Karya ini orisinal, bukan buatan AI sama sekali. Konten *** Kencana adalah sang kakak yang ingin menikah beberapa waktu lagi. Namun kejadian tak terduga malah membalikkan keadaan. Laut Bening Xhabiru, menggantikannya menjadi istri pria dingin berusia 30 tahun yang bahkan belum pernah berciuman dengan wanita lain sebelumnya. Akankah mereka bahagia dalam pernikahan tanpa cinta ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Air Chery, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menggoda Segara
Bumi Segara, sudah dua tahun kita bercinta. Tapi awak tak pernah bawa saya balik rumah atau sekadar cium saya. Awak selalu bawa saya ke hotel ini, tapi hanya untuk menghantar saya. Boleh tak awak bermalam di sini dengan saya malam ini?” kata Grace sembari bergelayut di tangan Segara.
“Baiklah, aku temani sebentar kamu di sini. Tapi beberapa jam ke depan, aku harus ke kantor. Ada sesuatu hal yang harus aku kerjakan.”
“Saya terus datang ke negara awak. Tapi awak tak pernah datang jumpa saya di Malaysia. Hari ini, saya nak dimanjakan oleh awak. Awak kena tinggal di sisi saya.”
“Maaf, Grace. Aku akan usahakan malam ini lebih lama menemanimu,” balas Segara sambil membiarkan Grace membelai wajahnya.
Grace mendekatkan dirinya lebih jauh pada tubuh Segara, membelai wajah dan leher kekasihnya.
Segara diam terpaku. Ia memberikan dirinya kesempatan untuk bersama wanita, namun kali ini ada yang aneh. Ia tak merasakan gejolak seperti saat bersama Bening.
Grace mengubah posisinya. Ia berdiri dan mengarahkan tubuh persis di hadapan Segara, melingkarkan kedua tangannya di lehernya.
Grace mendekatkan bibir, ingin mengecup bibir yang belum pernah disentuh sebelumnya. Tapi hari ini, ia bertekad mendapatkan cinta sepenuhnya dari laki-laki itu.
“Grace, aku ingin ke kamar mandi,” kata Segara akhirnya. Ia benar-benar merasa kurang nyaman.
Di dalam kamar mandi, Segara memikirkan ada apa dengan dirinya. Ia percaya mencintai Grace, namun mengapa ketika bersamanya, bayangan Bening selalu menyelimutinya? Segara menghela napas kasar. Bahkan rasanya ia tak ingin keluar dulu, tidak ingin bertemu Grace yang sedang agresif.
...🍰🍰🍰...
“Bening, bagaimana kabar Ayah dan Bunda?” tanya Kencana ketika mereka sudah berada di kamar hotel.
“Ayah dan Bunda sangat merindukan Kakak. Kakak harus cepat menemui mereka.”
“Apa Ayah dan Bunda sangat marah sama gue, Ben?”
“Orang tua kecewa itu wajar. Atau jika mereka marah, Kakak harus menghadapinya. Masalah apapun tak akan selesai jika tak dihadapi,” kata Bening sembari menata koper Kencana.
“Bening, lalu bagaimana dengan Pak Jedan? Bagaimana kejadian setelah gue pergi?” tanya Kencana, membuat Bening berhenti sejenak. Ia menatap kosong sekitar.
Sesaat Bening menghela napas panjang. Kencana memang belum mengetahui kejadian yang terjadi karena ulahnya.
“Kak, Bening sudah menikah,” kata Bening sambil menundukkan kepala.
“Apa!” Mendengar jawaban adiknya, Kencana terperanjat. Ia membulatkan mata karena tak percaya. “Mengapa? Mengapa harus tanpa gue, Ben? Lo juga nggak pernah ngasih tahu punya cowok sebelumnya. Lo tutupin dari gue? Lo anggap gue apa, Ben?!” seru Kencana mulai meninggikan suara.
Bening terdiam, bibir bergetar, dan air mata keluar deras di pipinya. Ia belum mampu bersuara.
“Dari semua keadaan, mengapa lo harus menikah saat gue nggak ada? Heh! Jawab!” teriak Kencana, membuat Bening tersentak.
“Ini semua gara-gara Kakak!” balas Bening.
“Apa maksud lo? Lo nyalahin gue atas dasar apa, Ben?” seru Kencana lagi.
“Karena Kakak, gue harus nikah dengan Segara. Lebih tepatnya gue dipaksa menggantikan mempelai wanita laki-laki itu! Gue dijadikan tumbal citra keluarga!” Bening menumpahkan emosinya. Ia berbicara nyaring sambil menangis tak tertahan.
“Apa! Ben, Ben ….” Kencana menghempaskan diri di sofa, menggosok wajahnya kasar. “Jadi lo menanggung semua kesalahan gue, Ben? Gue pembawa sial, gue pembawa sial keluarga,” gumam Kencana sambil menarik rambut dan memukul-mukul dirinya sendiri.
Bening yang melihat tingkah Kencana segera berlari mendekat. Ia berusaha mengesampingkan egonya.
“Kak, kak!” seru Bening marah melihat Kencana menyakiti diri sendiri. Bening memegang erat tangan Kencana.
“Bening, gue bukan cuma merusak masa depan gue sendiri. Tapi gue juga merusak masa depan lo. Gue nggak pantas hidup lagi, hiks, hiks… Gue cuma nyusahin di dunia ini,” kata Kencana tersedu.
“Kak, pikirin Ayah dan Bunda. Mereka akan tambah sedih kalau Kakak begini. Bening sudah janji akan membawa Kakak ke rumah lagi dalam keadaan baik-baik saja. Tolong jangan pernah berpikir menyakiti diri sendiri, kak,” ucap Bening sambil memeluk tubuh Kencana.
“Tapi, Ben. Hidup lo hancur gara-gara gue. Selama ini gue nggak pernah ngebahagiain lo, tapi malah bikin lo tersiksa gara-gara gue.”
“Badai pasti berlalu. Cerita hari ini akan jadi masa lalu nantinya. Kita harus lewati ini bersama, Kak.”
“Bening, apa lo disakiti cowok itu? Lo sudah diapain? Apa dia pernah mukul lo?” tanya Kencana khawatir. Ia tahu Segara bermulut pedas dan menentang pernikahan ini.
Bening menggeleng pelan. Baginya, Segara tidak menyakitkan secara fisik, tapi menusuk hatinya.
“Sejauh ini Bening baik-baik saja. Bening juga sudah bekerja sebagai jurnalis,” kata Bening sambil menghapus air mata kakaknya.
“Benarkah?”
“Iya, Kakak harus janji menghadapi masalah kita tanpa gegabah. Kita harus saling memberikan kekuatan,” kata Bening.
Mendengar kata-kata adiknya, Kencana menumpahkan air matanya lagi. Ia tak menyangka adiknya lebih kuat darinya. Adiknya bisa bertahan sejauh ini karena kesalahan yang sudah ia tanggung sendiri.
“Kakak sebaiknya mandi dulu dan istirahat. Bening akan turun membeli makanan nanti,” kata Bening sambil tersenyum manis walau matanya sembab.
Kencana mengangguk, ingin ke kamar mandi agar lebih puas menangis. Ia tidak ingin membuat Bening terlalu sedih.
...🍡🍡🍡...
“Grace, sepertinya aku harus keluar membeli kopi,” kata Segara setelah keluar dari kamar mandi.
“Kalau begitu saya ikut awak,” balas Grace, lalu kembali merangkul tangan Segara.
Mereka berdua keluar dari kamar 205, tepat saat wanita di kamar 207, Bening, juga keluar. Ternyata Bening berada di hotel yang sama dengan Segara dan Grace.
Bening kembali melihat pemandangan ini. Grace bergelayut manja di tangan suaminya, dan mereka baru saja keluar dari dalam hotel.
“Awak lagi?” tanya Grace melihat Bening. Ia menatap Bening penuh kemarahan.
“Maaf, permisi,” kata Bening lalu berjalan lebih cepat ke lift.
Grace berjalan cepat sambil menarik tangan Segara. Mereka bertiga berada dalam satu lift. Segara memperhatikan wajah istrinya. Ia melihat mata Bening sembab. Ia ingin menanyakan keadaan Bening, tapi tak ingin Grace tambah marah jika tahu Segara mengenal Bening, apalagi mengetahui hal sebenarnya.
“Orang seperti anda tidak termasuk dalam hotel ini. Aura awak bukan seperti orang kaya!” kata Grace melihat penampilan Bening kusut.
“Grace!” tegur Segara. Ia merasa benci setiap kali Grace memperlakukan Bening begitu.
“Kenapa? Awak bela perempuan ini? Awak bela dia daripada pacar awak sendiri?”
“Kamu terlalu berlebihan!”
“Anda mungkin kaya harta, tapi miskin sopan santun,” balas Bening.
“Heh! Kau! Dasar!” teriak Grace, Segara menahan lengan Grace.
“Grace, kendalikan dirimu!” seru Segara.
“Dia sudah merendahkan saya!”
Pintu lift terbuka, Bening cepat melangkah pergi, meninggalkan dua orang yang tengah berdebat.
‘Pacar? Kalau dia punya pacar sejak sebelum menikahi gue, kenapa ia tak menikahi wanita itu saja?’ batin Bening. Ia mendengus kesal karena harus bertemu mereka lagi.
...🍯🍯🍯...
...Bukan Hasil AI...
bab ini sangat pendek sedikit😁
ok thax u🙏
karya mu sangat bagus thor,
ga gersang
bening²😆
berani negur segara langsung😅
tapi segara masih cuek guys😂
thx u thor 🙏