CINTA ANTARA DUA AGAMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:339
Nilai: 5
Nama Author: MUTMAINNAH Innah

Kamu anak tuhan dan aku hamba Allah. Bagaimana mungkin aku menjadi makmum dari seseorang yang tidak sujud pada tuhanku? Tetapi, jika memang kita tidak berjodoh, kenapa dengan rasa ini...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MUTMAINNAH Innah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 17

Langit begitu gelap. Matahari bermurung durja sejak pagi tadi. Awan hitam beriringan mencari tempat di mana mereka akan menumpahkan airnya.

Pikiranku berantakan, begitu juga perasaan ini. Aku gelisah dan jantungku berdebar-debar tak karuan. Entah ini firasat atau apa.

Hidangan spesial sudah tertata di meja makan menyambut kedatangan Jasson.

Terlihat umi di ruang tamu sudah siap dengan abi. Aku berjalan menghampiri mereka.

"Jasson di mana, Nay?" Kenapa belum datang?" tanya umi.

Belum sempat kumenjawab, sebuah mobil sport terparkir dengan sopan di depan teras rumah.

"Nah, itu, Mi." Sahutku sambil berlari kegirangan membuka pintu. Sedikit perasaan was-wasku berkurang. Tapi belum hilang. Hujan lebat pun kini mengguyur membuat suasana makin mencekam. Sesekali petir pun ikut menyambar."Ingat, Nay. Jaga pandanganmu." Abi memperingatkanku. Petir pun menyambar sekali lagi.

"Iya, Bi," sahutku ketika sudah berada di depan pintu bersama umi.

Aku membiarkan umi yang membukakan pintu. Jasson sudah berdiri gagah di hadapan kami dengan baju dan rambut yang sedikit basah karna terkena hujan saat turun dari mobil menuju teras. Tetapi dia tetap mempesona dengan style-nya yang nggak pernah gagal. Uniknya, untuk pertama kali aku melihat dia tanpa kalung hari ini. Leher panjangnya kini terlihat polos tanpa apa-apa.

"Assalamualaikum," ucapnya.

Darahku mulai tak sempurna peredarannya. Kenapa dia mengucapkan salam?

"Waalaikumsalam," sahut kami semua serentak.

"Ini Nak Jasson? Masuk-masuk," ajak umi ramah. Jiwa keibuannya keluar.

"Iya, tante," sahut Jasson menyalami umi.Tapi cepat-cepat umi mengangkat kedua tangannya dan menautkan di depan dada.

"Maaf," ucap Jasson sambil melakukan hal yang sama.

Aku semakin gelisah. Baru di depan pintu saja Jasson sudah salah langkah.

"Panggil umi dan abi saja, sama seperti Nay," pinta umi.

"Baik, Umi," sahutnya sopan. "Oh, iya, ini kebetulan tadi aku habis mampir ke toko roti," sambungnya sambil meletakkan sekantong roti dengan merk yang sudah tidak asing di negeri ini.

Jasson dan umi lalu duduk, sementara aku ke belakang mengambilkan minuman.

Kuusahakan untuk menguping pembicaraan mereka di ruang depan, tetapi samar-samar.

Aku tidak bisa menyimak.

"Kamu kenal Nayla di mana?" Pertanyaan abi terdengar ketika aku sudah kembali lagi dengan empat cangkir teh hangat di atas baki.

"Di cafe, Bi," sahutnya singkat dengan senyuman yang hangat. Mampus! Mati aku, sebentar lagi terbongkar siapa yang kumaksud ketika aku terlambat pulang di hari itu.

"Kamu penggemar bukunya?" tanya abi tepat sasaran.

Gugup! Aku menurunkan cangkir satu per satu ke meja. Sambil tertunduk dan abi pasti paham itu.

"Iya," sahutnya.

Aku mengintip abi dari tundukanku.

Ternyata abi memang sedang memandang ke arahku. Terbongkarlah sudah, padahal hari itu abi sempat curiga padaku tapi aku meyakinkan abi bahwa aku dan Jasson hanya sebatas pembaca dan penulis saja.

"Itu pertemuan pertama, Bi, dan saat itu aku hanya menandatangani bukunya dan hanya mengobrol lima menit saja," terangku.

Abi mengangguk pelan dua kali. Entah apa arti anggukannya.

"Oh, iya, orang tuamu di mana?" tanya Umi mencairkan suasana. Kedua orang tuaku sudah tiada, mereka kecelakaan dan tewas di tempat ketika aku masih sekolah dasar," sahutnya dengan wajah sendu.

"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un," ucap umi dan abi serentak, sementara aku mengucapkannya dalam hati. Jadi ini penyebab kematian ayah dan ibunya.

Obrolan lalu berlanjut membahas keluarga. Tidak ada yang janggal dalam obrolan mereka. Abi pun seperti sudah memaafkanku atas obrolan yang mungkin tadi membuatnya marah. Umi, abi dan Jasson terlbat obrolan hangat meskipun cuaca begitu dingin. Teh panas pun menjadi penyempurna canda tawa kami semua yang sudah mulai akrab.

"Oh, iya, seandainya kami merestui hubungan kalian, bagai mana dengan keluargamu? Apakah tidak keberatan?" tanya abi.

Aku dan Jasson saling tatap. 'Jangan dulu, Jason. Please! Jangan katakan itu,' pintaku dalam hati. Jangan sampai dia mengatakanbahwa keluarganya tidak akan setuju karna mereka non muslim.

"Aku belum membahas ini pada kakakku, Bi," sahutnya. "Karna aku ingin mendapatkan restu orang tua Nay dulu," sambungnya.

"Kenapa?" selidik abi.

"Karna kurasa, mendapatkan restu pihak wanita lebih sudah dari pada laki-laki. Lagian, kakakku juga sudah berkeluarga, ayah ibuku sudah tiada. Kurasa, nggak ada yang akan menghalangi keinginanku untuk menikah. Bahkan mungkin kakakku senang karena aku sudah nggak sendiri lagi," jawabnya mantap.

"Kasihan kamu, Nak. Jadi atau pun tidak kamu dengan Nayla nanti, anggaplah umi dan abi ini orang tuamu," ucap umi lembut sambil menatap Jasson penuh kasih.

"Jangan kasihani aku, Mi, laki-laki tidak boleh di kasihani, iya kan, Bi?" tanyanya meminta pembelaan.

"Betul. Betul sekali!" jawab abi tegas.

"Kalau boleh tahu, kamu bekerja dimana?" tanya abi lagi.

Klaim

"Kebetulan cafe tempat aku dan Nayla bertemu itu milikku," sahutnya tanpa meninggi sedikit pun.

"Wah, hebat ya kamu," puji umi.

Jasson hanya tersenyum menanggapinya. Aku juga, aku terus-terusan berdoa agar pertemuan ini berakhir indah. "Usiamu berapa?" tanya abi lagi.

"23 tahun, Bi," jawabnya. Ternyata usianya sama denganku.

"Kamu kuliah?" selidik abi.

"Mm-Nggak, Bi" Dia mulai gugup.

Aku tahu, pertanyaan abi adalah salah satu yang dia takutkan.

"Kenapa?"

Abi terus mencecarnya. Dia menatapku seolah memohon untuk mengatakan yang sebenarnya. Aku tertunduk, tak berani memberikan kode apapun padanya.

Kupasrahkan semua padanya. Jika memang dia sudah sian, va sudah. Akumemang dia sudah siap, ya sudah. Aku pasrahkan semuanya pada umi dan abi. Apapun jawaban umi dan abi, semoga itu keputusan terbaik.

"Dulunya aku kuliah, sampai semester enam, lalu berhenti." Kalimatnya hanya sampai di sana. Dia kini tidak berani lagi menatap abi.

"Sebabnya?" tanya abi. Umi terlihat gelisah mulai tidak enak hati. "Katakan saja, abi menanyakan ini bukan untuk menghakimimu atau gimana. Hanya saja abi tentu harus tahu tentang calon mantu abi, benar 'kan?"

Abi menyebutnya calon mantu? Aku benar-benar terharu, Jasson pasti juga merasakan hal yang sama. Tapi apa yang akan terjadi jika Jasson sudah mengatakan semuanya?

"Iya, Bi nggak apa-apa. Aku juga nggak ingin ada yang di tutupi dari abi," ucapnya

Serrr, darahku berdesir. Sepertinya dia benar-benar akan nekat mengatakan semuanyasemuanya.

"Aku dulu pernah ingin menikah, namun tidak mendapatkan restu dari orang tua wanita itu. Aku frustasi dan kehilangan arah. Aku bukan seperti diriku lagi sejak saat itu. Aku juga tidak semangat untuk apapun lagi, begitu juga kuliah, sekalipun nilaiku selalu tinggi dan aktif dalam organisasi. Tetapi berpisah dengannya membuat aku kehilangannya segalanya. Termasuk kampusku," paprnya tenang.

"Hingga saat ini apakah kamu masih mengingatnya?" tanya umi.

"Tidak, Mi. Aku mulai melupakannya sejak membaca buku 'Serpihan Hati' Nayla. Karna tokoh yang ada di sana bernasib sama denganku. Aku mulai belajar melupakannya, hingga aku akhirnya menemukan penulisnya. Dan aku sudah benar-benar tidak pernah memikirkan gadis itu lagi sejak yakin dengan Nayla.

"Kenapa orang tuanya tidak merestui anaknya menikah denganmu?" tanya Abi. Suasana makin menegangkan."Karna perbedaan agama," sahutnya

mantap. Dapat kekuatan dari mana dia hingga begitu berani mengucapkan semua ini?

"Dia tidak muslim?" Abi meminta kejelasan lebih.

"Bukan dia, tapi aku," ucap Jasson bagaikan petir.

Tubuhku terasa lemas tak berdaya. Aku memejamkan mata. Seiring dengan itu, keluar bulir-bulir bening karna ketakutan dari sudut mataku.

'Ya Allah! Apa lagi yang akan kusaksikan setelah ini?' aku menengadah ke langit.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!