Gharial El Barrack, seorang pria yang dijodohkan dengan selebriti papan atas. Namun, hasratnya justru hanya bangkit ketika bersama sang adik, Liliyana.
Hingga suatu kejadian membawa Liliyana terjebak dengan kegilaan Gharial.
Akankah mereka bersatu? Sementara di mata umum, cinta mereka adalah cinta terlarang?
Noted : Banyak umpatan kasar, dan kata-kata nyeleneh. Kalau tidak suka harap skip!
Salam anu 👑
Follow Ig @nitamelia05
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Pilihan Macam Apa Itu?
Ghara tak bisa untuk mempersingkat waktu ciumannya. Seperti alkohol, bibir Lily ada sesuatu yang begitu memabukkan, hingga membuatnya tercandu-candu.
Dia sedikit mengangkat tubuhnya dan mengunci Lily dengan kedua tangan. Sementara sesapan dan lumataan itu terasa semakin dalam, hingga Lily merasa kesulitan untuk bernafas.
Seperti De Javu, ingatan Lily kembali berputar pada malam itu, di mana dia dan Ghara berciuman, sementara di bawah sana, Ghara berusaha untuk memuaskan hasratnya.
Geleyar aneh itu kembali datang, hingga membuat darah Lily terasa panas. Dia masih ingat betul bagaimana rasa nikmat itu merasuk ke dalam jiwanya, memporak-porandakan gairahnya yang tengah terbakar.
"Gue gak mau yang lain, Li. Only you!" bisik Ghara dengan suara sekssi, ketika dia melepaskan bibir Lily sejenak. Memberikan sang gadis ruang untuk menghirup oksigen banyak-banyak.
Lily tak dapat menjawab, sebab otaknya mendadak blank. Apalagi saat Ghara kembali menyerangnya, kini pria itu menyusuri leher jenjang Lily menciptakan rasa geli yang menggelitik. Seperti ada ribuan kupu-kupu yang berterbangan di perut Lily.
"Kak," panggil Lily dengan lirih, tangannya terangkat dan mencengkram dada Ghara. Membuat pria itu semakin bernafsuu untuk menjamah.
Gadis cantik itu menggeliat keras, saat lidah Ghara sudah sampai di daun telinganya. Dia seperti disihir, hingga tak mampu untuk berteriak maupun melawan apa yang Ghara lakukan di atas tubuhnya.
Lama semakin lama, inti tubuh Lily terasa berdenyut-denyut. Dan dia merasa tidak aman dengan semua sentuhan gila ini. "Kak, jangan gini." Rengeknya terdengar manja.
Dan pada saat itu juga, Ghara menghentikan aksinya. Dia sudah terperangkap dengan permainannya sendiri, karena hanya butuh waktu beberapa menit sang adik kecil sudah ikut bangkit.
Ghara menangkup satu sisi wajah Lily, dan seharusnya gadis itu menampar ataupun mencakar wajah Ghara karena sudah berlaku kurang ajar padanya.
Namun, entah kenapa dia tidak bisa melakukan itu semua. Hingga dia terus bergeming, saat jemari besar itu mengusap bibirnya.
"Lu bilang mau ketemu Jeky. Gue kenalin sekarang yah," ujar Ghara dengan tatapannya yang sudah sayu, membuat Lily langsung menernyitkan keningnya. Kenapa mereka malah membahas Jeky? Apa hubungannya?
"Mak-maksud Kakak apa?" tanya Lily dengan tergagap, lalu menggigit bibir tipis-tipis.
Ghara meraih tangan langsing Lily, lalu membawanya ke tempat persembunyian Jeky. Hingga Lily bisa merasakan sesuatu yang keras, sedang berusaha mendobrak pertahanan agar bisa terbebas.
Glek!
"Cuma elu yang bisa bikin Jeky berdiri."
Lily langsung mendelik, hingga kelopak matanya terbuka dengan sempurna. Secepat kilat dia menarik tangannya, tetapi Ghara tak tinggal diam. "Kenapa?"
Lily menggeleng dengan cepat. Dia rasa Ghara sudah gila. "Gak bisa, Kak! Kita ini bukan pasangan suami istri. Itu gak boleh." Ujar Lily, dengan mimik wajah polos, yang membuat Jeky semakin meronta-ronta.
"Jadi lu mau jadi istri gue?"
Lily langsung tersedak ludahnya sendiri mendengar pertanyaan Ghara. Kenapa otak pria ini tidak nyambung sih? Dia berkata seperti itu bukan karena ingin menjadi istri Ghara, melainkan karena itu semua dilarang!
"Bukan gitu maksud aku, Kak."
"Terus apa, Li? Dari tadi lu juga gak nolak gue, dan sekarang kenapa jadi berbelit-belit?"
"Nikah itu gak gampang!" cetus Lily dengan wajah serius. Ingin menyadarkan Ghara dari kekeliruannya.
"Tapi bagi gue gampang asal elu calonnya! Besok kita urus semuanya, biar langsung sah!" tukas Ghara, yang membuat Lily bertambah gelagapan.
"Kak, kamu jangan sembarangan dong. Aku aja belum terima kamu, masa main nikah-nikah aja. Itu gak adil!" protes Lily, yang takkan mungkin menjadi masalah besar bagi Ghara.
"Ya udah lu pilih iya atau iya? Gue gak punya kosakata 'enggak' soalnya," tanya Ghara dengan menarik sudut bibirnya ke atas, membentuk seringai tipis.
Hah, pilihan macam apa itu? Dengan menjawab atau tidak rasanya sama saja.
"Ck, kamu aneh, Kak! Aku gak mau jawab."
Lily berusaha untuk mendorong dada Ghara, agar tidak terlalu dekat dengannya. Sebab sedari tadi pucuk dada mereka saling menempel.
"Oke, fiks. Malem ini gue bakal bilang ke Daddy sama Mommy buat nikahin elu!"
Dan sejurus dengan itu, ponsel Ghara berdering. Menampilkan kontak sang ayah yang ia beri nama Bokap Bawang Putih. Dia mengambil benda pipih itu dari atas dashboard, lalu memperlihatkannya pada Lily. "Mumpung bokap lu nelpon!"
"Ish, Kakak!"
***
Kuyyy Bang, bawa ngothor ke KUA 😌😌😌
"maen apa dad?? "😆😅