Liora Belladonna, aktris cantik dan berbakat yang memasuki dunia film yang dia bintangi. Alih-alih menjadi pemeran protagonis wanita seperti yang ia perankan sebelumnya, ia justru memasuki raga Roxana Adelaide, pemeran antagonis yang akan berakhir tewas dengan tragis.
“Jika Roxana yang asli berusaha keras memisahkan para pemeran utama di dunia ini … maka aku justru harus membantu menyatukan mereka.”
“Jika Roxana yang asli begitu terobsesi dan menginginkan Pangeran Neraka … maka aku harus menghindarinya bagaimanapun caranya.”
Ya, itu adalah strategi yang Liora buat demi selamat dari akhir tragis yang menimpa Roxana. Namun, mujur tak dapat diraih dan malang tak dapat ditolak. Liora justru terbelenggu dengan ikatan benang merah yang menjeratnya bersama Pangeran Neraka, Liam Demente de Dias.
“Tidak! Aku harus menjauhi malaikat mautku.” Liora.
“Sayangnya, aku justru akan semakin menjeratmu. Semua yang ada di tubuhmu dari ujung kepala hingga ujung kaki adalah milikku.” Liam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diar Rochma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Tolong Selamatkan Jantungku!
Roxa menelan ludah susah payah. Melihat senyuman jahat, tetapi memikat itu, tiba-tiba ia menjadi ragu. Mendadak kedua kakinya seolah dilumuri semen dan tidak dapat digerakkan. Ia terus terdiam dan tidak segera menghampiri Axe yang sedang menunggu.
Ada apa dengan Roxa? Apakah tiba-tiba ia ingin melarikan diri? Apakah ia baru menyadari jika Axe adalah pria berbahaya?
Sejujurnya … jawabanya justru kebalikan dari itu semua. Roxa-lah yang takut menerkam pria itu terlebih dahulu. Sudah dijelaskan sejak awal jika kelemahan terbesar Roxa adalah sebuah ketampanan yang hakiki. Membutuhkan keyakinan tinggi bagi Roxa melewatkan kesempatan emas digendong oleh pria tampan yang merupakan crush-nya karena takut tidak dapat menahan godaan.
“Mengapa diam saja? Apa aku perlu mengangkat tubuhmu lagi untuk sampai ke sini?”
Roxa terbelalak dan menggeleng dengan cepat, “Ti-tidak perlu. Terima kasih.”
Sesampainya di depan kursi kayu mahoni, Roxa langsung menghempaskan bokong dan berpura-pura terlihat tenang. Ia menyembunyikan kegugupan di wajahnya dengan sesekali mengambil napas panjang saat Axe membelakanginya. Pria itu sedang sibuk menyiapkan sebuah perkakas yang ada di atas meja, di hadapan Roxa.
Di dalam kotak perkakas itu, berisi berbagai potion yang digunakan untuk pengobatan. Dan kini, sebuah botol kecil berwarna ungu telah berada di tangan Axe.
“Bisakah kau membebaskan bagian lengan seragammu?” Axe berujar dengan nada datar.
“Baik.” Roxa menggulung seragam bagian lengan dengan tangannya yang tidak terluka. Beruntung seragam Hoover memiliki model yang longgar seperti jubah hingga memudahkannya untuk membebaskan dari area yang terluka.
“Sepertinya kau harus memesan seragam baru.”
“Ya, kupikir juga begitu.” Roxa membenarkan. Pasalnya, robekan di seragamnya cukup parah. Lebih baik ia memesan yang baru daripada harus memperbaikinya.
Axe menarik kursi kayu lain dan membawanya tepat di samping Roxa. Pria itu kemudian mendudukkan tubuh dan bersiap mengolesi potion berupa salep di permukaan kulit gadis itu hingga merata.
Sepersekian detik, keheningan menyergap ruang bawah tanah tersebut. Axe begitu fokus membersihkan bagian luka yang penuh darah. Jemarinya juga begitu telaten memolesi potion hingga tidak ada bagian luka yang tertinggal.
Lalu apa yang terjadi kepada Roxa? Jangan ditanya! Gadis itu tetap berusaha terlihat tenang meskipun jantungnya sudah berdebar dengan menggila. Pandangannya tidak lepas dari wajah tampan Axe yang sedang mengoles salep.
Roxa berpikir … jika Dewa yang menciptakan wajah itu, mungkin saja Dewa akan iri pada ciptaanya sendiri.
Di detik berikutnya, pandangan Roxa justru beralih turun ke bawah, tepatnya pada bibir cerah kemerahan Axe. Bagian yang begitu menggoda dengan bagian bawah bibir yang memiliki garis tepat di tengah, seolah membagi bibir itu menjadi dua bagian. Sama dengan dagunya yang juga berbelah. Sangat seksi.
“Aku takut kedua matamu akan terlepas jika memandangiku seperti itu.” Axe berujar datar tanpa mengarahkan pandangannya kepada Roxa. Netra birunya masih tertuju pada lengan gadis itu.
Roxa seketika tersadar dan merutuki kebodohannya sendiri. Lagi dan lagi ia hampir dikalahkan oleh kelemahan terbesarnya yaitu keindahan visual yang disuguhkan oleh seorang pria tampan. Hampir saja ia menyerang bibir seksi itu.
Mengapa dirinya menjadi lapar mata seperti ini? Padahal saat di kehidupan sebelumnya, ia masih bisa mengendalikan diri saat bermain bersama para aktor tampan.
Sadarlah, Roxa! Kau adalah wanita bermoral yang memiliki norma dan kesopanan! benaknya menghakimi diri sendiri.
Tak berselang lama, Axe melepaskan tangannya, “Selesai. Lukanya telah hilang,” ujarnya sambil meletakkan kembali potion di atas meja.
Roxa sontak membeliak saat melihat lengannya yang kembali mulus seperti sedia kala. Apa? Ya, tidak ada bekas luka, sayatan, ataupun borok yang seharusnya ada dalam proses penyembuhan.
Bagaimana mungkin jaringan-jaringan sel kulitnya pulih dengan begitu cepat? Bahkan ia juga tidak merasakan sakit dan tiba-tiba saja sembuh dengan sendirinya. Apakah semua itu karena bantuan sihir? Tentu saja. Potion berwarna ungu itu mengandung sihir penyembuhan.
“Terima kasih.” Roxa bergumam dengan seraut wajah kikuk.
Axe mengangguk, “Pergilah. Aku sudah selesai mengobatimu. Kau hanya perlu berjalan sebentar untuk sampai di asrama wanita.”
Di detik itu juga, Roxa kembali membeliak. Ia terkesiap sekaligus menyayangkan pengusiran tidak hormat yang diberikan padanya. Mendadak bokongnya seolah dilumuri semen hingga tidak bisa diangkat dari kursi kayu mahoni yang diduduki.
Apakah hanya akan berakhir begini? Ayolah, sebenarnya apa yang ia harapkan saat berduaan di ruang bawah tanah bersama seorang guru tampan?
“Mengapa diam saja dan tidak segera pergi? Apa kau merasa nyaman berlama-lama tinggal di sini bersamaku?” Axe menyeringai. Senyuman itu terlihat sarat akan ejekan.
“Bu-bukan begitu. A-aku hanya merasa harus mengungkapkan rasa terima kasihku dengan benar.” Roxa tiba-tiba bersemangat saat mendapat sebuah alasan yang tepat, “Ya, sebagai gadis terhormat dan memiliki sopan santun, aku harus membalas kebaikan guru yang sudah menolongku,” imbuh Roxa dengan tersenyum lebar. Bagi seorang putri bangsawan Duke sepertinya, mungkin memberi satu peti permata dan emas cukup untuk harga karena telah menyelamatkan nyawanya.
Axe menaikkan kedua alis matanya yang tebal, merasa sedikit tertarik, “Jadi dengan apa gadis terhormat dan memiliki sopan santun ini akan membalasku? Bermain casino bersama?”
Roxa terhenyak. Bermain casino? Tentu saja dalam kalimat itu tersirat sindiran yang cukup mendalam. Gadis terhormat dan memiliki sopan santun tidak mungkin diam-diam bermain judi di casino dan mengikuti seorang pria seperti seorang penguntit.
Well, hal itulah yang Roxa lakukan dan Axe telah mengingatkannya. Oh astaga! Itu adalah aib.
“Tidak, bukan itu.” Roxa berujar sedikit kesal. Ia berusaha menahan amarah dan melenturkan senyuman.
“Lalu? Apa kau mau memberiku penawaran tidak terduga seperti waktu itu?”
Roxa kembali terhenyak dan membelalak. Penawaran tidak terduga? Tentu saja hal itu mengenai penawaran menjadi kekasihnya. Ya ampun! Itu juga aib yang pernah Roxa lakukan kepada Axe.
Roxa langsung terkena mental. Mengapa setiap kali pria itu mengeluarkan ucapan dari mulutnya selalu terdengar begitu menyebalkan? Namun, Roxa tetap berusaha keras untuk tersenyum, meskipun tahu jika kini sedang dipermainkan.
Menghela napas panjang, Roxa mengangkat dagu mulusnya dengan ekspresi sedikit pongah. Ia akan mengembalikan harga dirinya.
Di luar ketampanannya yang tidak manusiawi, kekurangannya adalah sifatnya yang sangat buruk. Bisa-bisanya seorang yang bahkan tidak jelas asal-usulnya berlaku kurang ajar pada putri kandung dari seorang perdana menteri Duke Shancez! Apakah dia pikir bisa mempermainkan pemeran antagonis di dunia ini? Bahkan namanya saja tidak ada di daftar pemain figuran! Ya, semua itu yang sedang Roxa pikirkan.
Axe menggelincirkan senyuman miring saat melihat seorang gadis yang sedang menahan amarah.
“Sebenarnya bukan ini balasan yang ingin kuberikan kepada Guru yang telah menolongku. Namun, karena Guru sengaja memprovokasiku, maka aku akan langsung memberikan balasan atas kebaikan itu.”
Setelah mengatakannya, Roxa beranjak berdiri kemudian mendudukkan bokong di pangkuan Axe sembari mengalungkan jemari lentiknya pada belakang leher pria tersebut. Tidak hanya itu! Secara mengejutkan, ia juga memberikan kecupan lembut pada bibir seksi seorang pria yang sejak awal telah menghilangkan fokusnya.
Ya, bibir seksi itu … Roxa mengecupnya!
Axe terlihat terkejut. Pun Roxa yang tiba-tiba merutuki tindakan impulsif-nya sendiri. ‘Astaga! Aku baru saja menciumnya? Oh tidak!’ benaknya yang sejenak tidak dapat menyembunyikan keterkejutan. Namun, di detik berikutnya dengan lihai ia memainkan wajah agar terlihat natural dan santai.
“Kuharap Guru menyukai balasan dari gadis terhormat dan memiliki sopan santun ini.” Roxa menyeringai dan balas melakukan sindiran. Percayalah, saat ini ia sedang berpura-pura berani. Gadis itu adalah seorang aktris profesional di kehidupan asalnya jika kalian melupakannya.
Dan, apa yang terjadi pada Axe? Dengan sikap tenang, pria itu justru meletakkan jemari tangannya yang lebar di tengkuk leher Roxa dan tangan yang lain di pinggul ramping Roxa. Ia lebih merapatkan posisi gadis yang duduk di pangkuannya tersebut. “Lakukan balasanmu dengan benar!" desisnya dengan suara rendah yang terdengar sedikit serak dan seksi. Itu adalah suara terseksi yang pernah Roxa dengar.
Di detik berikutnya, secara mengejutkan Axe mendaratkan bibirnya pada bibir ranum Roxa, memiringkan sedikit kepala, dan semakin memperdalam ciuman mereka. Ia kemudian menautkan lidah sambil menikmati setiap inci lidah seorang gadis yang baru pertama kali ia rasakan.
Roxa praktis membeliak sempurna, tercengang. Ya, tentu saja terkejut adalah hal yang pertama kali ia rasakan. Entah mendapat anugerah atau musibah, niat hati ingin menyerang, tetapi justru ia yang diserang.
‘Ouh, jantungku! Tolong selamatkan jantungku!’
\~\~\~
kena lagi deh...
apakah Cannaria itu Roxa dan Ellie itu cathie
sungguh aku rindu😭😭😭😭😭
Mimin ayankkkkk
aslinya emang kaya gini😒
sudah aku Dugong sih sebenernya🤔