NovelToon NovelToon
Se Simple Bunga Selamat Pagi

Se Simple Bunga Selamat Pagi

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Diam-Diam Cinta / Cintapertama / Idola sekolah
Popularitas:691
Nilai: 5
Nama Author: happy fit

kinandayu gadis cantik tapi tomboy terlihat semaunya dan jutek..tp ketika sdh kenal dekat dia adalah gadis yang caring sm semua teman2 nya dan sangat menyayangi keluarga nya....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon happy fit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

chapter 16- jejak dijalur gunung

Angin sore berhembus lembut menyapu rimbun dedaunan ketika rombongan berkemah bersiap melanjutkan kegiatan jelajah gunung. Cahaya matahari sudah mulai turun, meninggalkan semburat jingga yang menyelinap di antara batang pinus. Suara gemericik air sungai kecil di sisi jalur terdengar menenangkan, sementara aroma tanah basah bercampur daun kering memenuhi udara.

Setelah kejadian tersesat yang bikin satu tenda geger dan hampir jadi sesi pencarian darurat, semuanya kini terlihat lebih hati-hati—terutama panitia. Kinan berdiri sambil merapikan rambutnya yang dikepang dua hari ini, wajahnya berseri meski sedikit lelah.

“Siap, Kin?” tanya Maya sambil mengusap mata mengantuknya.

“Siap dong. Jangan jadi pelupa lagi ya soal jalur,” jawab Kinan sambil terkekeh.

Danu yang berdiri agak jauh melirik kecil. Tatapannya masih menyimpan bayang cemas dari kejadian sebelumnya. “Mereka harus jalan bareng kelompok,” gumamnya, setengah ke panitia setengah ke diri sendiri.

Sementara itu, Rafi memasang tali carrier di bahunya dengan gaya sok santai, tapi ekspresi matanya jelas mengawasi Kinan dari sisi lain lapangan.

Dua cowok, dua vibe berbeda:

Satu serius dan protektif — Danu.

Satu santai tapi diam-diam emosian — Rafi.

Dan Kinan?

Masih belum sadar kalau hidupnya kayak drama pake bonus paket cinta segitiga.

---

“Perhatian semuaa! Kita lanjut trekking pendek ke spot air terjun sebelum balik ke basecamp utama!” suara ketua panitia menggema. Siswa-siswi mulai berbaris rapi, ada yang excited, ada yang cuma pengen pulang tidur.

Kinan memijat lehernya pelan.

“Capek tapi seru, sumpah,” gumamnya.

Rafi mendekat pelan. “Kalau capek bilang aja. Nanti aku bawain tas kamu.”

Kinan ngikik. “Emangnya aku anak TK?”

“Gapapa, anak TK juga cantik,” sahut Rafi santai.

Maya langsung berseru, “WOOO AWWW ROMANTIS NIH!”

“Becanda, May,” Kinan mencubit lengannya.

Tapi wajahnya merah. Rafi puas banget liat itu.

Dari belakang, Danu merapikan topinya lalu berjalan mendekat.

“Jangan bercanda soal tenaga. Ini jalurnya berbatu, fokus.”

“Kenapa sih harus serius gitu terus?” Rafi menyahut cepat.

“Karena keselamatan bukan bahan bercandaan.”

Nada Danu datar tapi tajam.

Rafi mengangkat alis, mau balas tapi Kinan memotong,

“Udah kalian, please. Kita mau nikmatin alam kan?”

Dua cowok itu diam… tapi bukan karena nurut.

Mereka lagi berkompetisi lewat tatapan.

Dan Kinan cuma bisa sigh di dalam hati.

---

Perjalanan dimulai. Jalur menurun, suara burung sayup-sayup, dan matahari makin merendah. Kinan berjalan di tengah, Maya di samping. Sesekali Kinan menarik napas dalam-dalam menikmati wangi hutan pinus.

“Eh Kin, itu air terjunnya keliatan!” Maya menunjuk pantulan cahaya air jauh di bawah bukit.

Indah. Tenang. Dan…

Deg.

Ada bahaya kecil: medan agak licin. Kinan melangkah terlalu maju, hampir terpeleset. Danu langsung bergerak reflek memegang lengan Kinan.

“Hati-hati,” suaranya rendah, napasnya cepat tanda kaget.

Kinan mengangguk pelan, jantungnya ikut berdegup.

“Thanks...”

Rafi melihat itu dari beberapa langkah belakang. Mata langsung meruncing. “Santai aja, bro. Gitu doang.”

“Kalau ‘gitu doang’, kamu harusnya yang jaga dia,” balas Danu tenang tapi nusuk.

“HELLOOO!” Maya memutar badan. “Ini lagi kegiatan sekolah bukan drama sinetron sore.”

Satu kelompok ngakak. Danu dan Rafi langsung pura-pura fokus jalan sambil clearing throat.

Tapi jelas—ketegangan makin naik.

---

Sesampainya di area sungai kecil sebelum air terjun, rombongan berhenti. Ada waktu istirahat sebelum lanjut turun ke spot utama. Anak-anak mulai foto-foto, ada yang main air, ada yang rebahan di bebatuan.

Kinan duduk di batu besar, memainkan ujung sepatu trailnya. Air dingin mengalir lembut di sela batu.

Danu duduk tak jauh, memperhatikan situasi. Rafi datang membawa sebotol air dingin.

“Nih, minum dulu.”

“Thanks Raf.”

Rafi mencondongkan tubuh sedikit lebih dekat, suaranya pelan,

“Kemarin kamu bikin aku panik, tau.”

Kinan membalas lirih, “Maaf…”

“Jangan pergi sendiri lagi.”

Sebelum momen itu jadi makin lembut, Danu tiba-tiba berdiri dan berjalan mendekat.

“Minum cukup. Jangan terlalu lama duduk, otot bisa kaku nanti pas turun.”

“Dan kamu jangan terlalu ngatur,” Rafi menjawab cepat.

Danu menatapnya lurus. “Aku ngatur karena aku peduli.”

Udara langsung jadi tebal.

Beberapa siswa mulai curi dengar.

Maya menoleh ke Kinan, mulutnya melongo: “WOI PEREBUTAN TAHTA NIH.”

Kinan buru-burui berdiri. “Udah kalian, pliss…”

Tapi sebelum situasi cair, suara nyolot terdengar.

“Ya ampun, capek banget liat drama receh gini.”

Nadia muncul sambil nenteng botol minum, tatapan menusuk ke Kinan.

“Kinan lagi ya pusat perhatian. Bahkan di gunung juga rebutan cowok.”

Suasana langsung NYES. Sunyi.

Maya langsung refleks, “Eh mulut dijaga napa?”

“Kalau gak mau dikomentarin jangan bikin momen murahan,” Nadia melipat tangan.

Rafi langsung maju setengah langkah. “Nadia, cukup.”

“Oh? Bela dia? Kenapa gak sekalian gandeng tangan? Kasih pengumuman sekalian?”

Senyumnya sinis.

Kinan mengepal tangan kecil-kecil, wajahnya menegang.

Danu akhirnya bicara, tenang tapi dingin,

“Kalau kamu kurang kegiatan, bantu panitia. Jangan ganggu orang.”

Nadia mendengus dan pergi, tapi sebelum pergi dia masih nyelipin satu kalimat yang bikin hati Kinan nyelekit:

“Kasian banget ya cowok-cowok, saingan demi cewek yang sok polos.”

Kinan terdiam. Nafasnya sedikit berat.

Rafi menatap Nadia pergi dengan rahang mengeras.

Danu melihat Kinan lama, khawatir tapi gak tau harus bicara apa.

Maya melingkarkan tangan di bahu Kinan.

“Kin… jangan masukin hati.”

Kinan menghela napas—berusaha kuat, tapi ada pecah kecil di dalamnya.

“Aku gak apa-apa. Serius. Yuk jalan lagi.”

Dan rombongan pun bergerak turun menuju air terjun dalam suasana yang… rumit.

Alamnya indah.

Orangnya rumit.

Hatinya? Lagi digoncang tiga arah.

Tapi satu hal jelas—

Perjalanan ini belum selesai. Drama juga belum.

Dan malam nanti?

Ada api unggun.

Dan biasanya… api bukan satu-satunya hal yang panas kalau Rafi dan Danu masih begini.

--- to be continued

1
Rachmad Irawan
semangat author.. jangan lupa update yg rutin ya thor 😍😍 love you author
Guillotine
Bravo thor, teruslah berkarya sampai sukses!
Winifred
Gak terasa waktu lewat begitu cepat saat baca cerita ini, terima kasih author!
happy fit: makasih komentar nya best..dukung author trs ya 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!