NovelToon NovelToon
The Cosmic War

The Cosmic War

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sci-Fi / Akademi Sihir / Barat
Popularitas:707
Nilai: 5
Nama Author: mas teguh

Novel ini merupakan karya pertama dari author. Harap dimaklumi jika ada beberapa chapter yang harus di "Revisi"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mas teguh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 17

Lyvia menolak dengan halus ajakan Luciel. Ia tidak enak hati untuk menerima tawaran pemuda itu, terlebih lagi gadis itu juga takut akan adanya penolakan dari ayah Luciel. Bukan tanpa alasan, ia baru pertama kali bertemu Luciel hari ini. Meski bisa dianggap baik padanya, hanya saja Lyvia juga bertindak hati-hati. Ia tidak ingin merasa kecewa.

Apa lagi, dilihat dari temperamen dan pakaian yang dikenakan ayah Luciel jelas bahwa mereka bukan dari keluarga sederhana. Berarti, pemuda itu bukan orang biasa dan kemungkinan memiliki status sosial yang cukup tinggi.

Lyvia juga menyadari dimana tempatnya, ia hanya seorang anak yatim. Gadis itu merasa tidak pantas untuk menerima ajakan tersebut. Ada perbedaan status sosial yang jelas di antara mereka, seperti katak dan angsa.

"Tidak apa-apa, Lyvia. Aku akan mengantarmu ke tempat tinggal mu, oke!" Kata Luciel meyakinkan.

"Tapi.." Lyvia menjawab dengan ragu-ragu.

Lucian yang sejak tadi menyaksikan percakapan mereka menghela nafas ringan, dengan nada meyakinkan ia kemudian berkata,

"Gadis kecil, jangan khawatir. Kami akan mengantarmu pulang."

"Itu, tuan.. Aku.."

Melihat keragu-raguan yang tergambar di wajah Lyvia membuat Luciel agak kesal. Meraih tangan Lyvia, pemuda itu kemudian menariknya untuk masuk kedalam mobil listrik.

"Lyvia, ayah sudah mengizinkanku untuk mengantar mu. Jadi, tidak perlu merasa khawatir!" Kata Luciel dengan sungguh-sungguh.

"Oh, ya. Dimana tempat tinggal mu?" tambahnya.

"I-itu, Panti Sosial Ibukota." Jawabannya dengan nada suara pasrah.

Lyvia dan Luciel duduk di kursi belakang, sedangkan Lucian duduk di kursi depan disamping Sam yang mengemudikan mobil listrik. Kemudian mobil tersebut bergerak dan melaju di jalan raya, mengantar Lyvia ke tempat tinggalnya.

Panti Sosial Ibukota sebenarnya tidak terlalu jauh dari sekolah menengah Ibukota Xypherion, mungkin hanya sekitar lima belas menit. Panti ini berada di pinggir pusat ibukota, bangunannya cukup kokoh. Berdiri diatas tanah yang memiliki beberapa ribu meter persegi dan memiliki empat lantai.

Panti ini menjadi alasan bagi Lyvia tidak melawan ketika di rundung oleh Chad dan kedua saudara kembar. Karena jika ia melawan, maka kemungkinan gadis itu akan menyingung walikota. Jika hal itu terjadi kemungkinan dana yang di sumbang oleh wali kota akan dibekukan, jelas Lyvia tidak ingin itu terjadi.

Bagaimana nasib anak-anak panti jika dana sumbangan dibekukan? Bukankah mereka akan sangat sulit bertahan hidup. Itu yang selalu Lyvia pikirkan.

Setelah beberapa menit, mereka akhirnya tiba di depan pintu gerbang panti. Mobil yang mereka kendarai berhenti untuk menepi, setelah itu mereka langsung keluar dari dalam mobil.

Luciel, Lyvia, Lucian dan Sam berdiri di depan pintu gerbang panti, mengamati dilingkungan sekitar.

Lyvia, gadis itu terlihat menundukkan kepalanya. Setelah itu, berjalan beberapa langkah gadis itu berbalik kearah Luciel dan ayahnya.

"Tuan, terimakasih atas kebaikanmu hari ini." Kata Lyvia dengan sedikit membungkuk.

Menggelengkan kepalanya, Lucian terlihat menghela nafas ringan.

" Tidak apa-apa. Terlebih lagi, jangan panggil aku dengan sebutan tuan. Panggil saja aku paman Lucian."

"Tapi.." Kata Lyvia ragu-ragu, Ia tak menyangka Lucian orang semudah itu. Pada awalnya gadis itu mengira ayah Luciel adalah sosok yang sulit, tapi setelah beberapa percakapan singkat ia menyadari bahwa anggapannya ternyata salah. Bisa dibilang tidak semua orang yang status sosialnya tinggi sulit untuk didekati, terkadang ada sebagian dari mereka yang cukup mudah.

" Tidak masalah. Jarang anak kecil ini terlihat bersama temannya. Apa lagi, kali ini dia berinisiatif untuk mengantarmu. Dan juga, paman ingin kamu menjaga Luciel dengan baik. Jika anak ini membuat masalah, beritahu paman. Aku akan mendisiplinkannya!" Kata Lucian memberi pengertian. Terlihat ia juga berpesan kepada Lyvia untuk menjaga Luciel.

"Itu.."

" Ayah! Apa yang kamu bicarakan? Aku bukan anak kecil, Oke! Tidak perlu berkata seperti itu." Luciel mendengus mendengar ucapan ayahnya, ia tidak terima jika Lucian menganggapnya seperti anak kecil yang harus diawasi. Umurku sudah lima belas tahun oke, orang tua sepertimu tidak mengerti itu. Pikirnya.

"Meski umurmu seribu tahun sekalipun dimata ayah kamu akan selalu jadi anak kecil. Jadi tidak perlu menyangkalnya." Lucian berkata dengan sedikit senyuman di sudut bibirnya.

"..."

Luciel tidak membalas ucapan Lucian karena ia tahu apa yang diucapkannya memang benar. Sebesar apapun seorang anak, orang tua tetap akan menganggapnya seperti anak kecil. Meskipun umurnya lima belas tahun, tetapi dibandingkan umur yang dilalui oleh Lucian, itu seperti membandingkan antar langit dan bumi. Rubah tua ini sudah hidup tiga ribu tahun lamanya.

Lyvia yang melihat ini sedikit senyuman terukir diwajahnya, Luciel dan ayahnya terlihat sangat rukun.

Meski tampak tersenyum, namun dihatinya Lyvia merasa sedikit pahit. Ia selalu berharap papa dan mamanya selalu ada disampingnya, memberikan perhatian yang lebih kepadanya. Tetapi pada akhirnya harapan hanyalah sebuah harapan, ia merasa itu tidak akan pernah terjadi. ia tidak pernah tahu dimana orang tuanya, dan juga tidak tahu seperti apa rupa mereka. Namun, yang Lyvia sangat tahu adalah bahwa orang tuanya meninggalkannya di panti sosial ini, dan Lyvia akan selalu ingat itu.

"Paman Lucian, Luciel dan paman pengemudi, terimakasih telah mengantarkanku kembali." Kata Lyvia dengan senyum diwajahnya.

" Oh ya. Apakah paman ingin mampir ke panti tempat tinggalku?" Tanyanya.

Lucian menggelengkan kepalanya dengan ringan. Setelah itu, dengan suara yang sedikit lembut ia menjawab.

"Sama-sama. Tetapi untuk yang satu ini paman akan menolaknya karena waktunya sudah terlambat. Mungkin lain kali."

"Kalau begitu, hati-hati dijalan paman, Luciel dan paman pengemudi."

Lucian mengangguk, setelah itu ia terlihat membuka pintu mobil dan masuk kedalamnya.

Disisi lain Luciel memandang kearah Lyvia dengan ekspresi acuh tak acuh diwajahnya, menghela nafas ringan ia kemudian berkata,

"Lyvia, jika mereka mengganggu dan mempersulitmu lagi, beritahu aku oke! Aku akan membalasnya untuk mu!"

Mendengar ini ntah kenapa gadis itu merasa terlindungi, dengan anggukan kepala ia kemudian berkata.

"Luciel! terimakasih atas kebaikanmu hari ini. Aku tidak akan pernah melupakannya!" Ungkap Lyvia dengan penuh rasa terimakasih.

*****

Didalam mobil listrik menuju kearah kediaman Clan Xypherion.

"Kamu babak belur karena gadis Half-Elf itu?" Lucian bertanya sambil mengangkat salah satu alisnya.

"Bukankah ayah sudah pasti mengetahuinya. Mengapa masih bertanya lagi!" Luciel membalas dengan mendengus.

"Anak kecil, aku tidak menyangka kamu bertindak heroic seperti itu. Apakah kamu menyukai gadis kecil itu?" Tanya Lucian dengan sedikit menggoda.

"Ayah, apa maksudmu? Aku hanya menolongnya karena ingin. Bukan karena maksud lain, oke!" Luciel menjawab tidak terima, ia terlihat memberi alasan.

"Baiklah , ayah percaya padamu."Lucian membalas sambil menggelengkan kepalanya. setelah itu, ia terlihat mengambil sesuatu dari cincin ruangnya.

"Ini..."

"Apa?" tanya Luciel.

" Serum penyembuh! Apa kamu akan kembali dengan keadaan seperti ini? Kamu tidak takut ibumu akan memarahimu?"

"Huuh! Jika kamu membiarkan aku pulang dengan keadaan seperti ini, ayah pasti akan dimarahi juga oleh ibu. Jadi, jangan seolah-olah hanya aku yang akan mendapatkan masalah." Luciel membalas dengan sengit.

"Nak, apa kamu mengancam ayahmu?"

"Tetapi kenyataannya memang seperti itu kan?.."

"..."

Bibir Lucian bergerak-gerak. Ia tidak tahu kata apa yang akan ia balas kepada Luciel. Namun, ia juga menyadari bahwa jika membiarkan anak itu pulang dengan keadaan babak belur seperti ini, ia juga akan dapat masalah. Elina akan memarahinya dengan cara yang kejam.

"Baiklah-baiklah, cepat minum!" Lucian berkata sambil melambaikan tangannya.

"Sam, lebih cepat!"

"Baik, tuan." Ucap Sam dengan patuh.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!