Juanda Mahessa, 32 tahun, wajah tampan, dingin, tertutup serta kejam. ia adalah CEO muda Mahessa grup sekaligus pewaris tunggal. Prestasi yang luar biasa dan reputasi tanpa cela, membuatnya menjadi panutan dikalangan pebisnis dan wanita kalangan atas. Atas desakan sang kakek Solmon Mahessa yang mengharuskan juanda untuk segera menikah sebelum diusianya yang ke 32 tahun.
" Menikahlah dengan ku " kata Juanda, suaranya tenang namun penuh penekanan
" Apa kau mabuk? " Arumi Calista
" Aku serius, aku akan memberi mu uang 20 juta per bulan nya. kau hanya perlu menikah dengan ku " juanda Mahessa
Arumi tau ini gila, tapi ketika pilihan antara bertahan dalam kemiskinan atau mengambil kesempatan gila ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lembayung pagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 2
Dengan berat hati, Arumi melangkahkan kakinya keluar. Pikiran nya bingung karena dipenuhi oleh tuntutan sang ayah.
"Dimana aku harus mencari uang sebanyak itu dalam waktu singkat. Apakah harus aku minjam sama cowok asing itu yang nanti akan menjadi suami ku" gumamnya sambil berjalan menuju angkot
Dikantor KUA
Sudah hampir lima belas menit juanda berada di kantor KUA. Ia sudah menunggu begitu lama, namun Arumi masih belum juga menampakkan batang hidungnya. Hingga tahap kesabaran nya pun menipis.
"Kita pulang" titah dingin juanda kepada sang asisten pribadi Ardi Lesmana
Namun baru saja selangkah, tiba-tiba Arumi pun sampai dengan rambut yang berantakan dan wajah yang sedikit memar.
Juanda memperhatikan penampilan calon istri nya itu "kenapa dengannya, mengapa wajahnya memar seperti bekas tamparan. Dan juga rambutnya berantakan. Apa sebenarnya yang terjadi pada nya? " gumam nya
"Me-maaf tuan saya agak terlambat. Tadi ada urusan mendadak. Sekali lagi saya minta maaf" ucap Arumi sembari menundukkan kepalanya sedikit
Juanda tetap diam
"Apa acaranya udah bisa kita mulai sekarang? " ucapnya tanpa tau kalau sebenarnya dirinya telah terlambat 15 menit.
Kini Arumi terlihat begitu bersemangat. Bagaimana tidak, jika hari ini ia menikah dengan juanda, mungkin ia akan bisa meminta atau meminjam sedikit uang darinya.
Namun Arumi melihat ekspresi wajah juanda seperti hendak menerkam mangsanya hidup-hidup. Sorot matanya tajam seperti belati.
"Tidak, aku harus tetap menikah dengan nya hari ini juga agar aku bisa mendapatkan uang dari pernikahan ini. Dan aku bisa kasih uang itu ke ayah" gumam arumi
"Apa kau tau kalau kau terlambat 15 menit"
Hening
Arumi menundukkan kepalanya takut dan bersalah
"Dan aku bosan menunggu mu selama itu" sambung juan dengan tatapan yang masih sama
"Baru juga 15 menit, gimana juga kalau satu jam. Bisa-bisanya dibunuh aku" gumam Arumi sedikit kesal
"Iya tuan aku salah dan aku sudah minta maaf. Terus, apa kita sekarang udah bisa nikah?" tanya Arumi
Juanda menarik nafas dalam. Jika bukan karena tuntutan, mungkin ia sudah sedari tadi pergi meninggalkan kantor KUA tersebut.
"Rapihkan penampilan mu, aku tidak mau punya istri dengan penampilan seperti itu" ucapnya masih datar
"Iya iya aku tau" sahut Arumi kesal sembari memanyun kan bibirnya
Lalu Arumi merapikan rambutnya dan juga pakaiannya.
Didepan pak penghulu, juanda mengucap kan ijab qobul dengan satu kali ucapan saja. Tanpa wali dan hanya disaksikan oleh beberapa anggota pegawai kantor KUA dan juga Ardi selalu asisten juanda. Dan pada akhirnya pernikahan itu pun telah sah terlaksanakan
"Ikut aku" titah juanda kepada Arumi seorang istri yang baru saja ia nikahi
"Baik tuan"
Juanda membawa Arumi pulang ke apartemen nya. Selama perjalanan menuju apartemen, arumi hanya diam tak berani bersuara. karena ia tau, jika ia bersuara pasti akan banyak masalah. sebab itu lah ia hanya diam.
Padahal suhu didalam mobil sudah lah sangat dingin. Namun entah mengapa tubuh arumi banyak mengeluarkan peluh. Peluh turun di kening dan masuk kedalam baju nya. Sepertinya suhu didalam mobil itu sungguh terasa sangat panas seperti terbakar api. Dan Arumi terus saja mengelap peluh yang turun di kening nya
"Naik kan suhu AC nya" ucap Juan tiba-tiba
"Baik tuan"
Seketika arumi melihat ke samping, menatap pria dingin yang baru saja bergelar suami beberapa menit yang lalu
Dengan mengerutkan kening nya, Arumi berkata dalam hatinya " apa ia tau kalau saat ini aku sedang ketakutan"
Meskipun Arumi menatap nya, namun juanda tak bergeming untuk menatap balik wajah sang istri yang baru saja ia nikahi
"Hmph, dasar pria kutub" gumam nya lagi kesal tanpa sebab
Dan perjalanan pun sampai di tujuan. Ardi membuka kan pintu untuk tuan nya.
"Turun lah, jangan berharap aku akan membuka kan pintu mobil untuk mu" ucapannya datar dan sungguh terdengar sangat kejam
Dan pada akhirnya Arumi keluar sendiri
Apartemen juanda berada di lantai lima, dan mereka harus naik lift. Dan lagi-lagi arumi hanya diam mematung. Sesekali ia melihat jam di tangan nya agar tidak terlalu kaku
"Apa berkas yang aku suruh sudah kau selesaikan" tanya Juan kepada sang asisten
"Sudah tuan"
"Bagus"
"Berkas apaan sih. Duh... ini orang kok auranya dingin banget ya. Apa mungkin dia tipe orang seperti itu" monolog arumi lagi
Setelah itu lift pun terbuka
Juanda dan sang asisten berjalan beringan, sementara arumi dibelakang mereka. Dengan ekpresi datar, seolah membawa pulang sekotak pizza bukan seorang istri
Pintu apartemen dibuka melalui kartu dan memakai kode sandi. Dan itu hanya Juan yang tau. Dan setelah pintu terbuka, Juan masuk terlebih dahulu
"Mari nona silahkan masuk" ucap Ardi mempersilahkan nona baru nya. Namun arumi masih diam
"Masuk lah" kata Juan singkat
Tanpa menjawab hanya senyuman tipis dan anggukan kecil, Arumi pun melangkah ragu.
Arumi menatap kagum saat masuk kedalam. Apartemen juanda besar dan sangat mewah. Matanya membelalak melihat interior apartemen itu. Luas, bersih, elegan, tak ada jejak kehidupan. Semuanya terlalu rapih terlalu dingin seperti tuan nya. Penuh nuansa putih dan abu-abu. Tak ada tanda-tanda kehangatan di dalam nya. Seolah mencerminkan kepribadian sang pemilik nya
Arumi berdiri canggung didekat pintu masuk sambil memilin tas sandang usang nya. Tubuhnya lelah, tapi pikiran nya lebih lelah lagi. Ia masih tak percaya kalau beberapa jam yang lalu ia telah resmi menjadi seorang istri dari pria yang nyaris tak ia kenal.
"Duduk lah, apa kau masih betah berdiri disitu" ujar juanda datar
Dengan segera arumi duduk di depan juanda masih memilin tali tas usang nya agar tak terlihat takut namun malah sebaliknya.
Juanda menyilangkan kaki nya dan melipat kedua tangannya. Menatap istrinya yang baru saja ia nikahi. lalu tangan kiri Juan menadah kesebelah. Dan Ardi yang berdiri disebelah nya langsung menyerahkan sebuah map besar kepada tuanya
Tiba-tiba hujan turun sangat deras. Diluar jendela kaca besar ruangan itu, suara gemuruh mya menyatu dengan ketegangan yang terasa didalam. Dihadapan arumi terdapat sebuah map besar berwarna coklat tua yang bisa mengubah hidupnya. Yaitu sebuah kontrak pernikahan
"Buka dan bacalah" titah Juan
Lalu dengan tangan yang sedikit gemeteran, arumi mengambil map besar itu dan mencoba mengeluarkan selembar kertas yang ada didalam nya. Lalu perlahan ia membacanya satu persatu kalimat yang tertera di kertas tersebut
"Ternyata hanya kontrak pernikahan" monolog nya lega
"Suah yakin?" tanya juan bersuara datar, dingin, mengalahkan dinginnya air hujan. Tatapan matanya tak menunjukkan emosi sedikit pun.
Juanda Mahessa pria berusia 32 tahun itu tak hanya kaya, tapi juga terkenal karena sifatnya yang dingin dan tak bersentuhan dengan asmara. Dan kini dia akan menjadi suaminya diatas kertas.
"Apa kau sudah baca disetiap point nya" sambung Juan lagi
"Sudah"
"Bagus, kalau begitu kau tanda tangani segera"
Arumi menggenggam pena dengan tangan gemetar. Di usia nya yang ke 22 tahun, ia sama sekali tak pernah membayangkan pernikahan nya akan terjadi seperti ini. Tanpa cinta, tanpa lamaran, tanpa kebahagiaan
"Aku akan menandatangani nya. demi keluarga ku, aku akan menerima segala konsekuensi nya" gumam arumi
Juanda hanya mengangguk. Tidak ada senyuman hanya tatapan dingin dan datar
Saat pena itu menyentuh kertas dan tanda tangan arumi terbentuk, hatinya terasa sesak. Ia baru saja menjual kebebasannya demi sebuah pernikahan yang tidak nyata
Setelah semua nya selesai, Juanda bersama sang asisten kembali ke perusahaan
"Tuan tunggu" ucapan arumi itu menghentikan langkah kaki juanda
Juan berhenti tanpa menoleh ke belakang dengan kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya
"Tuan, apa boleh aku minta uang muka nya sedikit. Ada sesuatu yang harus aku bayar" ucap arumi pelan dengan rasa takut
"Berikan ia sepuluh juta"
"Baik tuan" sahut Ardi
Lalu Ardi menyerahkan sebuah cek kepada arumi berisi uang sepuluh juta rupiah. Dan saat arumi melihat cek tersebut, ia tak menyangka akan semudah itu mendapatkan uang
"Terimakasih tuan, terima kasih atas uang nya" sahut arumi dengan sedikit membungkukkan kepala nya
"Dasar cewek mata duitan. ternyata kau sama saja dengan wanita-wanita yang lainnya" gumam Juan jijik
*****
Arumi kembali ke rumah nya satu jam sebelum tengah hari. Ia takut dengan ancaman sang ayah tadi pagi yang akan menikah kan nya dengan juragan tempe
"Dasar anak sialan, jam segini dia masih belum pulang juga. Apa dia mau membohongi ku. Awas saja nanti kalau sampai dia berani membohongi ku. Akan aku patah kan kedua kakinya" umpat kesal sang ayah karena arumi tak kunjung pulang
Dan beberapa menit kemudian...
Nemu lagi bela ketiga.
ini udah bela ketiga yang ku temukan sifatnya menjengkelkan.
yang satu, sok polos, yang satu nganu, yang ini lagi minta tas baru.
beli sendiri/Right Bah!/