"aku pernah membiarkan satu Kalila merebut milik ku,tapi tidak untuk Kalila lain nya!,kau... hanya milik Aruna!"
Aruna dan Kalila adalah saudara kembar tidak identik, mereka terpisah saat kecil,karena ulah Kalila yang sengaja mendorong saudara nya kesungai.
ulah nya membuat Aruna harus hidup terluntang Lantung di jalanan, sehingga akhirnya dia menemukan seorang laki laki tempat dia bersandar.
Tapi sayang nya,sebuah kecelakaan merenggut ingatan Aruna,sehingga membuat mereka terpisah.
Akankah mereka bertemu kembali?,atau kah Aruna akan mengingat kenangan mereka lagi?
"jika tuhan mengijinkan aku hidup kembali, tidak akan ku biarkan seorang pun merebut milik ku lagi!"ucap nya,sesaat sebelum kesadaran nya menghilang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aru_na, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17.Hati yang merasa sakit
Kalila menghampiri mereka, dengan sebuah rantang yang terpegang erat di tangannya. Matanya memancarkan sedikit kecemasan.
"Aku membawakan Mas sarapan, maaf kesiangan," nada lembut itu membuat Aruna merasa tidak nyaman. Ada sesuatu yang menusuk di balik kelembutan yang dibuat-buat itu.
"Kalila, aku sudah mengatakannya padamu, jangan merepotkan dirimu lagi dengan mengantarkan makanan setiap hari untukku, lagipula... aku sudah punya istri,"
kata-kata yang terlontar dari mulut Arza cukup untuk melubangi hatinya yang memang sudah terluka. Aruna bisa melihat kilatan kekecewaan di mata Kalila, meski hanya sesaat.
"Maaf, aku hanya memenuhi keinginan Ibu," Kalila terlihat sedih, perlahan-lahan mengusap matanya yang terasa perih.
"Kalau Mas tidak suka... aku akan membawanya pulang sa..." kata-katanya tergantung, karena Arza sudah mengambil rantang itu dari tangan Kalila.
"Aku menerimanya, tapi... ini kali terakhir," Aruna terus menatap gadis di depannya itu. Entah kenapa, ada perasaan aneh setiap kali dia menatap Kalila, seperti sebuah dendam yang belum usai, atau mungkin, sebuah permusuhan yang tak terucapkan.
Kalila tersenyum, dia melirik ke arah Aruna. Senyum itu semakin merekah, saat Arza membuka makanan itu dan mengajaknya makan bersama.
"Aku sudah makan, Mas." Panggilan itu, membuat Aruna tidak suka. Dia merasa Kalila ini sengaja menekan panggilan itu seakan dia sangatlah penting untuk Arza.
"Sayang... kamu mau makan lagi?" Aruna tersentak dari lamunannya. Dia langsung menatap Arza yang tiba-tiba memanggilnya 'sayang'. Sejak kapan laki-laki ini seromantis itu? Apa karena ada Kalila? Aruna menyipitkan mata, menelisik raut wajah Arza yang kini terlihat sedikit lebih ceria dari biasanya.
"Hei..." Arza mengibaskan tangannya di depan wajah Aruna.
"Aahh... i-i-iya," Aruna merasa gugup, bukan karena dipanggil sayang, tapi karena terkejut mendengar Arza memanggilnya. Perhatian Arza yang tiba-tiba dan intens itu membuatnya salah tingkah.
"Kenapa melamun?" Arza mendekat, menggenggam erat tangan Aruna yang terasa dingin. Jemari Arza menghangatkan tangannya, dan Aruna merasa sedikit lebih tenang.
"Kenapa, apa ada yang terasa sakit?" Aruna menggeleng pelan, sambil tersenyum dan melihat ke arah Kalila. Senyum tipis yang tersungging di bibirnya adalah tantangan tak kentara.
"Tidak, aku hanya... teringat kejadian semalam," Arza terkekeh, dia tahu maksud Aruna. Kejadian di mana Aruna yang ketakutan mendengar suara deritan jendela, ditambah bayangan perempuan lewat dari sana setelah nya.
Tapi ternyata, saat Arza mengeceknya lagi, tidak ada apapun di sana, hanya dua ekor kucing yang sedang asyik memadu kasih layaknya pengantin baru yang sedang bermalam pertama. Pipi Aruna sedikit merona mengingat betapa konyolnya ketakutannya SE malam .
"Jangan mengingatnya lagi. Mau makan sedikit lagi?" Aruna menolak, dia memang sudah sangat kenyang. Dia mengelus perutnya yang terasa penuh.
Kalila mengepalkan tangannya, Dia salah menanggapi arah pembicaraan Arza bersama Aruna. Dia terus melihat interaksi mereka berdua yang semakin akrab.
Apalagi saat Arza mengelus pipi istrinya yang terlihat merona dan tampak senyum bahagia tersungging dari bibir nya arza, yang membuat Kalila merasa arza semakin menunjukkan betapa jauhnya dia dari Arza sekarang.
Meskipun dulu nya, mereka juga tidak pernah benar benar dekat, hanya berinteraksi seperti layaknya seorang teman. Tapi dia yang selalu berharap lebih itu hatinya terasa mencelos. Senyum kecut pun tersungging di bibirnya.
Kalila mencoba tersenyum, namun senyum itu terasa pahit. Hatinya seperti diremas melihat kemesraan yang Arza tunjukkan pada Aruna. Dulu, perhatian seperti itu adalah miliknya, atau setidaknya, ia pernah berharap diperhatikan sedemikian.
Walaupun sebenarnya tidak pernah dan Kalila dengan bangga nya sudah membangun impian tentang masa depan bersama Arza. Kini, semua impian itu hancur berantakan di depan matanya.
Dia menatap Aruna, wanita yang kini menjadi istri Arza. Aruna tampak begitu tenang dan percaya diri, seolah-olah sudah lama memiliki tempat di hati Arza. Ada rasa cemburu yang membakar di dada Kalila, bercampur dengan sedikit kemarahan. Ia merasa direnggut.
Aruna merasa tatapan Kalila menusuk punggungnya. Ada aura persaingan yang kuat dari gadis itu. Ia tahu Kalila sudah seperti keluarga untuk Arza, banyak yang membicarakan nya dan itu membuatnya sedikit tidak nyaman.
Namun, perlakuan Arza yang tiba-tiba romantis di depan Kalila, membuat Aruna berpikir keras.
Apakah ini hanya sandiwara untuk membuat Kalila menjauh? Atau apakah Arza benar-benar merasakan sesuatu padanya? Keraguan itu menggelayuti benaknya.
Aruna membalas tatapan Kalila dengan senyum yang lebih lebar, senyum seorang istri yang bahagia. Meski hatinya masih sedikit bingung, ia tak ingin Kalila melihat sedikitpun keraguan dalam dirinya. Ini adalah pernikahannya, dan ia akan mempertahankan milik nya.
"mas ... Hari ini ada beberapa acara di balai desa, apakah kamu akan datang?" kalila terus mencoba berbagai cara untuk memutuskan interaksi yang terlihat intim antara arza dan Aruna yang membuat hati nya terasa sangat panas.
"Tidak, aku akan pergi bersama aruna" kata kata itu cukup untuk membuat Kalila merasa semakin tidak berharga.
Aruna menatap arza bingung, dia penasaran dengan maksud dari kata kata yang terlontar dari mulut suami nya.
"tapi kamu biasanya..." kalila tidak lagi melanjutkan kata kata nya, karena arza sudah lebih dulu menjawab nya.
"aku bukan penduduk asli desa ini Kalila,dan aku juga bukan perangkat desa, aku rasa hadir ku atau tidak,itu sama sekali tidak penting"
"kau sangat penting untuk warga desa,mas" Kalila terus mencoba membujuk, hal itu membuat Aruna semakin yakin bahwa gadis di depan nya itu punya perasaan yang sangat besar kepada suami nya.
"kami akan datang, Kalila. Tenang saja" ujaran Aruna membuat Kalila terkejut, dia tidak menyangka Aruna yang akan menanggapi.
"Aruna..." arza menatap Aruna bingung, kenapa tiba tiba istri nya ini memutuskan pergi.
"kau harus datang, setidak nya melihat saja. Kita bisa pergi setelah melihat acara itu" ujar Aruna santai, dia mendudukan dirinya, sedangkan arza dan Kalila masih berdiri.
Kalila marah,bukan itu keinginan nya. Dia ingin arza saja, bukan Kalila. " baiklah kalau begitu,kami akan datang melihat sebentar" arza akhirnya pasrah dengan keputusan istrinya, walaupun dia sebenarnya tidak ingin pergi.
Kalila akhirnya meninggalkan tempat itu dengan perasaan sakit,dia benar benar merasa tidak memiliki tempat sama sekali lagi di hidup nya arza,tapi hal itu tidak akan membuat dia menyerah,dia akan mencoba melakukan segala cara untuk bisa mendapatkan arza.
Aruna tersenyum bahagia melihat Kalila pergi, entah kenapa dia merasa perempuan itu tidak lah sesempurna wajah cantik nya,dia merasa terancam setiap kali berada di dekat Kalila. Tapi bukan Aruna namanya jika nyali nya ciut,dia semakin tertantang.
" kamu menggagalkan rencana ku,emm" arza mencubit pipi Aruna dengan gemas. Ingin sekali dia menggigit nya,tapi takut Aruna marah.
"aku hanya ingin dia cepat pergi, kalo tidak,dia akan tetap berada di sini seharian hanya untuk membujuk mu"
"apa kau cemburu?"
"aku hanya ingin beristirahat " ujarnya masuk ke dalam,arza hanya tersenyum dan mengikuti nya dari belakang.
" bersiap siap lah,kita akan pergi..."