Silvya karena kematian saudara kembarnya memutuskan bergabung dalam organisasi mafia saat berumur 17 tahun. kemampuannya dalam ilmu beladiri menjadikannya Ratu Mafia yang disegani. Ia tidak segan-segan menghabisi musuhnya saat itu juga.
karena sebuah penghianat dalam organisasinya menyebabkan dia mengalami kecelakaan tragis yang hampir meregang nyawanya.
Dokter Dika, niatnya menolong malah harus menikahi orang yang ditolongnya karena digrebek warga.
Bagaimana Silvya membongkar penghianatan dalam Wild Eagle dan menemukan dalang dibalik kematian saudaranya?
Bagaimana pernikahan Dokter Dika dan Silvya akan berjalan dan bagaimana reaksi dokter yang terkenal dingin itu saat mengetahui wanita yang dinikahinya itu adalah Ratu Mafia yang disegani?
Ikuti kisahnya, bukan plagiat jika ada kesamaan nama tokoh itu bukan kesengajaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17. Status Masih Abu-Abu
Kegaduhan masih terasa di balai desa, dimana Dika dan Silvya di bawa warga kesana.
"Sudah sudah jangan ribut. Ini sudah malam jangan sampai membangunkan anak anak." Ucap Pak RT.
Warga pun diam sebenarnya kronologinya seperti apa pastinya mereka pun tidak tahu. Semua yang terjadi adalah karena cerita dari Pak Kodir.
"Sudah Pak RT usir saja, biar tidak muncul berita berita buruk tentang kampung kita." Lagi lagi Pak Kodir memprovokasi. Namun Pak RT acuh ia sebenarnya amat kesal dengan Pak Kodir yang dari tadi sepertinya heboh sendiri.
"Pak Dokter, silahkan dijelaskan."
"Begini bapak bapak ibu ibu, Vya ini art saya sudah sebulan ini. Saya kan jarang di rumah selain pas saat praktek saja. Jadi saya menjadikan Silvya art sekalian untuk menjaga dan merawat rumah saya."
Pak RT mengangguk paham begitupun dengan para warga. Namun tidak dengan Pak Kodir, dia tetap bersikukuh untuk mengusir Dika dari tempat ini.
"Tidak bisa begitu, kita kan tidak pernah tau apa yang mereka lakukan di malam hari. Ini bujangan dan perawan tinggal di satu atap kalau mereka berbuat khilaf gimana?"
Pak RT setuju juga dengan pemikiran Pak Kodir, tidak dapat dipungkiri apa yang dibilang Pak Kodir itu ada benarnya.
"Bagaimana Pak RT benar apa yang saya bilang, gini aja pak pilihannya. Mereka berdua pergi dari kampung ini atau mereka menikah malam ini juga."
Duaaar…..
Bagai disambar petir, Dika dan Silvya sangat kaget dengan ucapan Pak Kodir. Menikah, kata dan perbuatan yang tidak ada dalam pikiran keduanya saat ini.
"Tapi pak… kami… tidak…" Silvya tergagap.
" Begini saja Pak Dokter, kalau memang tidak bisa menikah mungkin Pak Dokter tidak bisa melanjutkan praktek dokter di sini. Atau pak dokter memecat nak Vya dan melanjutkan yang sudah ada."
Silvya menatap Dika dengan lekat. Mencari jawaban atas segala keputusan yang akan Dika ambil, namun tatapan Silvya memohon agar Dika membutanya tetap tinggal di sana.
"Baiklah pak kami akan menikah." Ucap Dika mantab.
Silvya sedikit terkejut mendengar jawaban Dika, ia berpikir dokter dingin bin datar itu akan mengusirnya.
"Tapi saya harus berbicara berdua dengan Vya terlebih dahulu."
"Baiklah silahkan, saya akan memanggil penghulu kemari."
Dika menarik tangan Silvya, membawa gafis itu menyingkir dari warga.
"Ini kan yang kamu mau, entah apa rencanamu sebenarnya sampai menarikku pada sebuah permasalahan seperti ini."
"Maaf, tapi aku akan bertanggung jawab."
"Huh, bertanggung jawab? Dengan cara apa? Memberiku uang?."
"Bukan… bukan begitu." Sungguh Silvya sangat bingung dengan kondisi saat ini. Di satu sisi dia membutuhkan Dika namun disisi lain dia juga menjerumuskan pria itu.
"Bertanggung Jawablah seumur hidupmu menjadi istriku, aku tidak suka perceraian, dan mintalah izin kepada ayahmu. Kau seiman denganku kan berarti walimu harus menizinkanmu menikah jika tidak pernikahan kita tidak sah dan aku tidak mau itu. Pernikahan adalah sesuatu yang sakral bukan buat main main."
Glek….
Silvya menelan salivanya kasar, ia tidak menyangka Dika akan berkata begitu. Dan entah mengapa ia begitu patuh dan tidak dapat membalas setiap kata yang diucapkan pria yang ada di depannya itu.
Silvya mengambil ponsel yang diberikan Dika padanya. Ia lalu menekan nomor sang daddy.
"Hallo, siapa?"
"Hay Dad, ini Vya. "
"Vya, alhamdulillah nak. Kamu sehat kan kamu baik baik saja kan. Kapan kamu balik ke indo."
"Balik ke indo?"
"Iya kata Ian kamu lagi di China sekarang."
"Oh iya heheh, Dad… ehmmm Vya minta mau minta izin."
"Izin apa yang membuatmu memintanya kepada daddy nak. Tidak biasanya."
"Izin untuk menikah, please jangan kaget dulu dengarkan penjelasan Vya. Vya ingin menikah dengan seorang pemuda yang baik yang bisa membawa Vya menjadi lebih baik lagi. Pria itu menyuruh Vya izin dengan Daddy karena kalau tidak ada izin dari Daddy pernikahan kami tidak akan sah."
"Apakah benar dia pria yang baik, bisakah daddy bicara dengannya."Harold tau si pria pasti berada di dekat Silvya.
Silvya memberikan ponselnya kepada Dika, Dika paham. Ia pun langsung berbicara.
" Assalamualaikum Om?"
"Waalaikumsalam, apakah kamu yang ingin menikahi putriku."
"Iya Om, nama saya Radika, saya ingin meminta purti om yang bernama Silvya menjadi istri saya."
Harold terdiam, ia mendengarkan Dika dengan seksama. Harold merasa Dika ini adalah pria yang baik dan bertanggung jawab.
"Baiklah aku menyetujui dan mengizinkan kau meminang putriku, jadikan orang yang berada di sana sebagai perwakilanku."
"Baik Om, terimakasih. Wassalamualaikum wr wb."
"Waalaikumsalam wr wb."
Dika lalu kembali mengajak Silvya menuju ke balai desa. Disana nampak seorang penghulu sudah siap.
"Pak tadi saya sudah telepon ayahnya Silvya, apakah perlu saya telpon lagi untuk menyaksikan pernikahan kami?"
" Tidak perlu tapi bagaimanapun syarat sah menikah adalah adanya wali, jika tidka maka tidaklah sah. Setelah ini kalian harus ke KUA dan membawa ayah dari pihak wanita untuk menikahkan kembali."
"Baiklah pak saya paham. Biarkan ini berjalan sesuai kehendak warga agar tidak lagi ada keributan."
"Baik, maharnya apa pak dokter."
Dika merogoh kantongnya untuk ada beberapa lebar uang di sana."
"Ini pak, Rp 500.000."
"Baik… apakah pak Dokter sudah siap."
Dika mengangguk paham.
"Saudara Radika Tara Dwilaga saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan ananda Silvya Bellona Linford binti Harold Linford dengan mas kawin uang sebesar lima ratus ribu dibayar Tunai."
" Saya terima nikah dan kawinnya Silvya Bellona Linford binti Harold Linfor dengan mas kawin uang sebesar lima ratus ribu rupiah dibayar tunai."
Semua tersenyum lega. Akhirnya permasalahan ini selesai sudah. Pak Kodir sangat kesal. Rencananya mengusir Dika gagal total.
🍀🍀🍀
"Besok kita temui keluargamu aku akan memintamu langsung kepada mereka." Ucap Dika saat kembali ke rumah.
"No… jangan sekarang please. Beri waktu aku sebulan lagi ya please. Dalam sebulan ini setelah urusanku selesai aku janji akan mengikuti setiap perkataanmu."
"Baik."
Dika berlalu menuju ke kamarnya, malam ini begitu melelahkan. Dengan sekejap ia sudah menikah. Meski status pernikahannya masih abu abu karena meskipun ayah Silvya setuju namun dia tidak ada disana untuk menjadi wali nikah putrinya.
"Hufttt terserahlah. Yang jelas aku mau tidur sekarang."
Dika merebahkan tidurnya, mungkin karena saking lelahnya ia pun langsung terbuai ke alam mimpi.
Sedangkan Silvya di lantai bawah masih berjalan kesana kemari sambil memikirkan sesuatu. Aku harus gerak cepat untuk bisa memulihkan keadaan.
Si Tua Albern sungguh sangat merusak yang sudah aku bangun selama ini. Untung aku sudah menghubungi para pelanggan dan meminta mereka bersabar untuk sementara waktu.
Silvia bukan lah gadis bodoh yang tidak memiliki rencana cadangan saat mengetahui markas Wild Eagle di serang. Ia langsung menghubungi para pelanggannya setelah penyerangan itu terjadi dan memberikan pengertian sehingga mereka masih percaya terhadap Wild Eagle dan menolak setiap penawaran dari Tiger Fangs.
TBC