"semua orang memiliki hak untuk memiliki cita-cita,semua orang berhak memiliki mimpi, dan semua orang berhak untuk berusaha menggapainnya."
Arina, memiliki cita-cita dan mimpi tapi tidak untuk usaha menggapainya.
Tidak ada dukungan,tidak ada kepedulian,terlebih tidak ada kepercayaan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan_nic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 Menurut saja...
Jam pulang sekolah...
Arina melangkah lambat,di gang yang sangat sepi.Gang ini satu-satunya jalan pintas menuju rumahnya,lewat gang ini akses ke rumahnya jadi lebih dekat ketimbang jalan raya yang sering ia lalui.
Tapi sejak ia mendengar cerita kejadian aneh-aneh di gang ini,ia jadi takut melaluinya.Hari ini Arina ingin cepat-cepat sampai rumah,karna pesan Mamak tadi pagi setelah jam belajar selesai langsung pulang karna ada banyak pesanan Mie Ayam yang harus di antar sore nanti.Arina ingin membantu Mamak menyiapkan orderan itu jadi terpaksa dia melewati gang sepi itu walau dengan langkah ragu-ragu.
Awan mendung menggantung,suasa sepi jadi menambah kesan menyeramkan. Cerita tentang gang sepi tempat nongkrongnya anak-anak berandal membuat Arina mengusap tengkuknya pelan.Ada getar takut di ujung hatinya,namun meski pelan langkahnya tetap berjalan maju.
Di ujung gang...ada 3 siswa dengan seragam sama dengannya,sedang berkumpul.
"Hei...kamu!!!"
Mendengar suara bentakan itu,Arina merasa dalam ancaman bahaya.Anehnya kakinya merasa membeku tak bisa beranjak dari tempatnya berdiri.
Seorang dari mereka melangkah mendekati Arina.
"Kamu mau lewat?" Jari telunjuknya mengarah ke Arina
Arina ingin menjawab tapi,bibirnya seperti susah sekali mengeluarkan suara.Ia hanya mengangguk menjawab pertanyaan tadi
"Cepat bayar!!" Seenaknya saja orang ini meminta uang
"Ke..ke..napa harus bayar?"Arina gugup
"Huh ..semua orang yang aku temui pasti bereaksi seperti ini,membosankan!"katanya sambil meludah sembarangan
Arina masih diam saja,matanya membulat,tangannya mengepal meski sedikit gemetaran.
"Kamu tidak dengar Ha...?!!!!,ini wilayah kekuasaan kami jadi siapapun yang lewat sini harus bayar,ngerti!!!"Tubuhnya di condongkan ke tubuh Arina,membuat Arina mundur merapat ke tembok tinggi.
"Cepat!!!" Dia membentak lagi
Duk!!!!
Sebuah bola berwarna orens mengenai orang tadi,tepat di pelipisnya.Tubuhnya terhuyung,mundur beberapa langkah dari Arina.Sontak membuatnya meremas tangan,rahangnya mengeras,matanya merah bagai kilatan api menyala.
"Hei,siapa yang berani melempar bola padaku!!!"
Dari balik tembok keluar seorang laki-laki berbadan tinggi,alisnya tebal ,hidung lurus tinggi,rahang yang tegas... kombinasi yang sempurna membuat wajahnya terkesan karismatik menatap tajam tanpa takut.Dia adalah Arkan.
Orang itu,tersenyum seperti mengejek.
"Ada yang berlagak jadi pahlawan rupanya,berani sekali!"
kedua temannya ikut berdiri,wajahnya menantang
"Tempat ini sudah aku laporkan,polisi sebentar lagi akan datang kemari" Suara Arkan dingin,penuh penekanan.
Mereka bertiga saling berpandangan,salah satunya berbisik-bisik
"Ayo kita pergi saja,aku tidak mau cari masalah.Dia itu Arkan
kapten Basket di sekolah kita,dia anak konglomerat"
tanpa menunggu lama,mereka bertiga berlari meninggalkan gang sepi itu.
Arkan mendengus,"Bodoh,mudah sekali di tipu,dengar nama polisi saja sudah takut"
Arina bernafas lega,seolah sedang terlepas dari bahaya.
"Alhamdulillah,Ya ...Allah",tangannya mengelus-elus dadanya yang hampir meledak ketakutan.
"Makanya nurut jadi orang,susah banget sih di bilangin!"
Arkan menarik tas ransel di bahu kanan Arina,sekejap tas itu sudah berpindah ke bahunya.Arina reflek menoleh.Karna Arkan yang tiba-tiba saja merebut Tas nya,Arina jadi cemberut.Dalam hatinya...
"Cowok ini,main rebut aja.Selalu saja semaunya.Tapi dia baik sih,sudah nolongin aku dari berandal tadi"
Arkan memandangi Arina,alisnya terangkat bersamaan dengan dagu yang meninggi."Masih bengong aja? Cepat aku antar kamu pulang".Arina menurut,walau agak kesal karna sikap Arkan yang semaunya tadi,di sudut hati Arina mengakui kalau ada sisi baik dari cowok ini, "Walau suka memaksa tapi sebenarnya dia ini perhatian"Lagi lagi hatinya berkata jujur.
Sambil berjalan,Arkan diam saja...tidak menoleh sedikitpun tatapannya lurus saja ke depan.
Mobil hitam mengkilap berhenti di depan mereka.Arkan membuka pintu mobil penumpang,"Cepat naik"
Arina yang di perintah begitu,hanya menunduk tidak berani menatap Arkan,lalu mengikuti saja apa yang di perintahkan.Arina sudah duduk di jok penumpang,Arkan menutup pintu mobil dengan sedikit keras,membuat jantung Arina hampir copot dengan suaranya.Lalu ia membuka pintu depan di samping pengemudi,ia tidak lagi duduk di jok yang sama dengan Arina,karna teringat penolakan Arina tadi pagi.
Supir pribadi Arkan menoleh sebentar,seulas senyum muncul di bibirnya...tapi lebih ke menahan tawa. Arkan melirik sebentar ke sopir itu,lalu menatap lagi ke depan,tidak memperdulikan ekspresi supir.
Mobil berjalan,Arina dengan cepat sampai ke rumah.Mobil berhenti,Arkan cepat turun lalu membukakan pintu mobil untuk Arina.Saat Arina turun,Arkan memberikan Tasnya, memasangkan langsung ke pundak kanan Arina.
"Kalau besok kamu seperti ini lagi,aku sendiri yang akan menyuruh berandal tadi mengganggumu"
"Apa maksudmu?"
"Besok kamu akan aku jemput dan pulangnya aku antar.Kamu mengerti kan?"
"Tapi..."
"Tidak ada tapi,atau aku akan benar-benar melakukannya untukmu"
setelah bicara begitu,Arkan masuk ke mobil di jok penumpang,tempat yang di duduki Arina tadi...cepat ia tutup kembali pintu mobil itu.
Arina menatap sebentar mobil hitam yang sudah mengantarnya tadi,lalu melangkah masuk ke kedai Mie Ayam bagian depan rumahnya.
***
Mamak sudah berdiri di depan meja besar tempat ia meracik Mie Ayam.Orderan kali ini,dari Bu Tini yang mau mengadakan Arisan di rumahnya.Di bantu Arina dan Raka Mie Ayam sebanyak 25 porsi,sudah siap untuk di antarkan.
"Alhamdulillah,sudah beres.Ayok kita antar ke rumah Bu Tini" Mamak sambil mengelap tangannya yang basah sehabis mencuci tangan."Arina kamu bawa yang ini,Raka yang ini,Kuahnya biar Mamak saja"
Rumah Bu Tini tidak terlalu jauh,hanya berselang 8 rumah saja. Rumah itu belum terlalu ramai,mungkin tamu undangannya belum berdatangan.Mereka bertiga di sambut Bu Tini ramah,sambil menyerahkan sejumlah uang pada Mamak.Setelahnya mereka langsung pulang
Di perjalanan pulang ....
"Mak,mana upah buatku,aku kan capek dari tadi bantu-bantu"
Raka menyodorkan telapak tangannya.
"Huh...kamu ini, bantu-bantu orang tua kok minta upah"
"Yah kan..aku mau kumpul sama teman-teman masak aku ngga ada uang jajan,malu dong Mak"
"Sudah lah,ini untuk mu" Meski mengomel,Mamak selalu menuruti kemauan Raka.Kadang hal ini membuat Arina merasa iri.Dia yang tak pernah bisa mengungkapkan keinginannya berakhir selalu mengalah dan memendam begitu saja,tapi Raka seolah tak mau tahu.Ia dengan mudah meminta dan mengungkapkan keinginan.
"Kalau aku minta juga buat beli kabel USB baru,di kasih nggak ya...aku coba deh" Hatinya ragu-ragu ,namun ia mencoba untuk mengatakannya
"Mak,aku boleh minta untuk beli kabel USB baru,karna kalo ngecas ponsel susah masuk"Pelan-pelan Arina mengatakan
"Halah...ponsel lagi.Kalo masih bisa di pakai ya..pakai saja dulu"
Arina diam,usahanya untuk mendapatkan kabel USB baru gagal.Dalam hatinya
"Cara ini tidak berhasil,aku sudah menduganya.Nanti aku akan cari cara lain saja,tapi apa ya..?"
Tak ada kata lagi terucap👍🙏