Josephine Silva alias Joey merupakan seorang gadis lugu dan polos.
Suatu hari dia bertemu dengan Devano Geraldi atau biasa dipanggil Al.
Mereka saling mencintai dan saling percaya satu sama lain.
Hingga pada suatu ketika di acara pernikahan mereka, tiba-tiba saja Al menggagalkan acaranya tanpa alasan yang pasti.
Lambat laun, ketika Joey sudah menata hatinya dan bangkit kembali, ia bertemu dengan Marcus Hanson Antinio (Mark), dengan sifat yang berbeda jauh dengan Al.
Mark pria yang angkuh dan sombong.
Mark melakukan berbagai banyak cara untuk bisa mendapatkan hati Joey.
Akankah Mark berhasil mendapatkan hati dan juga cinta Joey?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riana a s, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ada Niat Jahat Mark
Flashback On
Melihat Mark dan Joey berdansa, para pengunjung pun tak mau ketinggalan. Mereka naik ke panggung bersama pasangan mereka tentunya. Iringan musik yang mellow dan lantunan lagu dari sang penyanyi menjadi penghias dansa mereka. Suasana di restoran semakin romantis. Ditambah lampu dan lilin yang menghiasi gedung restoran membuat suasana semakin romantis.
Para pelayan restoran juga sibuk melayani tamu yang berdatangan silih berganti. Mark memanggil salah seorang pelayan yang hendak menuju meja dekat panggung dengan isyarat tangannya. Lalu membisikkan sesuatu.
"Baik, tuan." kata pelayan tersebut dan berlalu meninggalkan panggung.
Tak berapa lama, pelayan itu balik lagi dengan nampan berisi dua gelas minuman. Yang satu gelas yang berisi minuman berwarna gelap dan gelas satu lagi berisi minuman berwarna orange.
"Ini minumannya, tuan." kata pelayan tersebut.
"Trimakasih, mas." kata Mark melepaskan Joey dan membuat mereka berhenti berdansa.
Lalu ia menyodorkan beberapa lembar uang ratusan ribu rupiah kepada pelayan. Pelayan itupun berlalu dengan cepat takut Joey akan melihat semua itu.
"Mari kita minum dulu, sayang." ajak Mark mengalihkan pandangan Joey ke arahnya.
"Kamu mau yang mana?" tanya Mark lagi.
Sebenarnya dia sudah tau bahwa Joey pasti akan memilih orange juice. Dia sengaja menanyakan hal itu untuk mengetes Joey. Secara Joey kan lugu, nggak mungkinlah dia memilih gelas yang berisi minuman keras.
"Aku orange juice aja." kata Joey lalu mengambil gelas berisi orange Juice.
"Ceeerss" katanya lagi.
Mereka pun mengayunkan gelas masing-masing ke depan dan saling bergesekan sehingga mengeluarkan bunyi. Mereka pun menikmati minumannya masing-masing. Masih dalam keadaan berdiri.
"Ayo, sayang habisin. Perlahan-lahan kamu akan tunduk padaku." lirih Mark dalam hati.
Dia masih tidak percaya kepada Joey. Dia ingin mendapatkan Joey seutuhnya. Yang Mark rasa selama ini Joey belum mencintainya sepenuh hati.
Setelah menghabiskan minumannya, mereka kembali berdansa. Joey bahkan sampai lupa waktu.
Tetapi tiba-tiba Joey merasa pusing.
"Duh, aku merasa kepalaku tiba-tiba pusing." katanya lalu berusaha untuk turun dari panggung. Mark berlari menyusul Joey. Ika menyarankan Joey untuk pulang.
Flashback Off
Bel sekolah berbunyi. Tandanya jam sekolah sudah berakhir. Anak-berlari keluar kelas dengan menenteng tasnya masing-masing. Anak-anak sangat senang.
Beberapa siswa memasuki bus sekolah. Anak yang lainnya ke asrama, dan beberapa anak lain dijemput oleh orangtuanya. Setelah anak sudah lengkap, bus pun meninggalkan sekolah.
Begitu pun Joey. Ia menghampiri sepeda motornya dan menstarternya. Kemudian berlalu. Suasana di sekolah kembali sepi.
Sesampainya Joey di rumah, Joey mmebersihkan dirinya di kamar mandi. Hari ini ia merasa sangat letih. Kunjungan hari ini dari sekolah lain menguras tenaga dan suaranya. Suasana di rumahnya pun sepi.
Hanya ada bik Darmi di rumah yang dijumpainya. Mama Olin masih di toko.
Joey keluar kamar. Ia ingin bersantai ria sambil menonton TV. Lalu ia meraih remote dan TV pun menyala.
Joey mencari-cari chanel yang diinginkannya. Berulang kali ia mengganti chanel TV tersebut. Akhirnya dia bosan.
Hmmm, nggak ada acara yang menarik. Aku tidur aja. Capek. batin Joey.
Joey pun pergi ke kamarnya. Ia merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Ia merasakan panas. Ternyata AC di dalam kamar tidak menyala. Lalu ia turun lagi dan menghidupkan AC. Kemudian dia pun tidur.
Di tempat lain, Al sedang berada di dalam mobilnya. Hari ini ia berencana ke rumah Joey. Anak buahnya sudah mengabari kalau Joey sudah berada di rumah. Maka dengan cepat ia langsung menuju kediaman Joey.
"Tok, tok, tok." suara pintu diketuk. Akan tetapi tidak ada sahutan dari dalam. Kemudian Al mengulanginya lagi.
Beberapa saat kemudian, pintu dibuka dari dalam.
"Maaf, dengan siapa?" tanya bik Darmi karena hanya melihat punggung orang yang mengetuk pintu tersebut. Orang itu pun menoleh. Dan,
"Den Al. Ada apa? Untuk apa den datang ke sini lagi?" tanya bik Darmi heran.
"Apakah saya tidak boleh berkunjung ke sini, bik?" tanya Mark dengan ekspresi tanpa bersalah.
"Maaf, den. Bibik hanya mengikuti perintah nyonya Olin.
"Tapi, bik saya ke sini untuk bersilaturahmi. Apa nggak boleh? Joeynya ada, bik?" tanya Al lagi.
"Nyonya tidak mengijinkan den Al ada di rumah ini." kata bik Darmi lagi.
"Memangnya kenapa, bik?" tanya Al pura-pura nggak tau.
"Belum cukup den membuat non Joey menderita? Lebih baik den pergi sekarang sebelum nyonya pulang." kata bik Darmi lagi.
Bik Darmi masuk lagi ke dalam rumah dan menutup rumah kembali. Lalu menguncinya. Ia tidak menghiraukan suara ribut Al yang memanggil-manggil Joey dan ingin bertemu Joey.
"Baiklah. Masih banyak waktu. Aku akan datang lagi. Lihat saja, Joey." kata Al pelan.
Ia melangkahkan kakinya menuju mobilnya yang terparkir di depan gerbang. Lalu ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tidak perduli dengan lingkungan sekitar. Selalu saja begitu. Tak ada perubahan yang terjadi dalam diri Al. Masih sombong dan angkuh.
Sama seperti dulu. Segala yang diinginkannya harus tercapai. Kalau tidak, ia akan melakukan segala cara untuk mendapatkannya. Meskipun dengan cara yang tidak halal. Ia pun menginginkan Joey kembali. Maka cara apapun akan dia lakukan agar Joey kembali ke pelukannya.
"Apa den Al sudah pulang ya?" kata bibik Darmi bicara sendiri di ruang tamu.
Ia membuka pintu.
Dan
"Syukurlah, dia sudah pulang." katanya lagi dengan mengelus dadanya.
Bik Darmi takut tuan rumah akan marah jika Al diterima di rumah ini. Maka dia pun dengan tegas harus menolak dan melarang keras Al datang berkunjung.