Ketika penggemar webtoon <Tower of God>, Arkan, tidak sengaja bertransmigrasi ke tubuh Neon Argarither dan menjadi bagian dari karakter webtoon <Tower of God> itu sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Echo Gardener, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Setelah Urek menyelesaikan misinya yaitu mendapatkan bunga atau lebih tepatnya bayi Zigena dan tidak sengaja juga dia bertemu dengan anak asuhnya Neon, Jue Viole Grace, di dalam tubuh Zigena di Lantai 21.
Kini dirinya balik ke Lantai 77 dan menyuruh Yuze untuk menggantikannya mengawasi anaknya Neon, yang sementara dirinya pergi ke suatu Lantai untuk memberikan bayi Zigena ke seorang Putri Zahard.
Yuze yang menerima tugas tambahan dari Urek pun akhirnya meminta kepada Blueberry untuk menggantikannya mengawasi seorang Regular, dia tidak akan memberitahukan kalau Regular itu adalah seorang Irregular dan anak dari Neon Argarither, orang terkuat di Menara. Tapi karena secara kebetulan juga Blueberry kedatangan dua orang Ranker yang ingin pergi ke Markas Wolhaiksong, dengan liciknya Blueberry mengatakan kepada kedua Ranker tersebut bahwasanya Wolhaiksong sedang membutuhkan staff magang dan menyuruh kedua Ranker itu untuk membantunya. Jika itu berjalan lancar, dia menjanjikan kedua Ranker itu untuk membawa mereka ke Markas Wolhaiksong.
Lalu ada Neon serta sahabatnya, Phantaminum, sedang berdiam diri duduk di salah satu taman yang ada di Lantai 31. Dan ada Esentia yang pergi membeli es krim, tidak jauh dari tempat Neon dan Phantaminum berada.
Phantaminum melihat langit sore di Lantai 31.
"Pertarungan Bengkel itu besok, kan? Diadakannya di Lantai 30?" tanya Phantaminum yang sudah berubah ke wujud aslinya.
"Mm." balas Neon tidak bersemangat.
"Kau ini... padahal besok kau bisa bertemu dengan Bam. Kenapa kau tidak seman—" melirik Neon di sampingnya yang sudah kembali bersemangat, "Wah, kok aku jadi merasa iri sama anak asuhmu itu ya." kata Phantaminum sedikit cemburu.
Hanya mendengar nama Bam dari orang lain saja sudah membuat Neon berada di dalam dunia khayalannya. Dia memikirkan bagaimana nantinya saat dirinya bertemu lagi dengan Bam di Lantai 30. Dia jadi tidak sabar bertemu Bam yang sekarang anak itu menggunakan identitasnya sebagai Jue Viole Grace.
Sedangkan Phantaminum yang ditinggal oleh Neon yang sedang berkhayal itu mulai bosan dan menunggu kedatangan Esentia membawakan es krimnya. Tidak membutuhkan waktu lama untuk Esentia kembali membawakan tiga buah es krim dengan varian rasa yang berbeda. Esentia dengan es krim rasa vanila, Phantaminum dengan es krim rasa kopi kesukaannya, dan untuk Neon dengan rasa leci.
"Biar aku yang pegang es krim milik sahabatku." kata Phantaminum mengambil es krim rasa leci milik Neon dari tangan Esentia.
Esentia duduk di sebelahnya Phantaminum, sehingga Phantaminum berada di antara Neon dan juga Esentia. Dia memakan es krim itu dengan penuh perasaan, karena ini adalah kedua kalinya dia memakan es krim. Pertama kali dia memakannya saat Hachuling atau nama sekarangnya Blueberry masih berada di kediaman Keluarga Khun.
"Kapan kita akan berangkat ke sana?" tanya Esentia yang memakan es krimnya.
"Mm... mungkin besok. Kenapa memangnya?" tanya balik Phantaminum, "Oh, rasa kopi ini lumayan juga." gumamnya.
Esentia diam sebentar memikirkan sesuatu, "Aku baru saja mendapatkan pesan dari Bluebe—"
Phantaminum tersedak, lalu melihat Esentia dengan tatapan tidak percaya. "Tunggu sebentar, Nak! Kau sudah baikan dengan kakakmu itu? Sejak kapan? Kok aku tidak mengetahuinya?"
Esentia menatap aneh Phantaminum sesaat. "Aku sudah baikan dengannya dan itu terjadi setelah beberapa hari kita pergi dari Lantai 77." balasnya.
Tiba-tiba saja Phantaminum memasang wajah serius. "Para serangga mulai berdatangan lagi." katanya setengah berbisik.
Esentia yang paham akan maksud Phantaminum itu dengan sekejap saja merasakan kehadiran 30 tamu tidak diundang yang masing-masingnya membawakan senjata.
"Ini sudah ke berapa kalinya kita di hadang di setiap Lantai. Aku sekarang sudah bosan untuk hal ini." gumam Esentia mengaduk es krim yang telah lama cair.
"Memangnya kau saja yang bosan. Lagian juga kenapa setiap perjalanan kita itu tidak pernah mulus? Apa salah kita yang hanya ingin merendahkan diri menjadi makhluk biasa? Aku cukup lelah dengan semua makhluk bodoh yang selalu bermunculan seperti ini," gumam Phantaminum menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Phantaminum dan Esentia sama-sama menghela napas panjang. Sedangkan Neon sendiri bahkan tidak mengetahui—lebih tidak mempedulikan sekitarnya.
Phantaminum menurunkan kedua tangannya dari wajahnya dan memandang para musuh di hadapannya. "Sekarang kalian telah memperlihatkan senjata kalian, apakah kalian bersedia menggunakannya? Senjata kalian ada bukan untuk dipandang saja, melainkan untuk digunakan." katanya.
"Hmph! Berbicara seperti itu, kau sangat ingin membuang nyawamu ya?" kata salah satu manusia bodoh memperlihatkan ketajaman pedangnya dengan mengibaskannya ke arah pohon di belakang Neon, Phantaminum dan Esentia hingga pohon itu terbelah menjadi dua bagian.
Itulah mengapa aku tidak suka dengan makhluk lemah, karena biasanya mereka memiliki otak dengan kapasitas rendah, pikir Esentia membuang tempat es krim ke tong sampah di sebelahnya, dia bahkan tidak peduli dengan ancaman dari musuhnya tersebut.
Sedangkan Neon, dia masih tidak peduli dengan sekelilingnya.
"Seseorang di Lantai ini membayar kami untuk membunuh kalian bertiga. Padahal kalian bertiga hanyalah sekelompok makhluk yang lemah. Ini tidak akan seru melawan makhluk lemah seperti kalian bertiga, tapi karena kami sudah mendapatkan bayarannya... mau tidak mau harus kami kerjakan pekerjaan kami sampai selesai. Ya... salahkan diri kalian yang telah membuat diri kalian menjadi target kami." kata manusia bodoh lainnya dengan dua buah tembakan laser di kedua tangannya.
Phantaminum yang mendengarnya mulai tertawa keras. Esentia menghela napas dan menggeleng kepalanya, lalu ada Neon yang masih berada di dunia khayalan sedang berlari bersama Bam.
"Para makhluk bodoh ini... tidakkah otak kalian membayangkan ini semua hanya sebuah jebakan untuk kematian kalian sendiri? Jangan bilang kalian benar-benar mengira kalau kalian itu bisa membunuh kita bertiga atau semacamnya? Aku bahkan tidak mengerti makhluk bodoh macam mana bisa-bisanya menargetkan kita bertiga. Ternyata benar kalau manusia adalah makhluk yang super bodoh. Mungkin ini seperti seseorang yang membayar kalian menginginkan kita bertiga mati di tangan para manusia bodoh seperti kalian. Kalau kalian tahu siapa kami sebenarnya, kalian mungkin tidak akan pernah menerima pekerjaan ini." jelas Phantaminum dengan tersenyum.
"Hah! Memangnya siapa kalian?! Kalian bukanlah anggota 10 Kepala Keluarga Agung atau bahkan High Ranker di Menara ini! Dan khususnya kau orang tua! Kau mengatakan seperti kau adalah seseorang terkuat di Menara ini. Jangan bercanda!"
Neon yang telah sadar karena banyaknya suara berisik yang mengganggu dunia khayalannya itu mulai tertawa. "Ahahaha! Dia membandingkan dirimu dengan 10 Kepala Keluarga Agung dan sejenisnya. Itu hal terlucu yang pernah ku dengar di Lantai ini!"
Ya, itu memang sangat lucu untuk sebuah wasiat, pikir Esentia mengangguk setuju.
"Hei, bocah! Sebaiknya kau diam saja seperti tadi!" kata manusia bodoh lainnya menatap tajam Neon.
Neon balas menatap dingin ke manusia bodoh di hadapannya itu. "Bocah? Hei, kata-katamu itu seperti sebuah pedang, jika kamu menggunakannya dengan cara yang salah, kata-kata itu bisa berubah menjadi senjata yang jelek." katanya menampilkan senyum yang membuat siapa saja merinding melihatnya.