"Sulit adalah kita, tapi kisah cinta ini hanya ada kita, aku dan kamu tanpa ada mereka."
-----------
Ketika melanjutkan jenjang pendidikan ke sebuah Universitas, Cheryl terpaksa mengikuti keinginan orang tuanya untuk tinggal di rumah Tantenya Diandra dan Gavin, suaminya. Awalnya Cheryl menolak karena sejak dulu dia sudah tertarik dengan Gavin yang di matanya terlihat sebagai sosok yang dewasa. Namun, karena paksaan dari keluarga, akhirnya Cheryl setuju untuk tinggal di rumah Diandra.
Gavin yang sejak dulu selalu menganggap Cheryl sebagai gadis kecil yang lucu, kini harus mengubah pola pikirnya saat melihat Cheryl yang kini tinggal bersamanya sebagai sosok yang dewasa. Kesibukan Diandra sebagai seorang model yang sering meninggalkan Gavin dan Cheryl dalam satu rumah semakin membuat keduanya semakin dekat, hingga suatu malam saat Diandra sedang menghadiri gelaran Paris Fashion Week, hubungan satu malam pun terjadi diantara Gavin dan Cheryl yang menjadi awal dari hubungan gelap me
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Weny Hida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Posesif
Sejak pulang dari Lombok hubungan Gavin dan Cheryl kini semakin dekat. Meskipun saat ini di rumah itu tidak hanya ada mereka berdua, tapi juga ada pembantu rumah tangga yang sudah kembali ke rumah. Namun mereka tetap bisa mencuri kesempatan agar tidak diketahui oleh pembantu rumah tangga ataupun Frizz. Apalagi, Diandra masih bersikap seperti biasa. Dia seringkali pulang larut malam atau bahkan tidak pulang sama sekali yang semakin memberi kesempatan pada Gavin dan Cheryl untuk menjalin hubungan terlarang itu.
Seperti malam ini, entah sudah berapa lama Gavin berkutat di ruang kerjanya, yang yang jelas sekarang tubuhnya terasa begitu lelah. Gavin kemudian melakukan peregangan otot-otot tubuhnya sambil melirik ke arah jam dinding
"Jadi sudah pukul 09.00 malam?" lirih Gavin yang terkejut dan tidak menyadari kalau sekarang ternyata sudah malam karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Dia kemudian keluar dari ruang kerjanya, karena perutnya merasa begitu lapar. Dia pun berjalan ke arah dapur, dan di saat itu juga dia melihat Cheryl yang sedang memasak.
"Kau sedang apa, Sayang? Apa Bi Asih tidak memasak?" tanya Gavin.
Cheryl pun sedikit terkejut mendengar suara Gavin yang kini berdiri di belakang tubuhnya, bahkan hembusan nafas Gavin begitu terasa di lehernya. Apalagi tangan Gavin kini sudah melingkar di pinggangnya.
"Aku sedang memanaskan makanan, dari tadi Om belum makan kan?" Gavin pun tersenyum, hatinya terasa begitu bahagia melihat apa yang dilakukan Cheryl. Perhatian Cheryl yang tidak pernah dia dapatkan dari Diandra membuat dirinya semakin jatuh cinta pada keponakannya itu.
"Kau perhatian sekali, Sayang. Aku semakin tergila-gila padamu," ujar Gavin sambil menciumi tengkuk Cheryl, bahkan juga merremas bukit kenyalnya.
"Om jangan seperti ini takut ada yang lihat!" ucap Cheryl.
"Sebentar saja, Bi Asih dan Pak Amat juga sudah tidur," celoteh Gavin manja sambil menciumi bahu dan tengkuk Cheryl. Cheryl pun tak bisa bergerak, hanya bisa pasrah menuruti apa yang dilakukan Gavin.
"Om, stop. Bagaimana kalau Tante Diandra pulang?"
"Dia belum pulang Cheryl, tadi siang dia ijin padaku kalau malam ini dia pulang terlambat karena harus menyelesaikan syutingnya," jawab Gavin, dia kemudian membalikkan tubuh Cheryl lalu menyesap bibir mungil itu.
Cheryl pun hanya bisa pasrah menuruti tingkah Gavin yang sekarang terlihat begitu manja padanya. Begitulah Gavin, dia selalu melakukan apapun yang dia inginkan. Setelah puas berciuman, mereka kemudian duduk di meja makan. Cheryl menemani Gavin yang saat ini terlihat begitu lahap menikmati makan malamnya, melihat wajah tampan laki-laki yang sangat dicintainya terasa begitu menyenangkan bagi Cheryl.
"Cheryl! panggil Gavin setelah selesai menyantap makan malamnya.
"Ya ada apa, Om."
"Tolong jangan pernah tinggalkan aku, dan jangan pernah ada yang menyentuh tubuhmu selain diriku. Kau hanya milikku seutuhnya!" tegas Gavin. Baginya dia orang yang pertama kali menyentuh tubuh Cheryl dan itu artinya Cheryl harus menjadi miliknya. Cheryl pun hanya terdiam dan mengulaskan senyum tipis di bibirnya.
"Kenapa hanya tersenyum? Katakan kau adalah milikku seutuhnya! Tidak ada yang berhak atas kau selain aku!" ucap Gavin yang kini begitu posesif, seolah Gavin sudah begitu terobsesi pada Cheryl. Obsesi yang membuat Cheryl semakin terikat padanya.
Entah kenapa sekarang Gavin begitu posesif, baginya mendapatkan wanita seperti Cheryl merupakan sebuah anugerah. Cheryl wanita yang penurut dan banyak mengalah, apa yang dia lakukan Cheryl tidak akan menolak, tidak seperti Diandra yang sama sekali tidak pernah mau diatur olehnya. Cheryl seseorang memiliki daya tarik yang tidak dimiliki perempuan lain dan Gavin baru menyadari itu sekarang.
Saat Cheryl akan menjawab pertanyaan Gavin, tiba-tiba ponsel Gavin berbunyi. Gavin kemudian mengambil ponselnya di saku celananya dan melihat sebuah pesan dari Diandra.
"Dari siapa Om?"
"Siapa lagi kalau bukan dari tantemu."
"Apa yang Tante Diandra katakan?"
"Seperti biasa, dia tidak akan pulang malam ini," ucap Gavin sambil tersenyum kecut dan menahan sesak di dalam dadanya. Sebenarnya dia sudah sangat tidak tahan dengan sikap Diandra, dan ingin bercerai dengannya tapi dia masih mempertimbangkan perasaan Frizz.
***
Sementara itu, Diandra yang baru saja minta izin pada Gavin untuk tidak pulang ke rumah dengan alasan ada pekerjaan yang tidak bisa dia tinggalkan kini tampak sedang duduk di dalam mobil bersama Alex. Mereka sedang dalam perjalanan menuju ke apartemen rahasia milik Alex, tempat mereka sering memadu kasih.
"Alex tolong berhenti sebentar, aku mau beli makanan di rumah makan itu," ucap Diandra pada Alex saat melewati sebuah rumah makan favoritnya.
"Baik sayang, sebentar," jawab Alex. Dia kemudian mengarahkan mobilnya ke rumah makan favorit Diandra.
"Alex, kau di sini saja. Biar aku yang turun agar tidak ada yang curiga."
"Iya Diandra," jawab Alex. Diandra kemudian masuk ke rumah makan tersebut, dan langsung memesan makanan yang dia inginkan.
Saat sedang menunggu makanan tersebut, tiba-tiba sebuah suara terdengar memanggilnya.
"Ibu Diandra!" sapa sebuah suara. Diandra kemudian menoleh ke samping kirinya, dan melihat sosok wanita yang dia kenali, yaitu sekretaris suaminya.
"Oh Amara."
"Selamat malam, Ibu Diandra."
"Selamat malam juga Amara, lama tidak bertemu."
"Iya lama tidak bertemu, anda pasti sangat sibuk Nyonya Diandra."
"Begitulah, itulah alasannya aku menyuruh Cheryl menemani suamiku pergi ke Lombok, agar dia bisa membantu suamiku di sana. Emh, Amara bagaimana keadaan orang tuamu?"
"Orang tua saya? Memangnya kenapa, Ibu Diandra?"
"Bukankah orang tuamu sedang sakit? Itulah alasannya kau ijin tidak bisa menemani suamiku pergi ke Lombok?"
"Orang tua saya tidak sakit, Ibu Diandra. Orang tua saya baik-baik saja, lagipula saya juga ikut menemani Pak Gavin pergi ke Lombok."
"Apa? Kau menemani suamiku pergi ke Lombok?"
"Iya Nyonya Diandra, saya menemani Pak Gavin pergi ke Lombok."
Diandra pun begitu tertegun mendengar perkataan Amara, seketika hatinya terasa begitu hancur. Dia tidak menyangka kalau Gavin sudah berani membohonginya. Tapi yang menjadi tanda tanya baginya adalah, alasan Gavin membohongi dirinya.
Melihat Diandra yang termenung, Amara pun tampak tersenyum menyeringai. "Ibu Diandra, ada apa? Kenapa anda tampak terkejut seperti itu?"
"Emh, tidak apa-apa Amara," jawab Diandra menyembunyikan rasa penasarannya.
"Jadi anda belum tahu kalau Pak Gavin dan Nona Cheryl memiliki hubungan khusus?"
Jantung Diandra pun seakan berhenti berdetak mendengar perkataan Amara, dia kemudian menatap Amara dengan tatapan yang begitu tajam.
BRAK
Diandra pun menggebrak meja. "Apa maksudmu Amara? Kau jangan berani berbohong padaku! Gavin tidak mungkin berkhianat padaku!"
"Ibu Diandra, anda jangan terlalu polos dan terlalu percaya pada keponakan anda begitu saja. Jadi anda tidak tahu kalau selama ini Pak Gavin memiliki hubungan dengan Cheryl di belakang anda?"
Mendengar perkataan Amara, sorot mata tajam Diandra kini terlihat berembun. "Ibu Diandra, tolong jangan marah pada saya, saya tidak berbohong dan memiliki bukti perselingkuhan Pak Gavin dan Nona Cheryl."
"Lancang sekali kau Amara!"
"Saya tidak lancang, kalau anda tidak percaya, anda bisa lihat bukti ini!" ucap Amara sambil memegang ponselnya.
"Berikan ponselmu padaku!"
"Tidak semudah itu Ibu Diandra, karena ini tidak gratis, dan ada harga yang harus anda bayarkan."