Beautiful Villaines

Beautiful Villaines

Bab 1. Beginning

"Atas nama Putra Mahkota, aku menjatuhi Roxana Adelaide dan keluarganya dengan hukuman penggal!” Suara lantang seorang pria seketika membekukan penjuru aula istana dengan atmosfer penuh ketegangan yang menyergap setiap bulu roma. Pria itu adalah Liam Demente de Dias, Putra Mahkota sekaligus tirani kejam berdarah dingin.

Roxana Adelaide, seorang penjahat yang melakukan percobaan pembunuhan kepada Putri Mahkota tiba-tiba tertawa nyaring hingga pusat atensi tertuju kepadanya. Penampilannya yang lusuh dipenuhi bercak darah dan gaunnya yang compang-camping terlihat begitu memprihatinkan sekaligus menyeramkan dalam waktu bersamaan.

Konon, Roxana telah lama memendam rasa kepada Liam hingga terobsesi menjadikan Putra Mahkota tersebut sebagai miliknya. Hal itulah yang membuatnya nekad membubuhkan racun di minuman teh milik Putri Mahkota meskipun usahanya sia-sia dan kini ia yang harus bersiap menerima hukuman.

“Sangat lucu. Bukan aku yang memberikan racun pada minuman itu.” Roxana berdalih dengan posisi bersimpuh dan kedua tangan disergap di belakang oleh seorang prajurit, “Bahkan wanita sialan itu masih berdiri dengan tidak tahu malunya di sampingmu. Ah! Aku jadi benar-benar ingin membunuhnya,” geramnya rendah dengan sorot mata tajam dipenuhi dendam kepada seorang wanita cantik yang kini berdiri di samping Liam.

Catherine de Jolla, Putri Mahkota sekaligus korban percobaan pembunuhan yang dilakukan Roxana seketika bergidik ngeri dengan raut wajah memucat. Jemari lentiknya gemetar dengan netra berusaha menghindar dari tatapan tajam Roxana yang seakan mengulitinya sampai ke tulang. Catherine dikenal sebagai Putri Mahkota berhati lembut dan baik hati. Tentu saja ia tidak tahan dengan pemandangan mengerikan seperti saat ini.

Namun, tiba-tiba ia merasakan sentuhan hangat dari tangan Liam yang menggenggam punggung tangannya yang tengah gemetar ketakutan. Pangeran itu menatapnya dengan ekspresi begitu dalam, “Kondisimu sepertinya masih belum cukup stabil setelah meminum racun.”

Catherine menggeleng pelan seraya memaksa bibirnya untuk tersenyum, “Jangan hiraukan saya, Your Highness.”

“Ouh, sungguh mengharukan. Apa kalian sedang memainkan pertunjukan sang Dewi cinta Aphrodite dan Adonis? Atau kisah cinta Eros dan Psyche?" Roxana tertawa sumbang.

"Tutup mulutmu, Bedebah!" Liam telah habis kesabaran.

"Bukankah sebentar lagi kau juga akan menutup mulutku untuk selamanya? Namun, penjahat ini tetap tidak menyesal. Keyakinanku tetap sama jika wanita sialan di sampingmu itu tidak pantas menjadi Putri Mahkota." Roxana tertawa lepas, sama sekali tidak ada raut penyesalan yang terlihat di wajahnya.

Dibandingkan penyesalan, justru tampak selaksa kemarahan yang membuncah di riak-riak manik mata wanita tersebut. Penjahat itu masih tetap angkuh dan tidak mengakui kesalahannya meskipun di detik-detik terakhir kehidupannya.

Liam mengerutkan kening dan ingin segera menghabisi nyawa penjahat terkutuk tersebut, “Cepat penggal dan jadikan kepalanya sebagai pajangan di depan pintu gerbang istana!”

“Baik, Your Highness!”

Pedang seorang prajurit yang berdiri di belakang Roxana seketika terayun di udara dan bersiap memisahkan kepala dari sang badan.

“CUT!”

Terdengar aba-aba dari seorang sutradara yang disusul dengan suara tepukan clapper board, pertanda syuting telah selesai. Ya, baru saja yang terjadi adalah adegan syuting drama fantasy historical berjudul 'The Villain's Dead' yang tamat dengan meninggalnya tokoh pemeran antagonis.

Para kru bertepuk tangan dan terlihat puas dengan rekaman terakhir yang diberikan oleh para pemain. Perjuangan panjang mereka selama jalannya proses syuting kini benar-benar telah berakhir.

"Kerja bagus, Liora." Seorang wanita muda bertubuh mungil dan berambut pendek sedang tersenyum cerah. Dia adalah Eva, menejer aktris.

"Yeah, bisakah kau membantu mengangkat bawahan gaun super duper berat ini? Aku tidak ingin sebulir keringatku menetes hanya karena mengangkatnya. Ugh! Mengapa orang zaman dahulu harus membuat pakaian merepotkan seperti ini?" Liora mengeluh dengan helaan napas panjang. Dia adalah aktris cantik yang memerankan tokoh Putri Mahkota dalam syuting tersebut.

"Aku sudah menyiapkan pakaianmu di ruang ganti. Pakaian hangat yang cocok untuk musim dingin." Eva tersenyum lebar sembari membantu mengangkat gaun Liora dan berjalan menuju dress room.

Liora tiba-tiba menghentikan langkah hingga membuat Eva hampir terjungkal, “What?” desinya rendah sembari melengok ke belakang, “aku ingin memakai pakaian seksi agar bisa memperlihatkan lekukan tubuhku yang indah dan menawan ini,” imbuhnya narsistik.

“Kau akan terkena flu jika terus menerus memakai pakaian seksi di musim dingin seperti ini. Aku tidak ingin pekerjaanmu jadi berantakan karena hal itu juga akan merepotkanku.” Eva menjawab lempeng.

“Ck! Menyebalkan sekali. Aku tidak menyangka jika seorang yang menyebalkan sepertimu bisa menjadi menejerku," gerutu Liora tidak mau kalah sembari kembali berjalan diikuti Eva di belakang.

Eva tidak dapat menahan bola matanya untuk tidak berputar ke atas, “Justru aku yang tidak menyangka jika seorang dengan perangai suka mengeluh sepertimu bisa memainkan peran Putri Mahkota yang baik hati dan kalem dengan begitu sempurna.”

Kening Liora berkerut samar saat merasakan percikan api pertikaian yang sengaja disulut oleh menejernya, “Apa kau ingin dipecat? Bagaimana bisa seorang menejer begitu berani mengolok majikannya?"

“Kau yang merengek dan terus memaksaku untuk menjadi menejermu jika kau lupa.” Eva menutup pintu dress room saat mereka telah sampai. Menejer itu kemudian mengambil pakaian yang telah disiapkan untuk Liora.

“Ya, itu karena ….” Liora tiba-tiba terdiam seraya menipiskan bibir. Suaranya mendadak berubah menjadi 1/10 desibel lebih kecil dari sebelumnya.

“Karena …?” Eva terus menyerang.

Liora membuang napas kasar, “Karena hanya kau sahabat yang paling bisa diandalkan,” cicitnya dengan suara hampir tertelan sebelum kembali mempertahankan keangkuhan, “apa kau puas?”

Eva tersenyum puas saat jemarinya menarik turun resleting gaun Liora untuk membantu menanggalkan gaun itu sebelum hanya tersisa bra hitam dan g-string senada di tubuh aktris cantik tersebut, “Maka dari itu jangan membuatku kesal karena aku sudah kebosanan sejak tadi menunggumu hingga selesai syuting.”

"Kebosanan?" Liora menggelincirkan senyuman miring. Tampaknya pertarungan sengit di antara dua wanita itu masih belum sepenuhnya berakhir. “Di mana letak kebosanan itu saat tadi kau begitu lekat menatap Max, aktor yang bermain sebagai Putra Mahkota denganku? Bagaimana ini, dramanya sudah berakhir dan kau tidak bisa melihatnya lagi.”

“A-apa?” Terdengar getaran di nada suara Eva pertanda Liora telah berhasil menyerangnya dengan sesuatu bernama Max tersebut.

“Dia adalah aktor yang terkenal playboy. Aku hanya tidak ingin kau terluka, Eva.”

“Shut up!” Eva meninggikan suara. Sesuatu tentang Max adalah hal yang sensitif dan tabu karena pria itu adalah cinta pertamanya. Ya, cinta pertama yang sulit dilupakan.

"Aku tidak melihatnya! Aku hanya melihatmu saat syuting tadi. Berhentilah berbicara tentangnya karena aku sama sekali tidak tertarik dengannya." Eva melempar asal pakaian yang akan dikenakan oleh Liora, "Pakai sendiri pakaianmu dan aku akan menunggumu di dalam mobil," tandasnya sembari melenggang pergi.

"Hey, kau merajuk?"

Tidak ada jawaban. Hanya terdengar suara pintu ditutup dengan sedikit kasar oleh Eva.

"Tenanglah karena aku akan mengenalkanmu pada pria yang lebih baik nanti." Liora meninggikan suara sembari mengambil stelan pakaian formal untuk dikenakan dengan sudut bibir berkedut, tersenyum penuh kemenangan.

Kedua wanita itu memang telah bersahabat sejak lama. Mereka tidak pernah berhenti bertengkar laksana Tom and Jerry. Pertarungan sengit di antara mereka adalah hal yang lumrah terjadi seperti seorang manusia yang sedang bernapas.

\~\~\~

Sebuah Cadillac Escalade hitam melaju mulus di tengah jalanan Kota London. Sinar terik matahari perlahan meredup untuk menyambut langit senja yang akan menjadi pengiring mobil tersebut.

Di dalam kabin belakang mobil berinterior mewah serta didominasi warna cream itu, sedang terduduk Liora yang menjulurkan kaki pada penyangga di bagian bawah kursi dengan kelopak mata terpejam. Aktris cantik itu merasa kelelahan karena akivitasnya yang sangat padat.

Eva yang mengemudikan mobil di bangku depan diam-diam melirikkan ekor mata pada kaca spion untuk melihat Liora di belakang, "Kau hanya memiliki waktu tidur dua jam. Sebentar lagi kau harus makan malam bersama kru film yang akan kau bintangi selanjutnya. Sinopsis tentang kisah cinta seorang guru dan muridnya. Kau sudah menandatangani itu dan kuharap kau bisa bekerjasama dengan baik kali ini. Jangan membuat skandal dan jangan membuat masalah, mengerti?"

“….” Tidak ada tanggapan.

"Aku juga sudah mengatasi beberapa artikel yang terus menulis berita tentangmu. Mereka tidak akan lagi berulah untuk sementara waktu selama kau tidak membuat skandal baru."

“….” Masih tidak ada tanggapan.

"Setelah ini kau juga harus—"

"Bukankah kau bilang waktu istirahatku hanya dua jam?" Liora menyela dengan mata terpejam, "Karena harus mendengar ocehanmu yang tiada henti waktuku jadi berkurang 15 menit 1 picodetik."

"Aku hanya tidak ingin kau membuat masalah lagi."

Pasalnya, Eva tahu betul jika Liora suka membuat masalah dengan berbagai skandal. Terakhir kali Liora menghina seorang aktor pendatang baru dengan sebutan impoten hingga para haters menghujatnya.

"Ya-ya! Tapi siapa aktor yang akan bermain peran denganku di film itu? Apakah sudah ditetapkan? Apakah dia tampan? Aku tidak ingin beradu peran dengan aktor yang wajahnya seperti cumi-cumi."

Dan, Eva juga tahu jika Liora hanya menyukai seorang pria berparas rupawan. Ia tidak senang dengan pemandangan apapun yang tidak elok dan tidak sedap dipandang. Terakhir kali ia menyuruh Eva mengganti warna lipstiknya hanya karena tidak sesuai dengan warna wallpaper dinding yang ada di lokasi syuting.

"Gavin Stanley, aktor papan atas yang baru saja memenangkan ajang Top Model and Superstar karena wajah dan tubuhnya yang sempurna. Survei membuktikan jika dia memiliki penggemar paling tinggi di kalangan para aktor dan presentase haters paling sedikit."

Liora manggut-manggut, tanpa minat. Meskipun ia sangat suka dengan keindahan visual, tetapi terlalu sering melihat pria tampan terkadang juga bisa membuatnya bosan. Terlebih, masih belum ada sosok pria yang berhasil menggetarkan hatinya.

"Omong-omong tentang haters, meski kau memiliki banyak, tetapi penggemarmu juga tidak kalah banyak. Akhir-akhir ini respon netizen cukup baik. Mereka berkomentar positif di postingan instakilogram terakhirmu. Hal itu cukup berguna untuk mengubur skandal 'pria impoten' yang kau buat."

"Hm, aku hanya harus mengubur skandal itu dengan prestasi. Apa kau lupa jika aku adalah Liora Belladonna, aktris paling cantik dan bersinar di muka bumi ini. Ouh, Eva! Diamlah karena aku benar-benar ingin beristirahat."

Dia juga begitu narsistik, Eva membatin.

\~\~\~

Terpopuler

Comments

𝔐𝔢𝔩𝔦𝔞𝔫𝔞 𝔰𝔦𝔯𝔢𝔤𝔞𝔯

𝔐𝔢𝔩𝔦𝔞𝔫𝔞 𝔰𝔦𝔯𝔢𝔤𝔞𝔯

Instakilogram🤣🤣🤣🤣🤣

2023-02-02

11

𝔐𝔢𝔩𝔦𝔞𝔫𝔞 𝔰𝔦𝔯𝔢𝔤𝔞𝔯

𝔐𝔢𝔩𝔦𝔞𝔫𝔞 𝔰𝔦𝔯𝔢𝔤𝔞𝔯

Prank ternyata...
padahal jantung sudah spt lari maraton...
Edan....
Mantap..!!

2023-02-02

9

🇲🇨⃠Ririn zahra 🍁

🇲🇨⃠Ririn zahra 🍁

Liora mendadak amnesia

2022-12-04

11

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!