NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Sang Duda

Terjerat Cinta Sang Duda

Status: tamat
Genre:Romantis / Patahhati / Duda / Tamat
Popularitas:2.7M
Nilai: 4.9
Nama Author: Rasti yulia

Cerita cinta seorang duda dewasa dengan seorang gadis polos hingga ke akar-akarnya. Yang dibumbui dengan cerita komedi romantis yang siap memanjakan para pembaca semua 😘😘😘


Nismara Dewani Hayati, gadis berusia 20 tahun itu selalu mengalami hal-hal pelik dalam hidupnya. Setelah kepergian sang bunda, membuat kehidupannya semakin terasa seperti berada di dalam kerak neraka akibat sang ayah yang memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang janda beranak satu. Tidak hanya di situ, lilitan hutang sang ayah yang sejak dulu memiliki hobi berjudi membuatnya semakin terpuruk dalam penderitaan itu.

Hingga pada akhirnya takdir mempertemukan Mara dengan seorang duda tampan berusia 37 tahun yang membuat hari-harinya terasa jauh berwarna. Mungkinkah duda itu merupakan kebahagiaan yang selama ini Mara cari? Ataukah hanya sepenggal kisah yang bisa membuat Mara merasakan kebahagiaan meski hanya sesaat?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rasti yulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TCSD 17 : Perjanjian Dengan Juragan Karta

Kilau sinar sang mentari mulai menyapa penduduk bumi. Sinar keemasannya menerobos, memasuki gua di mana kedua insan itu tengah terbuai dalam mimpi. Membuat dua manusia itu sama-sama menggeliat tatkala sedikit rasa hangat mulai menerpa tubuh mereka.

Mara bangkit dari posisi berbaringnya. Ia mengambil posisi duduk sembari mencoba meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku. Tak selang lama, lelaki yang berbaring di sisinya ini juga mulai mengerjabkan mata dan seketika meraih kesadarannya.

"Sudah pagi?" Ucap Dewa sembari mengucek-ucek mata dan sesekali menguap.

"Iya Tuan, ini sudah pagi."

Krucuk....Krucuk.. Krucuk...

Entah cacing dari perut siapa yang menabuhkan genderang perang yang membuat Dewa dan Mara saling menautkan pandangan dan seketika membuat keduanya sama-sama tertawa.

Dewa tersenyum simpul. "Apakah kamu lapar?"

Tanpa malu-malu Mara menganggukkan kepalanya. Karena memang sudah sejak kemarin siang, perutnya tidak terisi oleh nasi. Terakhir, hanya terisi oleh ubi bakar yang semalam ia makan bersama dengan Dewa. "Iya Tuan, saya lapar."

"Baiklah, sepertinya kita harus segera pergi dari tempat ini. Aku juga sudah sangat lapar dan aku harus bersegera mencari bantuan untuk bisa memperbaiki mesin mobilku." Dewa menatap lekat wajah gadis di sampingnya ini. "Tapi bagaimana denganmu? Apa kamu tidak takut jika di sekitar sini masih berkeliaran anak buah juragan Karta?"

Mara menggeleng. "Tidak apa-apa Tuan. Saya rasa anak buah juragan Karta sudah tidak lagi mengejar saya. Kalaupun saya tertangkap, mungkin itu sudah menjadi takdir hidup saya."

Dewa terkesiap. Ada sedikit rasa tidak rela tatkala ia mendengar gadis ini begitu pasrah dengan keadaan. "Kamu bicara apa? Jika sampai kamu tertangkap, bukankah sia-sia apa yang telah kamu lakukan hingga sampai titik ini? Mulai dari memanjat pohon dan terakhir sampai bermalam di gua ini?"

"Itu memang benar Tuan. Tetapi mau bagaimana lagi, jika sudah waktunya saya tertangkap."

Dewa mulai bangkit dari posisi duduknya. "Jangan putus asa. Aku akan melindungimu."

Mara mendongakkan kepalanya. Ia menatap lekat wajah lelaki yang tengah berdiri di hadapannya ini. "M-maksud Tuan?"

Dewa tersenyum simpul. Ia sendiri pun juga tidak mengerti apa maksud kata-kata yang keluar dari bibirnya ini. Bagi Dewa, kata-kata itu seolah lolos begitu saja. Tanpa pernah mengerti apa yang tersirat di balik ucapannya itu.

"Sudahlah. Aku tidak bermaksud apa-apa. Namun selagi kamu bertugas menjadi tour guide untukku, aku akan memastikan keselamatanmu."

Akhirnya kalimat itulah yang menjadi penjelasan apa yang sebelumnya diutarakan oleh Dewa kepada gadis asing di hadapannya ini. Sebuah kalimat yang mungkin terdengar sangat masuk akal, namun sejatinya bukan hanya karena Mara akan menjadi tour guide untuknya, ia mau melindungi gadis itu. Lebih dari sekedar tour guide. Namun, Dewa masih meragu dengan apa yang ia rasakan.

Mara menyunggingkan senyumnya. "Aaahhh iya, saya baru ingat jika harus menjadi pemandu wisata untuk Tuan. Namun, bagaimana dengan pakaian saya ini? Saya rasa pakaian saya ini tidak begitu nyaman."

Manset dan legging, sepasang pakaian yang sepertinya memang sangat tidak pantas dikenakan oleh Mara untuk menjalankan tugasnya sebagai tour guide. Bukan hanya bagi Mara sendiri, bagi Dewa pun pakaian gadis di hadapannya ini sangat riskan memicu sebuah tindakan asusila. Bukan tindakan asusila dari orang-orang yang kebetulan berpapasan dengan gadis itu, namun dari dirinya sendiri.

Benar bukan yang aku katakan? Kalau tubuh gadis ini sangat berbahaya. Lihatlah, pisang tandukku sudah akan mulai mengeras. Bisa habis tubuh gadis ini di hadapanku jika memakai pakaian ini.

"Kalau begitu mari kita ke mall. Di sana akan aku membelikan baju untukmu. Emmmmm anggap saja sebagai gaji awal dariku."

Mara sedikit terperangah. "Mall? Apakah Tuan serius untuk pergi ke mall?"

Dahi Dewa mengernyit. "Iya aku serius. Bukankah jika kita ingin membeli baju harus ke mall?"

Mara sedikit tergelak. Ia mulai mengenakan kebaya yang sempat ia lepas tatkala semalam akan tertidur. "Di sini tidak ada mall, Tuan. Jika Tuan ingin ke mall harus ke kota terlebih dahulu. Dan perjalanan dari tempat ini ke kota akan lebih jauh daripada perjalanan dari tempat ini ke tempat wisata yang mungkin akan menjadi tujuan Tuan."

Dewa terperangah mendengarkan penuturan gadis di hadapannya ini. Tidak menyangka jika tempat ini begitu jauh dari pusat perbelanjaan yang bisa menyediakan segala macam kebutuhan hidup manusia. Bahkan ia sempat berpikir ingin membangun sebuah mall di tempat ini, agar memudahkan orang-orang sekitar mendapatkan segala kebutuhan hidupnya.

"Lalu, di mana kamu bisa mendapatkan pakaian baru?"

"Emmmmm... Kita bisa ke pasar sebentar Tuan. Di sana tidak sedikit pula yang menjual pakaian."

Dewa terlihat sedikit berpikir, meskipun ia tidak terbiasa berbelanja di pasar, namun untuk saat ini keputusan untuk membelikan pakaian gadis ini di pasar adalah salah satu langkah yang tepat. "Baiklah, kita ke pasar. Namun sebelum itu, kita harus mencari bantuan terlebih dahulu untuk membenahi mesin mobilku."

"Iya Tuan, akan saya bantu untuk mencari bantuan."

***

"Ibu, Ibu mau kemana dengan memasukkan semua pakaian-pakaian ini ke dalam tas?"

Puspa, gadis belia berusia hampir sama dengan Mara itu terlihat sedikit keheranan melihat sang ibu yang berkutat dengan pakaian-pakaian yang ia masukkan ke dalam tas besar. Dari apa yang ia lakukan, sudah bisa ditebak jika ia akan pergi meninggalkan tempat ini.

"Kamu jangan banyak bertanya Pus. Daripada banyak bertanya, lebih baik kamu membantu Ibu untuk berkemas-kemas!"

"Tapi Ibu mau kemana dengan pakaian-pakaian yang Ibu masukkan ke dalam tas besar ini?"

Tanti sejenak menghentikan aktivitasnya. "Kita akan pergi dari sini Pus, sebelum juragan Karta mengambil kembali apa yang sudah ia berikan untuk kita."

"Tapi kita mau kemana Bu? Bahkan kita belum memiliki rencana kemana tujuan kita setelah pergi dari tempat ini."

Gadis itu memang sedikit terkejut dengan apa yang menjadi rencana sang ibu yang terkesan mendadak. Karena bagaimanapun juga ia tidak pernah bepergian jauh, apalagi sampai meninggalkan tempat ini.

"Kita akan pikirkan hal itu setelah kita bisa pergi dari tempat ini, Pus. Sekarang kita ke terminal. Dan di sana kita bisa sambil berpikir ke mana kita harus pergi. Ibu tidak mau jika sampai apa yang telah kita dapatkan, diambil kembali oleh juragan Karta."

"Namun apakah Ibu yakin jika juragan Karta tidak akan mengetahui pergerakan kita? Bisa saja saat ini anak buah juragan Karta sudah berjaga-jaga di depan pintu rumah kita."

Tanti membuang nafas sedikit kasar. "Itu bisa saja terjadi. Namun aku rasa kita belum terlambat untuk pergi dari sini. Ini semua gara-gara anak tidak tahu diuntung itu. Kalau saja semalam ia tidak melarikan diri, pasti hari ini aku sudah bisa menikmati lahan jati yang diberikan oleh juragan Karta. Namun jika seperti ini, aku sama sekali belum bisa menikmatinya."

"Ya, Mara memang selalu membawa kesialan untuk hidup kita Bu."

Pada akhirnya Puspa menganggukkan kepala. Ia ikut membantu sang ibu untuk berkemas-kemas. Setelah semua pakaian berhasil mereka masukkan ke dalam tas besar, mereka mulai bersiap untuk pergi meninggalkan rumah ini.

"J-Juragan Karta?"

Tanti dan Puspa memekik bersamaan, tatkala melihat juragan Karta dan beberapa anak buahnya sudah berdiri di depan pintu. Dari raut wajah lelaki yang hampir memasuki usia senja itu nampak aura amarah yang tiada terbendung.

Karta tersenyum tipis. "Apakah kalian terkejut dengan kedatanganku di pagi hari seperti ini?" Karta menatap lekat tas besar yang di bawa oleh Tanti dan juga Puspa. "Apakah kalian akan ikut melarikan diri dari tempat ini juga?"

Tanti terkesiap, karena lelaki di depannya ini mengetahui rencananya. "S-Saya hanya ingin pe...."

"Kamu tidak perlu berkata apapun, karena aku sudah mengetahui apa yang menjadi rencanamu." Karta menghisap pipa rokok yang ada di tangannya kemudian ia kepulkan asapnya. "Kembalikan sertifikat kebun jati yang kemarin aku berikan untukmu!"

Tanti terkejut setengah mati. Ternyata firasatnya semalam jika Karta akan mengambil kembali sertifikat kebun jati yang sudah berada di tangannya benar-benar terjadi. "T-tidak Juragan. Saya tidak akan mengembalikan sertifikat ini. Bukankah Juragan sendiri yang mengatakan bahwa Juragan tidak akan pernah mengingkari apa yang sudah Juragan janjikan?"

Karta tersenyum miring. "Aku memang tidak akan pernah mengingkari semua yang telah aku janjikan kepadamu. Namun, kamu sadar bukan bahwa saat ini calon istriku melarikan diri? Itu berarti kamu juga tidak berhak mendapatkan imbalan dariku. Karena wanita yang telah kamu janjikan kepadaku pergi dari sini."

"T-tapi Juragan, itu semua bukan kesalahan saya. Itu semua kesalahan Pramono yang membawa Mara kabur dari tempat ini. Jadi saya tidak bersalah sama sekali."

Karta tergelak. "Iya itu memang benar. Ini bukanlah kesalahanmu."

"Jadi lahan jati itu akan tetap menjadi milik saya kan Juragan?"

"Hahaha tidak semudah itu kamu mendapatkannya Ti. Namun aku tetap akan memberikan lahan jati itu untukmu jika kamu bisa melakukan satu hal untukku."

"Apa itu Juragan?"

"Carilah Mara di seluruh pelosok negeri ini sampai kau temukan. Setelah itu bawa gadis itu ke hadapanku!"

"T-tapi kemana saya harus mencarinya Juragan? Saya bahkan tidak tahu kemana saya harus pergi."

"Carilah Mara di kota-kota besar. Aku yakin Pram membawa Mara ke sana."

Tanti terlihat sejenak berpikir. Yang ada di dalam kepala wanita paruh baya itu hanyalah lahan jati seluas tiga hektar yang sudah berada di dalam genggamannya. Ia tidak ingin jika lahan jati itu hanya menjadi sebuah kebahagiaan sesaat yang kemudian menguap begitu saja.

"Baiklah Juragan, saya akan ikut mencari keberadaan Mara."

Karta tersenyum senang. "Bagus, aku beri waktu hingga enam bulan ke depan untuk kamu bisa membawa Mara ke hadapanku. Jika sampai dalam waktu enam bulan itu kamu tidak bisa menemukan Mara, kamu harus mengembalikan sertifikat kebun jati yang sudah aku berikan kepadamu." Sekilas, Karta melirik ke arah Puspa yang berdiri di samping Tanti. "Namun jika kamu tetap ingin mendapatkan lahan jati itu tanpa harus membawa Mara ke hadapanku, bisa kamu ganti dengan satu hal."

Tanti kembali terkesiap. Entah mengapa saat ini, ia merasakan sebuah firasat yang buruk. "M-maksud Juragan?"

Karta menyeringai. "Mara bisa kamu ganti dengan putrimu ini. Aku rasa, dia juga tidak kalah cantik dengan Mara. Ya, meskipun kecantikannya masih di bawah Mara, namun tidaklah mengapa jika ia yang akan menggantikan posisi Mara untuk menjadi istri keempat ku."

Tanti dan Puspa saling melempar pandangan. Kedua pasang mata mereka sama-sama terbelalak dan membulat sempurna. "Apaaa?????"

.

.

. bersambung....

1
Deistya Nur
semangat terus ka, ditunggu karya terbarunya
marti 123
Biasa
marti 123
Kecewa
Masamba Kota
rasain...🤣🤣🤣
Masamba Kota
alah.....Dewa itu bego' ternyata
mengecewakan😡
💗vanilla💗🎶
semangat oma
💗vanilla💗🎶
sedihhh.. 😥
💗vanilla💗🎶
mampir ni thor /Smile/
Esih Mulyasih
Luar biasa
ganteng gaming
bagus
Hasbi Hasidiqi
ternyata cinta damar tulus ke dita bukan hanya sekedar nafsu aza....semoga setelah bebas dita bisa berubah dan hidup bahagia.....karna dita berhak mendapat kesempatan kedua.....
bintang
👍👍👍👍👍
Elisanoor
ah loncat cerita Wisnu, penasaran aku 😂
Elisanoor
sumpah sumpah makin rame, sepanjang ku baca novel biasa nya diakhr cerita makin biasa aja, ini makin rame aja konflik nya juga nyambung bgt,keren Authorrrr 😘😘😘😘
Elisanoor
sy mau baca kisah Wisnu juga abis tamat ini
Elisanoor
jiah keburu peot luh Damar nungguin si Ditta 🤣
Elisanoor
Hahahhhh ,pinter si Mara 🤣🤣🤣
Elisanoor
Betul sekali Authot, Tulisanmu apik,bagus sekali sy suka 💗💗💗
Elisanoor
cie, seneng duh cerita si krisna, ini ada lanjutan nya cerita si Krisna Thorrr 😅😅😅😅
Elisanoor
Pernah di bully pas kls 1 SMA sama yg namanya Puspa, killer bgt ,ngebully gegara ngerasa senior lah gitu, eh ga selang lama dia Hamidun ampe di arak ke tiap kelas ngeri bgt .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!