SAYANG

Seharian ini Alex benar benar tidak fokus dengan pekerjaannya. Alex bahkan selalu marah marah tidak jelas pada setiap karyawannya. Bahkan Alex hampir saja melayangkan tamparan keras pada asisten sexy nya yang bisa dengan sesuka hati dia jamah kapanpun dan dimanapun Alex mau.

Setelah melihat apa yang di lakukan oleh Lena dan Erlan, amarah Alex memang terus meluap luap. Alex merasa marah, sedih, juga kecewa menjadi satu. Namun sedikitpun Alex tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan Lena saat dirinya dan Sherin mengkhianatinya. Alex hanya memikirkan perasaannya sendiri.

“Sherin.. Semua ini gara gara kamu. Lena bersama Erlan dan meninggalkan ku gara gara dia.. Ya.. Gara gara Sherin.” Gumam Alex sambil mengepalkan kedua tangannya. Tatapan Alex begitu tajam menatap lurus ke depan dengan rahang mengeras karena emosinya saat bayangan wajah cantik Sherin melintas di depannya.

Tidak bisa lagi menahan diri, Alex pun bangkit dari duduknya kemudian melangkah keluar dari ruangannya berniat menemui Sherin yang mulai hari ini akan tinggal di rumahnya karena permintaan dari nyonya besar Smith.

“Selamat siang pak..”

Alex terus melangkah cepat tanpa mengindahkan sapaan dari karyawannya. Pria itu tidak perduli dengan apapun saat ini. Bahkan Alex juga menunda pertemuannya dengan client tanpa memberitahu siapapun. Yang di pikiran Alex sekarang hanya Sherin. Sherin yang dia anggap sebagai akar dari permasalahan yang saat ini sedang dia hadapi. Sherin juga yang membuatnya harus kehilangan Lena, gadis yang sangat di cintainya.

Dengan kecepatan maximal Alex mengendarai mobilnya menuju jalan pulang. Saking tidak sabarnya bahkan Alex juga menambah berkali kali laju kecepatan mobilnya agar cepat sampai di rumah.

Begitu sampai tepat di depan rumahnya, Alex langsung menanyakan tentang Sherin pada pelayan. Setelah pelayan menjawab bahwa Sherin sedang berada di kamarnya, Alex pun langsung bergegas. Namun baru beberapa langkah menjauh dari pelayan tersebut, Alex kembali memutar tubuhnya untuk menanyakan tentang mamahnya.

“Apa mamah ada di rumah?” Tanya Alex.

“Nyonya besar baru saja pergi tuan muda. Katanya mau ada arisan di rumah temannya.” Jawab si pelayan.

Alex tersenyum miring. Pria itu berpikir kali ini tidak akan ada yang membela Sherin karena mamahnya sedang tidak ada di rumah. Dan dengan begitu Alex bisa melakukan apa saja pada Sherin untuk melampiaskan amarahnya.

“Oke.” Angguk Alex kemudian melangkah menuju tangga dan sedikit berlari saat menaikinya.

Sesaat pelayan itu terdiam sebelum akhirnya menghela napas dan menggelengkan kepalanya tidak ingin tau apapun yang akan di lakukan oleh Alex dan Sherin. Karena tugasnya di rumah mewah itu hanya bekerja. Dengan begitu dirinya akan mendapat upah untuk menghidupi keluarganya di kampung halaman.

Alex tersenyum menatap pintu kamar yang di tempati Sherin. Pintu itu tertutup dengan rapat.

Perlahan Alex melangkah mendekat pada pintu tersebut. Begitu tepat berdiri di depan pintu itu, Alex meraih handle pintunya dan memutarnya lalu sedikit mendorongnya sehingga pintu tersebut sedikit terbuka. Ya, Sherin tidak mengunci pintu itu.

Alex masuk ke dalam kamar itu lalu mengunci pintu tersebut dari dalam. Sengaja supaya Sherin tidak bisa menghindar darinya saat Alex sedang beraksi.

“Dasar perempuan tidak tau malu.” Ujar Alex sinis menatap Sherin yang sedang tertidur dengan nyenyak di atas ranjang.

Alex menggeleng tidak menyangka melihat Sherin yang bisa begitu nyaman tidur di atas ranjang tanpa sedikitpun merasa was was ataupun takut karena sudah mencari gara gara dengannya.

Alex melangkah mendekat ke arah ranjang kemudian menyingkap dengan kasar selimut yang Sherin gunakan untuk menutupi sebagian tubuhnya. Hal itu membuat Sherin terkejut hingga terbangun dari tidur nyenyak nya.

“Alex..” Gumam Sherin menatap Alex yang berdiri di samping ranjang tempat dirinya berbaring.

Alex mencengkram lengan Sherin kasar dan menariknya menyuruh agar Sherin bangkit dari posisi berbaringnya.

“Bangun kamu !!” Bentak Alex marah.

Sherin yang masih di kuasai oleh keterkejutannya hanya bisa menurut saja tanpa sedikitpun melawan. Meski rasa sakit dia rasakan akibat cengkraman kasar tangan Alex di lengannya yang terbuka.

“Alex pelan pelan..” Ringis Sherin.

Namun Alex tidak perduli dengan ringissan kesakitan Sherin. Kemarahan benar benar sedang mengambil alih dirinya membuang semua sisi baik yang ada pada seorang Alexander Putra Smith.

“Ini tidak sebanding dengan sakit yang aku rasakan melihat Lena bersama dengan Erlan, Sherin. Dan itu semua gara gara kamu.”

Alex menghempaskan lengan Sherin yang cengkeramnya membuat tubuh Sherin yang sedang terasa sangat lemas itu terhempas kembali keatas ranjang.

“Awwh..” Rintih Sherin mulai menangis. Sherin tau Alex marah padanya karena dirinya yang mengadukan tentang kehamilannya pada nyonya besar Smith. Tapi Sherin melakukan itu karena Sherin yang tidak ingin anaknya lahir tanpa figur seorang ayah.

“Kamu perempuan tidak tau diri. Tidak tau malu. Kamu murahan.” Hina Alex membuat air mata Sherin mulai menetes membasahi kedu pipinya. Sherin merasakan sesak di dada juga sakit di hatinya karena hinaan Alex. Padahal saat mereka bersama dan sering bercinta di belakang Lena, Alex begitu sangat perhatian dan manis padanya. Alex juga selalu memuji dan memujanya saat mereka melakukan hubungan intim. Bahkan setelah mereka selesai melakukannya Alex selalu mengulanginya lagi seolah tidak pernah puas saat menyentuhnya.

“Alex aku... Awh !!”

Sherin berteriak saat tiba tiba Alex merobek dress selutut yang di kenakan nya di bagian dada. Tidak sampai di situ saja, Alex bahkan juga menarik dan membuka kasar kedua kaki Sherin yang membuat Sherin menjerit menangis pilu. Alex begitu kasar padanya.

“Kenapa kamu menangis? Bukannya kamu selalu menikmati sentuhanku Sherin?” Senyum sinis Alex sambil mulai membuka satu persatu kancing kemeja yang di kenakan nya.

Sherin menggelengkan kepalanya. Air mata sudah membanjiri kedua pipinya.

“Aku mohon jangan seperti ini Alex.. Aku sedang hamil..” Tangis Sherin mengiba.

Alex tidak perduli dengan tangisan iba Sherin. Pria itu menyentuh Sherin dengan sangat kasar tanpa memperdulikan jerit tangis wanita yang sedang mengandung buah hatinya itu. Alex bahkan dengan sengaja mencengkeram, mencakar, menggigit bahkan mencakar rambut panjang Sherin melampiaskan amarah bercampur gairah yang sudah menjadi satu itu. Alex benar benar menunjukkan sisi kejamnya yang selama ini tidak semua orang ketahui dari dirinya.

Sherin benar benar tidak berdaya sekarang. Untuk melawan tenaganya tidak mampu jika di bandingkan dengan tenaga Alex yang jauh lebih kuat darinya. Sherin hanya bisa menangis berharap ada seseorang yang mendengar jeritannya kemudian masuk ke dalam kamarnya dan menghentikan aksi kejam Alex padanya. Namun pada kenyataannya harapan Sherin hanyalah harapan kosong karena meski Sherin menangis menjerit tidak ada seorang pun yang datang menolongnya.

“Sampai kamu kehabisan suara juga tidak akan pernah ada yang menolong kamu Sherin. Semua kamar disini kedap suara. Perlu kamu tau itu. Hahaha..” Tawa Alex terus menguasai tubuh tidak berdaya Sherin.