NovelToon NovelToon
Pembalasan Penulis Licik

Pembalasan Penulis Licik

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Romansa Fantasi / CEO / Nikah Kontrak / Fantasi Wanita / Gadis nakal
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Alensvy

Bijaklah dalam memilih tulisan!!


Kisah seorang penulis online yang 'terkenal lugu' dan baik di sekitar teman-teman dan para pembaca setianya, namun punya sisi gelap dan tersembunyi—menguntit keluarga pebisnis besar di negaranya.

Apa yang akan di lakukan selanjutnya? Akankah dia berhasil, atau justru kalah oleh orang yang ia kendalikan?

Ikuti kisahnya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pembalasan Penulis Licik 17

...****************...

Langit sudah mulai menua, jingga senja diganti kelabu malam yang menyelinap diam-diam.

Pintu utama Penthouse mewah itu terbuka dan langkah berat Arion akhirnya memasuki rumahnya sendiri.

Sorot matanya redup, letih, tapi tetap membawa aura dingin yang tak pernah lepas dari dirinya.

Di ruang tengah, Aresya duduk santai di sofa.

Gaun rumah tipis warna krem membalut tubuhnya dengan manis. Di tangannya, sepotong cake yang hampir habis, dan di layar TV, suara sitkom asing memenuhi keheningan.

Tertawa kecil sempat lolos dari bibirnya.

Arion menatapnya sebentar.

Hanya sebentar.

Lalu melangkah tenang ke kamarnya sendiri, mengendurkan dasi, melepas jas mahal itu seolah ingin melepaskan beban satu harinya.

Shower belum menyala.

Tapi wajahnya sudah lebih segar hanya karena ia menjauh dari dunia luar, meski hanya untuk sesaat.

Tak lama, ia keluar kembali, kini hanya mengenakan kaus hitam tipis dan celana panjang santai.

Langkahnya diarahkan ke dapur—ingin sekadar meneguk dinginnya air dan menenangkan kepala.

Namun, belum sempat jemarinya menyentuh gagang lemari pendingin,

dering ponsel menyayat ketenangan itu.

Nada deringnya tak lama. Hanya satu getaran yang cukup untuk membangkitkan badai.

Ia mengangkat.

Dan dunia runtuh dalam suara orang di seberang.

“Apa kau bilang… bocor?” Suara Arion menurun satu oktaf. Dingin, namun mulai pecah di ujungnya.

“Data bulanan kita? Dicuri?” Ia tak menunggu penjelasan. Tak butuh.

Arion tahu—ini ulah lawan bisnisnya. Seseorang yang selama ini selalu mengincar kelemahannya.

Dan malam ini… mereka menang satu langkah. Dengan napas tersengal karena marah yang menumpuk, ia melempar gelas kaca di tangannya ke lantai.

Prakkkk!!

Suara pecahan kaca menggema. Keras. Tajam. Seperti tembakan di ruang hampa.

Detik itu juga, tawa Aresya lenyap.

Tubuhnya menegang. Lalu tangan mungil itu secara naluriah menutup kedua telinganya erat-erat—seakan ingin melindungi dirinya dari suara yang sudah menggores memorinya.

Tubuhnya merosot ke lantai, berjongkok dengan napas tak beraturan.

Matanya membelalak. Tapi tak menangis. Ia tak ada di ruang tamu itu lagi. Ia kembali ke masa lalu.

Kembali ke malam yang tak pernah ia ceritakan.

Malam ketika tembakan menggema dan tubuh ibunya roboh di hadapannya.

Malam ketika suara keras berarti kehilangan, berarti darah, berarti kehancuran.

Dan kini… suara itu datang dari suaminya sendiri.

Aresya menggigit bibir. Gemetar.

Tak sanggup berbicara. Tak sanggup bergerak.

Sementara Arion, yang masih berdiri mematung di dekat pecahan kaca, akhirnya sadar… Bahwa malam ini, ia bukan hanya kehilangan data bisnisnya.

Tapi juga telah memecahkan sesuatu yang jauh lebih rapuh—dan mungkin tak akan bisa ia perbaiki kembali.

Langkah Arion terhenti.

Pandangannya tertancap pada sosok mungil yang kini meringkuk di lantai—tak lagi dengan tawa ringan atau tatapan tajam seperti biasanya.

Aresya...bukan lagi wanita yang sama seperti yang ia temui di sofa beberapa menit lalu.

Tubuh itu gemetar hebat, seperti daun diseret badai. Tangannya menutup erat kedua telinganya. Matanya terpejam kuat, seolah menolak melihat dunia. Bibirnya bergetar, nyaris berbisik sesuatu—namun tak satu pun suara keluar dari tenggorokannya.

Arion terdiam. Seketika, amarah yang tadi membara di dadanya…melemah.

Padam.

Digantikan oleh rasa yang bahkan tak tahu harus ia namai dengan apa. Dia menatap Aresya seperti menatap pecahan kaca yang baru ia hancurkan.

Namun luka itu bukan di lantai. Tapi di wanita yang kini ketakutan di hadapannya. Langkahnya mendekat, pelan, hati-hati. Seperti takut suara langkahnya sendiri bisa menambah luka yang tersembunyi itu.

"Aresya..." Suara Arion hampir seperti gumaman. Rendah. Lirih. Nyaris tak terdengar.

Namun wanita itu tetap tak bereaksi. Seolah tenggelam dalam kenangan kelam yang menariknya terlalu dalam.

Arion berjongkok perlahan. Tangannya sempat terulur—ragu—ingin menyentuh, namun ia tarik kembali.

Tak tahu apa yang harus ia lakukan. Tak tahu apa yang sedang terjadi. Ini bukan sekadar reaksi dari suara kaca pecah.

Ini... lebih dari itu. Dan untuk pertama kalinya, Arion sadar... bahwa ia sedang berbagi atap dengan wanita yang menyimpan rahasia lebih banyak dari yang bisa ia tebak.

Dan untuk pertama kalinya juga, ia merasa... perempuan itu tak sedang memainkannya.

Tapi sedang menyembunyikan luka yang terlalu dalam untuk dijelaskan dengan kata.

Suara napas Arion terdengar berat di udara yang nyaris beku.

Lalu… perlahan… Kelopak mata Aresya bergerak. Gemetar. Basah. Seolah ia berusaha menembus kabut hitam yang menelannya beberapa saat lalu.

Matanya terbuka—masih dengan bayangan ketakutan yang membayang.

Dan yang pertama ia lihat… adalah pria itu.

Arion.

Duduk tepat di hadapannya, menatap dengan kebingungan dan sesuatu yang nyaris seperti—kekhawatiran.

Dan entah dorongan dari mana… Aresya langsung menghambur ke arah pria itu. Menubruk dada bidangnya dengan seluruh tubuh yang masih bergetar.

Tangannya melingkari pinggang Arion, erat, seolah tak ingin dilepaskan. Air matanya pecah seketika—mengalir deras tanpa bisa ditahan lagi. Tangis yang selama ini ia simpan rapat-rapat… akhirnya pecah juga.

Bersama trauma, luka, dan semua hal yang ia kira sudah ia kubur dalam-dalam.

"Aku takut… aku takut sekali…"

Bisiknya lirih, nyaris seperti anak kecil yang tersesat.

Arion membeku. Tubuhnya tegang.

Ia tak pernah dipeluk seperti ini sebelumnya—oleh wanita yang selalu tampak kuat, bahkan saat sedang menyakitinya.

Namun kini, Aresya bukan wanita yang bermain strategi. Bukan istri kontrak dengan sejuta rencana tersembunyi.

Dia hanya seorang gadis— yang hancur. Yang takut. Yang retak oleh masa lalu.

Dan Arion…tak tahu harus berkata apa. Tak tahu harus melakukan apa. Selain membiarkan tubuhnya menjadi tempat perempuan itu bersandar, dan jiwanya—untuk sementara—menjadi pelindung bagi tangis yang terdalam.

Tangis itu masih menggema lirih di dada Arion—

membasahi kemeja mahalnya dengan kehangatan yang terasa asing… namun tak ditolak.

Untuk beberapa saat, ia hanya diam.

Membiarkan detak jantung mereka bertabrakan dalam pelukan yang tak terencana.

Namun… saat tubuh Aresya mulai mereda, saat isaknya perlahan terputus oleh napas-napas lelah, tangan Arion pun bergerak. Perlahan. Seakan takut merusak keheningan yang baru saja tercipta.

Jari-jari panjangnya menyelusup ke helaian rambut Aresya, mengelusnya pelan… lembut seperti kabut pagi yang menyentuh permukaan danau.

Rambut itu harum—ada wangi samar sabun, bunga yang tak dikenalnya, dan sesuatu yang entah mengapa… terasa nyaman.

"Sshh… sudah, ya…" Bisik Arion, suaranya nyaris tak terdengar.

Seakan ia sendiri terkejut dengan kelembutan yang keluar dari mulutnya. Ia tak tahu apa yang terjadi barusan.

Dan ia juga tak yakin… apa arti semua ini.

Namun untuk malam itu, untuk perempuan dalam pelukannya yang terus bergetar meski telah diam—Arion tak lagi jadi pria dingin yang menyimpan jarak.

Ia hanya seorang lelaki, yang membiarkan dirinya menjadi rumah… bagi seseorang yang tersesat dalam ketakutan.

Dan di antara gulita malam serta pecahan kaca yang berserakan, lahirlah keheningan baru— yang tak lagi kosong.

Tapi hangat. Dan hidup.

.

.

.

Next 👉🏻

1
Miu Nih.
perempuan badas kok dilawan,, tapi kamu jadi bucin kaann~ 😆😆
Miu Nih.
nyesek juga ya /Sob/
Semangat
huaa thorrr
Semangat
balaskan dendammu aresyaa
Semangat
wah Arion /Gosh//CoolGuy/
Alen's Vy: Gak nahan dia/Curse/
total 1 replies
Semangat
aih maluuu
Semangat
harusnya pernikahan yang sperti ini, hrus dengan org yg saling mencintai. tapi mereka enggak.
Alen's Vy: Iya, kan kak..
total 1 replies
Semangat
suka bgt 'malam telah tua'
Semangat
lanjut thorr gimana ini kepanjutannyaa
Alen's Vy: Besok yaaaa/Whimper//Grievance/
total 1 replies
Semangat
/Blush//Blush/
Semangat
misterius banget Aresya ini ya thor
Alen's Vy: Wkwkwk karena ada sebab.. /Shhh/
total 1 replies
Semangat
ini bagus banget Thor kata2nya
Semangat
lanjut dongg thorr kapan up lagii
Semangat
berani bgt areysa ya thor
Miu Nih.
next kak 🤗👍
Miu Nih.: Haik, siap! udah 😉
Alen's Vy: Follback ya kak/Grievance/
total 2 replies
Semangat
Menarik🥵
Alen's Vy
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Miu Nih.
duh, bener2 misteri, bikin aku mikir pelan 😆 ,, pelan2 ya thor bacanya...
Miu Nih.
yg biasa disebut anonymous kah? 🤔
Miu Nih.
Aresya, yuk temenan sama Dalian 🤗
Makasih tadi udh mampir. jgn lupa keep lanjut teyuz ya...

kita ramein dengan saling bertukar komen...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!