"Sampai kapan kau akan seperti ini zaf ?" tanya seorang perempuan berpakaian rapih dan memegang papan dada, Zafira hanya menghela nafasnya lelah "entahlah, trauma itu masih ada" jawaban Zafira membuat Cintia mengerucutkan bibirnya.
"Kau tidak bisa selamanya seperti ini, kau harus bisa berdamai dengan keadaan Zaf" lanjut kembali Cintia sembari menulis sesuatu di atas kertas putih yang berada di papan dadanya.
pintu ruang dokter Gavin terdengar terbuka disana sedang berdiri seorang Devan dan Edwin saling berangkulan dan berjalan melewati Zafira serta Cintia, tepat saat mata Zafira beradu dengan kedua manik Devan getaran dan ketakutan itu terlihat jelas hingga Zafira menegang seketika.
namun Devan tidak mengetahui apa yang terjadi dengan Zafira, mungkin bagi Devan kejadian 5 tahun yang lalu adalah bukan apa - apa bagi Devan tetapi tidak bagi Zafira Lalita.
ingin tau kelanjutkan ceritanya ?
kalian bisa baca ya teman - teman ini kelanjutan cerita tentang si kembar ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukapena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertanyaan yang menohok bagi Zafira
Devan membuka seatbelt yang telah dia pakai kemudian dia membuka pintu mobilnya, berjalan menuju pintu mobil Zafira yang berada disamping mobil miliknya itu.
Sementara Zafira matanya tak lepas dari Devan yang saat ini sedang melewati depan mobilnya dan membuka pintu samping kemudi.
Devan sudah berada di dalam mobil Zafira membuat Zafira mengeryitkan dahi binggung "ada apa pak ?" tanya Zafira kepada Devan yang saat ini sudah berada di sampingnya.
"kau ingin pulang bukan ? Aku ingin bertemu dengan Erina" Zafira menghela nafasnya kemudian berkata "pak Devan kan sudah tau apartement saya dan nomor berapa unit apartement saya, jadi bapak bisa kesana sendiri dengan mobil bapak yang berada disamping saya" jawab Zafira dengan panjang lebar.
Devan tidak menggubris malah memposisikan dirinya senyaman mungkin duduk di mobil Zafira "Pak saya akan pergi belanja sebelum pulang, lebih baik pak Devan memakai mobil pak Devan sendiri jika ingin bertemu dengan kakak saya" imbuh Zafira dan tetap Devan masih bergeming.
Devan malah menutup kedua matanya kemudian berkata "aku mengantuk dan ingin tidur sebentar, jika aku mengemudi dalam keadaan mengantuk nanti aku tertabrak bagaimana ?" Zafira yang mendengar alasan Devan kembali menghela nafasnya.
"Terserah bapak saja" sebenarnya Devan ingin menanyakan sesuatu kepada Zafira namun diurungkannya dan beralasan ingin bertemu dengan Erina kakak dari Zafira atau teman lama Devan dan Gavin.
Selama diperjalanan mereka saling terdiam sampai mobil Zafira memasuki pasar swalayan yang tak jauh dari apartementnya "pak saya mau belanja, bapak tunggu dimobil atau ikut masuk ?" Devan tersenyum sedikit mendengar tawaran Zafira.
"Aku ikut" kemudian dia membuka matanya dan ikut keluar dari mobil Zafira "ternyata tidak buruk juga mengemudimu" ucap Devan saat mereka saling berjalan berdampingan.
Sementara Zafira hanya melirik sebentar Devan yang berada di sampingnya, mereka sedang berada di tempat sayur - sayuran dan disana Devan mengambil beberapa butir kentang serta wortel.
Zafira melihat Devan dengan aneh dan bingung "buatkan aku sambal goreng kentang dengan hati ampela nanti" Zafira terdiam melihat Devan yang masih memilah milih wortel.
Memang sejak awal tujuannya zafira ingin memasak makanan itu untuk makan malamnya bersa dengan anak dan kakaknya "Zaf dimana suamimu ?" Zafira yang mendengar pertanyaan dari Devan seketika menghentikan aktifitasnya yang memilih sayur bayam.
"Bekerja diluar kota" Devan mengeryitkan dahi bingung kemudian dia mulai bertanya kembali "Kenapa kau menikah diam - diam ?" Devan mulai melontarkan pertanyaan sekali lagi membuat Zafira sedikit jengkel.
"Pak ini sudah hal privacy bagi saya, tidak seharusnya pak Devan bertanya tentang hal itu" Devan yang mendengar jawaban Zafira mulai berkacak pinggang dan memposisikan tubuhnya tepat didepan Zafira.
"Apa pantas seseorang yang sudah menikah mengobrol asik dengan lelaki dan bersenda gurau disaat suaminya bekerja diluar kota ?" Zafira tersenyum sinis, ingin sekali dia berteriak kepada atasannya ini.
Ya Devan adalah CEO rumah sakit tempat Zafira bekerja, dan peresmian itu akan dilakukan minggu depan untuk memperkenalkan CEO baru rumah sakit itu.
"Bukankah saat ini kita juga mengobrol pak Devan yang terhormat" Devan tersenyum mendengar jawaban Zafira "jika nanti suamimu akan salah faham dengan kita maka aku berani untuk bertanggung jawab, ngomong - ngomong kau bukan typeku" mata Zafira melotot dan bergumam "sialan" saat ini ingin sekali Zafira memukul kepala Devan hanya saja dia tahan - tahan.