Mencintai Pria Buronan Bandar Narkoba

Tiya sangat marah saat laki-laki tampan itu menyiram dan membuatnya mandi. Gadis itu benar-benar merasa dipermalukan.

"Kau sudah gila!!! Apa kau tahu siapa aku hah!!!" Teriak Tiya murka pada Delmond.

Laki-laki itu hanya menatapnya datar kemudian menarik tangan Ayya untuk pergi dari hadapan kedua wanita tersebut.

Tiya semangkin di buat emosi saat mereka pergi begitu saja setelah membuatnya malu dan basah bermandikan jus.

"Berani kau!!!" Tiya mengikuti punggung Delmond bersiap untuk membalas laki-laki itu.

Temannya yang tadi langsung menahannya. "Sudah, Ayya. Biarkan saja mereka pergi. Kau jangan cari gara-gara dengan Bos Delmond, pria itu sangat berbahaya..." Teman Tiya memperingatinya.

Tiya menghentikan langkah. "Aku tidak kenal siapa laki-laki yang kau maksud itu," kata Tiya masih emosi.

Temannya membuka sosmed dan memperlihatkan di sana jati diri pria yang menyiram wajahnya tadi.

GLEK!

Dengan tubuh gemetaran Tiya memilih melangkah cepat ke mobilnya. Ia takut jika Delmond kembali lagi padanya dan menyakiti dirinya yang sudah lancang.

"Kenapa enggak bilang dari tadi sih!" Kesal Tiya pada temannya itu sambil menyuruh supir jalan menuju Mall. Wanita itu tak hentinya terus berbelanja.

,,,

Di mobil Ayya membuka cadarnya yang sudah basah.

"Kita ke butik dulu, setelah itu kita ke rumah orang tuamu," ujar Delmond menghidupkan mobil.

"Tidak usah, aku tidak perlu memakai cadar," jawab gadis itu menghindari tatapan Delmond.

"Ayya!" Terdengar suara seseorang yang tidak asing sedang memanggil namanya.

GLEK!

Gadis itu menelan saliva dengan susah payah. Belum sempat dia menoleh ke samping, Aldi sudah lebih dulu menariknya keluar dari mobil Delmond.

Aldi juga tak menyadari istrinya sedang bersama siapa.

"Arkh!" Teriak Ayya kesakitan di lengan yang di cengkram Aldi.

Tak!

Delmond menepis tangan Aldi dari lengan Ayya. "Ada hubungan apa kau dengan wanita ini?" Tanya Delmond yang tadi menyusul keluar saat Aldi menariknya kasar.

"B-Bos Delmond?" Aldi ketakutan melihat tatapan laki-laki dingin itu.

"Apa kau mendengar pertanyaanku?" Ulang Delmond.

"Dia ini istri saya, Bos," jawab Aldi terlihat takut.

"Kalau dia istrimu, kenapa kau menjualnya?"

Aldi bungkam sejenak.

"Maaf, Bos Delmond. Tapi anda tidak seharusnya mencampuri urusan rumah tangga kami," kata Aldi memberanikan diri.

"Kalau begitu, ceraikan wanita yang kau anggap istrimu ini,"

"Tidak bisa seperti itu, Bos. Saya tidak punya alasan untuk menceraikan dia, lagi pula saya mencintainya," kekeh Aldi karena ia berpikir akan rugi jika sampai dia mencerai dengan Ayya yang ternyata seorang anak kaya raya.

"Tidak... Kau bohong... Kau hanya ingin menjualku, kau juga menganiaya fisikku dan merantai ku di rumahmu..." Kata Ayya gemetaran dan menggeleng keras sambil berlindung di punggung Delmond.

Rahang Delmond mengeras saat mendengar ucapan Ayya tentang pria itu yang membuatnya menderita.

DOR!

DOR!

"ARKHH!" Aldi terjatuh dan berteriak keras saat dua peluru menembusi kedua betisnya.

Delmond mensejajar dirinya di depan Aldi.

"Ceraikan Istrimu, dia milikku... Jika kau tidak ingin mendengar ucapan ku, jangan salahkan aku jika tubuhmu terpisah dengan nyawamu,"

"Aku berikan kau waktu selama 3 hari untuk mengurus penceraian kalian, jika tidak. Aku rasa kau pasti tahu akibatnya."

Delmond semangkin mendekat wajahnya di telinga Aldi. "Belum ada yang lolos dari tanganku, jika aku menginginkan nyawa orang itu." Lanjut Delmond berbisik di telinga Aldi sambil tersenyum menyeramkan. Dan tentu saja Ayya tak mendengar bisikan Delmond pada suami bejatnya.