NovelToon NovelToon
Pengantin Dadakan Tuan Ceo

Pengantin Dadakan Tuan Ceo

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengantin Pengganti / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Noor.H.y

Aruna gadis sederhana dari keluarga biasa mendadak harus menikah dengan pria yang tak pernah ia kenal.
Karena kesalahan informasi dari temannya ia harus bertemu dengan Raka yang akan melangsungkan pernikahannya dengan sang kekasih tetapi karena kekasih Raka yang ditunggu tak kunjung datang keluarga Raka mendesak Aruna untuk menjadi pengganti pengantin wanitanya. Aruna tak bisa untuk menolak dan kabur dari tempat tersebut karena kedua orang tuanya pun merestui pernikahan mereka berdua. Aruna tak menyangka ia bisa menjadi istri seorang Raka yang ternyata seorang Ceo sebuah perusahaan besar dan ternama.
Bagaimana kehidupan mereka berdua setelah menjalani pernikahan mendadak ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noor.H.y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17 Rumah Sakit

Aruna tiba-tiba tersedak nasi di mulutnya, membuat semua yang duduk di meja refleks menoleh. Raka dengan sigap meraih gelas air putih di depannya dan hendak mengulurkannya, namun gerakannya kalah cepat—Adam sudah lebih dulu menyodorkan segelas air ke arah Aruna dengan wajah cemas. Raka terdiam sejenak, menyembunyikan rasa tak nyaman yang kembali menghampirinya.

"Makasih Bang". Ucapnya dengan wajah yang memerah.

"Kamu Nggak papa Nak?" Tanya Bu Kasih

"Nggak papa Bu, Aruna permisi ke kamar mandi sebentar". Aruna beranjak dari kursinya lalu menuju ke kamar mandi

Raka mendengus pelan saat melihat Aruna terburu-buru menuju kamar mandi. Tak selang lama, ia pun berdiri dan berpamitan seadanya, menyusun langkah dengan cepat—berniat menyusul Aruna tanpa menarik perhatian siapa pun.

Aruna membasuh mukanya, menetralisir kegugupannya.

"Wah.. Benar-benar Tuan Muda meresahkan, maksudnya apa tadi.. Mau kasih pengumuman kalau gue ini istrinya" Gumamnya lirih lalu kembali membasuh mukanya.

"Lagian dari sekian banyaknya panti, kenapa juga harus panti ini sih yang ia jadikan donasi amal.. Heh".

Aruna mengelap muka dengan tisu, menetralisir kegugupannya lalu berjalan keluar.

Aruna membuka pintu kamar mandi dengan terburu-buru, namun langkahnya langsung terhenti. Seketika matanya membelalak—di hadapannya, Raka berdiri bersandar pada tembok, menatapnya tajam dengan rahang mengeras. Kehadirannya yang tiba-tiba membuat jantung Aruna berdegup kencang, tubuhnya refleks mundur setapak.

"Lo.. Lo ngapain disini, mau ngintip.." Ujar Aruna

"Ikut..." Balas Raka, menarik tangan Aruna menuju halaman belakang panti yang nampak sepi.

Sesampainya di halaman belakang, langkah Raka terhenti. Aruna yang sejak tadi digenggam tangannya, segera menarik diri dan melepaskan genggaman itu. Ia menatap Raka dengan napas sedikit memburu, campuran emosi tergambar jelas di wajahnya—antara bingung, kesal, dan ragu.

"Kenapa kamu ada disini.. Sama pria tadi lagi!!".

Aruna menyeringai "Bang Adam. Dia itu teman sekaligus bos gue. Kurang jelas tadi yang Bu Kasih bilang".

"Kenapa.. Cemburu ?"

"Ck.. Saya cuma...".

Tiba-tiba ponsel Aruna berdering, membuat ucapan Raka terpotong.

"Apa ??? Baik-baik Pak saya akan kesana sekarang". Aruna berkata dengan panik saat menerima telepon yang ternyata dari salah satu rumah sakit kota.

"Kenapa ? Ada apa ?". Tanya Raka tak kalah panik saat melihat Aruna panik dengan air mata yang keluar dari mata indahnya.

"Bapak Ka.. Bapak..tertabrak mobil sekarang sedang kritis di rumah sakit. Gue harus kesana sekarang".

Raka menarik tangan Aruna saat akan melangkah pergi "Saya antar.. Kita kerumah sakit bersama".

Aruna hanya terdiam dengan air mata yang tetap mengalir mengikuti langkah Raka yang terus menggenggam tangannya.

"Maaf Bu, kami pamit dulu. Raka harus mengantar Aruna sekarang". Pamit Raka pada Bu Kasih

Adam yang masih duduk di meja makan bersama Bu Kasih mendadak berdiri saat melihat Aruna berada di belakang Raka dengan menangis.

"Aruna.. lo kenapa ?". Tak ada jawaban dari Aruna

Raka berjalan cepat lalu membawa Aruna masuk ke dalam mobilnya.

"Mereka ternyata saling mengenal ya Nak?". Adam hanya menghela nafasnya lalu menggeleng masih bingung dengan situasi di hadapannya.

Adam pun berpamitan kepada Bu Kasih setelah mobil Raka melesat pergi keluar dari halaman.

"Adam pamit dulu ya Bu".

Bu Kasih mengangguk "Iya.. Hati-hati ya Nak".

Bu Kasih berdiri melihat Adam masuk mobil dan melajukannya pergi meninggalkan panti.

"Huh.. Kasian kau Nak, baru saja kesempatan datang eh..tiba-tiba ketikung lagi...hufftt"

* *

Di rumah sakit, Aruna berlari menuju Instalasi Gawat Darurat dengan wajah panik. Begitu sampai di depan ruang tunggu, langkahnya terhenti saat melihat Bu Murni terduduk lemas di kursi, wajahnya basah oleh air mata. Tangis perempuan paruh baya itu pecah tanpa suara, membuat dada Aruna ikut terasa sesak.

"Aruna... ". Bu Murni beranjak lalu memeluk Aruna

"Gimana Bapak Bu?".

"Bapak masih di dalam.. Dari tadi dokter belum ada yang keluar".

"Lalu mobil yang nabrak Bapak gimana Bu ?". Tanya Raka begitu tiba

Bu Murni menggeleng "Nggak tau Nak, mobilnya pergi.. Sampai sekarang polisi masih mencarinya".

Mendengar penuturan Bu Murni, Raka merogoh kantung jasnya menggambil ponselnya lalu melangkah menjauh untuk menghubungi seseorang untuk melacak penabrak ayah mertuanya.

"Ibu yang sabar ya.. Kita berdoa, semoga Bapak cepat segera tertangani". Bu Murni hanya mengangguk dengan tangisan yang masih menderu, memeluk tubuh Aruna kuat.

Beberapa menit kemudian, pintu ruang tindakan perlahan terbuka. Seorang dokter keluar dengan wajah serius. Ia menghampiri Bu Murni dan Aruna yang langsung berdiri menyambutnya.

"Pasien sudah kami tangani," ucap sang dokter tenang, "kondisinya saat ini stabil, tapi masih kritis dan belum sadarkan diri. Kami akan terus memantau perkembangannya."

Ucapan itu membuat Bu Murni kembali meneteskan air mata, sementara Aruna menggenggam tangan wanita itu, berusaha menenangkan meski hatinya sendiri ikut cemas.

Raka yang baru selesai menelfon lalu menghampiri dokter "Lakukan yang terbaik buat ayah mertua saya, pindah dia di kamar terbaik di rumah sakit ini. Semua biaya saya yang tanggung". Ucap Raka berharap semoga kondisi ayah mertuanya segera membaik.

* *

"Lo mau kemana Wa ?" Tanya Adam saat Nawa berjalan terburu-buru membawa tasnya

"Sorry Bang, tadi Aruna telfon katanya ayahnya kritis di rumah sakit. Eh, tunggu.. Lo nggak tau gitu?". Adam menggeleng

"Bukannya kalian bersama yah, terus siapa yang ngantar Aruna ke rumah sakit ?" Tanya Nawa

"Raka".

"Ra..Raka?" Nawa terbata

Adam mengangguk "Sebentar Wa.. Lo tau sesuatu kan ?".

"Ma..maksudnya Bang ?"

Adam menarik tangan Nawa menuju ruang kerja.

"Baik.. Sekarang katakan sama gue? Apa aja yang terjadi selama gue pergi keluar negeri ?" Tanya Adam saat mereka terduduk di sofa

Nawa memijit jarinya merasa bingung mau memulai ceritanya dari mana. Karena selama ini Nawa tahu bahwa Adam dari dulu sudah menaruh perasaan kepada Aruna, hanya Aruna saja yang memang tidak peka, sampai tak menyadari segala bentuk perhatian yang selama ini Adam berikan kepada Aruna.

"Wa.. Ngomong.. Jangan ada yang di tutup-tutupi". Cecar Adam

"Ehm... Jadi begini..."

Akhirnya mau tidak mau Nawa harus menceritakan semua nya tentang Aruna, dari mulai hubungannya dengan Yogi kandas, lalu salah kirim alamat, yang mengakibatkan pernikahan mendadak antara Aruna dan Raka.

Sedangkan Adam menyimak dengan seksama apa yang di katakan oleh Nawa.

"Gue tahu si Bang, ini pasti berat buat lo. Tapi ya.. Mungkin ini sudah takdir dari yang kuasa, cewek nggak cuma Aruna aja kok Bang masih banyak lainnya. Contohnya.. Gue gitu". Ucap Nawa dengan ekspresi muka di buat unyu-unyu

Wajah Adam yang tadinya sedikit sendu saat mendengar cerita Nawa mendadak tergelak saat melihat tingkah Nawa.

"Ck.. Nggak usah gitu juga mukanya. Geli gue. Udah sana pergi, kasian Nawa nungguin lo pasti". Ucap Adam lalu berdiri menjauh dari Nawa

Nawa hanya tertawa tanpa dosa. "Biasa aja kali Bang. Eh lo nggak mau sekalian ikut gitu ?".

Adam menggeleng "Nggak, gue..besok nyusul aja".

Setelah kepergian Nawa. Adam berdiri menatap jendela dengan raut wajah sendu kembali.

Bersambung * *

1
Elisabeth Ratna Susanti
tinggalkan jejak 👍
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍
run away.┲﹊
Wah! Gak sabar nunggu karyamu yang baru, Thor!
Noor.H.y: makasih kak.. sudah mampir di karyaku 😊
total 1 replies
Takagi Miho
Aku jadi pengen kesana lagi karena settingan tempatnya tergambar dengan sangat baik.
Noor.H.y: makasih kak.. sudah mampir 🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!