NovelToon NovelToon
Transmigrasi Tanaya Zaman Purba

Transmigrasi Tanaya Zaman Purba

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi / Romansa Fantasi / Ruang Ajaib / Epik Petualangan / Roh Supernatural / Time Travel
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: Nyx Author

🔥"Tanaya — Jiwa dari Zaman Purba”

Tanaya, gadis modern yang hidup biasa-biasa saja, tiba-tiba terbangun di tubuh asing—berkulit gelap, gemuk, dan berasal dari zaman purba yang tak pernah ia kenal.

Dunia ini bukan tempat yang ramah.
Di sini, roh leluhur disembah, hukum suku ditegakkan dengan darah, dan perempuan hanya dianggap pelengkap.

Namun anehnya, semua orang memanggilnya Naya, gadis manja dari keluarga pemburu terkuat di lembah itu.

>“Apa... ini bukan mimpi buruk, kan? Siapa gue sebenarnya?”

Tanaya tak tahu kenapa jiwanya dipindahkan.

Mampukah ia bertahan dalam tubuh yang bukan miliknya, di antara kepercayaan kuno dan hukum suku yang mengikat?

Di dalam tubuh baru dan dunia yang liar,
ia harus belajar bertahan hidup, mengenali siapa musuh dan siapa yang akan melindunginya.

Sebab, di balik setiap legenda purba...
selalu ada jiwa asing yang ditarik oleh waktu untuk menuntaskan kisah yang belum selesai.

📚 Happy reading 📚

⚠️ DILARANG JIPLAK!! KARYA ASLI AUTHOR!!⚠️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nyx Author, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

|Minyak Alami...

“Dua belas… tiga belas… empat belas… lima belas—yeay!”

Tanaya berseru pelan, matanya berbinar saat menghitung bambu-bambu kecil yang kini berisi minyak alami dari daging yang ia bakar. Minyak itu mengendap perlahan di dalam ruas bambu—hasil dari lelehan lemak daging yang dipanaskan dengan hati-hati.

“Lihat, Kak,” bisiknya penuh semangat."Dengan ini, daging tidak akan lengket di wajan, besok aku akan bilang ke ibu…”

Yaren yang sedari tadi memperhatikannya hanya terkekeh kecil. Melihat wajah adiknya yang berseri seperti itu selalu berhasil melunakkan hatinya. Ia segera mematikan bara di tungku, lalu memindahkan daging yang setengah gosong ke dalam sebuah mangkuk kayu.

“Sudah selesai?” bisiknya. “Ayo, kita cepat tidur. Jangan sampai Ayah dan Ibu bangun dan mendapati kita masih di sini.”

Ia membantu Tanaya merapikan bambu-bambu berisi minyak itu ke sudut dapur, memastikan semuanya tersusun rapi dan aman.

Tanaya mengangguk antusias. Setelah semuanya beres, ia bergegas masuk ke kamarnya. Namun langkahnya terhenti saat menyadari Yaren ikut masuk bersamanya.

“Kak… kau mau apa?” Tanaya menoleh, sedikit terkejut.

Yaren berhenti di ambang pintu, lalu menatapnya santai.“Ikut tidur,” jawabnya ringan.

“Sudah lama kakak tidak tidur sekamar denganmu sejak pulang dari berburu.”

Nada suaranya tenang, seolah itu hal paling wajar di dunia. Tanaya mengerjap pelan, ia memperhatikan kakaknya yang lebih dulu berbaring di tempat tidurnya. Tubuh Yaren tampak rileks, seolah kelelahan hari ini akhirnya runtuh bersama malam.

“Kau tidak tidur?” tanya Yaren sambil menoleh.

Tanaya tersentak kecil, lalu mengangguk pelan.“Ah… iya, Kak. Aku tidur. Tunggu sebentar, aku tutup jendelanya dulu.”

Ia kemudian berjalan ke arah jendela, menurunkan kain kulit penutupnya—canggung. Angin malam yang dingin perlahan terhalang, menyisakan kehangatan di dalam gua.

Dalam ingatan Naya yang asli, tidur bersama kakaknya adalah hal biasa—sesuatu yang dilakukan sejak kecil. Namun bagi Tanaya, ada kesadaran baru yang membuatnya sedikit kikuk saat di dekat pemuda itu.

Ia berbaring di sisi Yaren, menjaga jarak sopan seperti biasanya.

Namun tanpa ia duga, Yaren bergerak mendekat. Lengannya terulur melingkari pinggang Tanaya dari belakang—pelukannya kokoh, hangat, dan penuh rasa melindungi.

Tanaya tersentak kecil, lalu membeku.

“Hm…” gumam Yaren pelan, suaranya berat oleh kantuk."Kakak sudah lama tidak memelukmu seperti ini. Kau benar-benar tumbuh besar sekarang.”

Tanaya terdiam. Ia bisa merasakan napas hangat Yaren yang tenang di dekat pundaknya—bukan menekan, bukan menuntut, hanya ada di sana. Seperti dulu. Seperti seorang kakak yang memastikan adiknya aman.

Dadanya menghangat, pikirannya sempat berisik oleh ingatan lain tentang pemuda yang sering melakukan ini padanya dulu—Vino. Namun Tanaya segera menenangkan dirinya. Kini ini bukanlah tentang masa lalu yang ia miliki, tapi tentang keluarga yang kini ia miliki.

Ia perlahan mengendurkan tubuhnya, membiarkan membiarkan tubuhnya rileks dalam pelukan itu—sebuah perlindungan sederhana di malam sunyi.

“Tidurlah, Kak,” bisiknya pelan. “Besok masih banyak yang harus kita dikerjakan.”

Yaren tidak menjawab. Pegangannya perlahan mengendur, napasnya pun menjadi teratur.

Tanaya menutup matanya, merasa hangat—bukan hanya oleh tubuh di belakangnya, tetapi oleh rasa aman yang perlahan kembali ia kenali.

...>>>>...

Setelah sarapan, Tanaya dan Yaren telah bersiap untuk pergi ke balik bukit.

“Kakak, kenapa kau membawa pisau dan tombak?” Tanaya menatap bingung peralatan berburu yang diselipkan Yaren di pinggangnya.

Yaren menoleh singkat. “Hanya berjaga-jaga. Siapa tahu ada hewan buas… atau suku lain yang tiba-tiba muncul nantinya."jawabnya tenang.

Ia hanya berusaha menjaga keselamatan adiknya. Tanaya mengangguk mengerti.

Mereka pun melangkah pergi. Namun baru saja keluar halaman, langkah mereka terhenti saat berpapasan dengan Bibi Bunka dan Liran yang tiba-tiba datang. Pandangan Bunka langsung tertuju pada halaman rumah yang kini dikelilingi balok-balok kayu seperti pagar—pemandangan yang terasa asing baginya.

“Eh?” Bunka menyipitkan mata. “Rumah kalian sekarang… berbeda sekali.”

Tanaya tersenyum kecil. Yaren hanya mengangguk singkat.

“Hai, Naya!”

Liran menyapa lebih dulu dengan suara ceria, seolah tak peduli dengan ekspresi Yaren.

“Hai, Liran."balas Tanaya ramah, membuat Bunka ikut tersenyum.

“Kalian mau ke mana?”

Bunka menatap keduanya yang seakan bersiap hendak ke suatu tempat.

Tanaya sempat terdiam. Ia menoleh ke Yaren sekilas. Ayah mereka masih berusaha menyembunyikan kemampuan dan ide-ide Tanaya dari warga suku—terlalu banyak mata bisa berarti terlalu banyak tanya.

“Kami mau ke sungai, Bibi. Untuk—”

“Wah, ke sungai?” Liran langsung memotong ucapan Yaren, matanya berbinar. “Bolehkah aku ikut?”

Wajah Yaren langsung datar. “Kami tidak mengajakmu—"

“Tentu saja boleh,”Tanaya buru-buru menyela, ia tersenyum kecil.“Tapi nanti kau harus siap membawa barang. Jalannya cukup jauh.”

Liran terdiam sejenak, lalu terkekeh.“Aku bisa mencoba.”

Tanaya tak tega menolak Liran di depan Bibi Bunka. Lagipula, Liran memang berbeda. Ia anak bungsu bibi Bunka yang paling ramah, paling mudah tersenyum, dan tak pernah peduli pada gosip-gosip suku tentang Tanaya. Selama seseorang itu baik padanya, Liran akan berteman.

Sayangnya, meski wajahnya tampan dan tubuhnya tinggi, ia lemah dalam berburu—itulah sebabnya Liran sering kali diremehkan oleh para pemuda suku dan tak banyak yang benar-benar menyukainya. Tapi bagi Tanaya, kekuatan tak selalu soal otot.

Yaren hanya bisa mendesah pelan, ia menatap adiknya sejenak, lalu mengalihkan pandangan. Baiklah. Hari ini tampaknya akan lebih ramai dari rencana semula.

Bunka tersenyum hangat.“Ya kalian pergilah bersama. Bibi ingin bertemu ibu kalian, Ibu kalian ada? Ada sesuatu yang ingin bibi sampaikan padanya.”

“Ada, Bibi. Silakan masuk saja,” jawab Yaren sambil mengangguk singkat.

Yaren mulai melangkah meninggalkan gua bersama Tanaya dan Liran menuju arah hutan. Namun belum juga mereka benar-benar menjauh tiba-tiba—

“HEI, YAREN!!”

Suara Tharen menggelegar dari arah belakang, membuat ketiganya refleks kembali menoleh bersamaan.

“JANGAN SAMPAI NAYA—KU TERLUKA SEDIKIT PUN!! AWAS SAJA KAU!!”

Tharen berdiri di depan gua dengan sorot mata tajam, tubuhnya tegap seperti dinding batu. Yaren mendengus pelan, wajahnya langsung mendatar.

“Sudah, ayo jalan,” gumam Yaren sambil menggenggam tangan Tanaya dan menariknya pelan. “Jangan dengarkan pria tua itu.”

“Kakak tidak boleh bicara begitu.”omel Tanaya lirih.“Itu ayah kita.”

Yaren meliriknya sebentar, lalu tersenyum kecil. Tangannya terangkat mengusap kepala Tanaya dengan gerakan yang sudah sangat terbiasa.

“Iya, iya… cerewet.”

Di sisi lain, Liran menelan ludah tanpa sadar. Tatapan Tharen tadi membuat bulu kuduknya meremang. Tak bisa dipungkiri—Tharen memang pria terkuat di suku.

“Haiss… ayahmu benar-benar menyeramkan kalau marah, ya, Naya,” ucap Liran sambil menghela napas.

Tanaya menoleh padanya dan tersenyum manis.“Dia cuma terlihat galak. Tapi percayalah, Kak Liran… hati ayahku sangat lembut.”imbuhnya.

Liran langsung terdiam, saat matanya tanpa sadar terpaku pada senyuman Tanaya. Ia bahkan menatap gadis itu lebih lama dari yang seharusnya.

Ia baru sadar kalo ada banyak perubahan pada gadis itu—kulitnya yang dulu gelap kini tampak lebih cerah dan halus, tubuhnya lebih ramping, wajahnya masih chubby namun kini terlihat manis dengan mata hazel yang berkilau itu. Ada sesuatu yang berbeda dalam penampilan Tanaya kali ini… ini bahkan hampir sulit diabaikan.

Lebih imut dan cantik...

“Berhenti menatap adikku seperti itu, Liran! Atau akan kubuang matamu!”

Yaren tiba-tiba menarik Tanaya ke dalam pelukannya ketika menyadari tatapan Liran. Ia menekan kepala adiknya ke dadanya dengan posesif.

Liran tersentak dari lamunannya, lalu mendengus kecil sambil memalingkan wajah.“Santai saja… kau memang tidak pernah berubah.”

Ia sudah terlalu sering melihat sisi posesif Yaren itu—dan sepertinya, sifat itu justru semakin menjadi sekarang.

Tanaya menghela napas kecil di balik pelukan kakaknya, lalu menepuk lengannya pelan.“Kak…”

Yaren melepasnya sedikit, cukup untuk kembali berjalan. Langkah mereka berlanjut ke arah hutan, meninggalkan gua dan teriakan Tharen di belakang—tanpa tahu bahwa perjalanan kali ini akan membuka lebih dari sekadar jalan di balik bukit.

...>>>To Be Continued......

1
Lala Kusumah
double up dong Thor, ceritanya tambah seruuuuu nih 🙏🙏👍👍
Yani
update lagi Thorr, semangat 💪🙏🙏
Musdalifa Ifa
rua lelaki kurang ajar ih dasar lelaki brengsek😤😤😤😠😠😠
Lala Kusumah
Naya hati-hati sama buaya darat 🙏🙏🙏
anna
❤❤👍🙏🙏
Andira Rahmawati
dasar laki2 munafik..naya harus lebih kuat..harus pandai bela diri..knp tadi naya tdk msk ke ruang rahasianya saja..
Yani
aku mau izin masuk grup dong Thorr, sdh aku klik tapi gak ada ya lanjutannya. apa belum di accept ya🥰🥰🙏
📚Nyxaleth🔮: Maaf kak... ceritanya error enggak bisa di masukin di grub. Aku udah up disini kok, bentar lagi muncul. kata-kata nya udah AQ perbaiki. makasih udah nunggu🙏❤️
total 1 replies
Yani
ayok lanjut Thorr crita nya
Angela
yah cuman 1 eps , kurang banyak thor kalau bisa 2 eps
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTAN@RM¥°🇮🇩
lanjut kak
Angela
lanjut thor,aku suka ceritanya😍
RaMna Hanyonggun Isj
sedikit sekali update x sekali update x 50 ep kha
Lala Kusumah
Naya emang hebaaaaaatt baik hati dan tidak sombong 👍👍👍😍😍
Muhammad Nasir Pulu
lanjut thorr..baru kali ini dapat cerita yg menarik, bagus dan ini kali pertama selama baca novel baru ku tinggalkan jejak
Andira Rahmawati
lanjut..thor...
Musdalifa Ifa
wah bagus sekali Tanaya pengetahuan dunia modern bisa menjadi solusi untuk hidup lebih baik di dunia kuno
Lala Kusumah
makasih double updatenya ya 🙏🙏🙏
anna
🙏❤👍
Rena🐹
itu kan ada mobil kenapa kagak di pakee/Frown/

tapi klo di pake trs Tanaya selamat ya ceritanya ga bakal sesuai sihh
📚Nyxaleth🔮: /Curse/ Astaga kak, enggak ekspek bakal ada yang komen gini. tapi iya juga sih🤭🙏
total 1 replies
Astrid Fera
ayolah jangan lama"up nya thor,,smpai lmutan ni nngguin,,😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!