NovelToon NovelToon
Amorfati

Amorfati

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Balas Dendam / Keluarga / Trauma masa lalu / Tamat
Popularitas:368
Nilai: 5
Nama Author: Kim Varesta

Amorfati sebuah kisah tragis tentang takdir, balas dendam, dan pengorbanan jiwa

Valora dihancurkan oleh orang yang seharusnya menjadi keluarga. Dinodai oleh sepupunya sendiri, kehilangan bayinya yang baru lahir karena ilmu hitam dari ibu sang pelaku. Namun dari reruntuhan luka, ia tidak hanya bertahan—ia berubah. Valora bersekutu dengan keluarganya dan keluarga kekasihnya untuk merencanakan pembalasan yang tak hanya berdarah, tapi juga melibatkan kekuatan gaib yang jauh lebih dalam dari dendam

Namun kenyataan lebih mengerikan terungkap jiwa sang anak tidak mati, melainkan dikurung oleh kekuatan hitam. Valora, yang menyimpan dua jiwa dalam tubuhnya, bertemu dengan seorang wanita yang kehilangan jiwanya akibat kecemburuan saudari kandungnya

Kini Valora tak lagi ada. Ia menjadi Kiran dan Auliandra. Dalam tubuh dan takdir yang baru, mereka harus menghadapi kekuata hitam yang belum berakhir, di dunia di mana cinta, kebencian, dan pengorbanan menyatu dalam bayangan takdir bernama Amorfati

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Varesta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

1. Malam Kejadian

🦋

Gedung Aries Star Grup.

Pukul 23.25.

Malam mencengkeram langit kota seperti rahang maut yang menunggu mangsanya. Angin kering berembus liar, menyapu pipi pucat seorang gadis yang berdiri di tepi rooftop, tempat paling tinggi dan paling sunyi di gedung mewah itu.

Valora. Usianya dua puluh tahun. Wajahnya sembab, matanya kosong. Di tangannya, sebuah cincin berlumur darah nyaris terjatuh.

Dari kejauhan, terdengar suara langkah yang tergesa dan teriakan yang pecah di udara.

"VALORA!"

Tapi wanita itu tak bergeming.

"Lora! Turun sekarang juga! Jangan bodoh!"

Suara itu milik Gavriel, sosok dengan suara yang dulu pernah menjadi suaminya, dan kini hanya memicu luka.

"Sayang, ayo sini. Aku bantu turun,"

suara yang lebih lembut datang dari arah lain. Jevano. Satu-satunya yang masih membuat Valora ragu untuk jatuh.

Tapi Valora sudah tak ingin berpura-pura kuat. Ia berbalik. Mata merahnya menatap mereka seperti luka terbuka yang belum sempat dijahit.

"BERHENTI DI SANA!"

Langkah mereka terhenti.

Di atas pembatas itu, satu sentimeter saja salah langkah, tubuh Valora akan meluncur tanpa bisa diselamatkan.

"Jangan bersikap kekanak-kanakan, Valora!" bentak Gavriel, "Mas Lucas tak bisa dibebaskan karena dia mengancam akan memperkosa adikku!"

Sunyi.

Seketika atmosfer rooftop berubah dingin, bukan karena angin, tapi karena kata-kata yang akan keluar dari Valora.

"DIAM KAU, PENGECUT!"

Valora menangis. Tapi suaranya tajam, seperti pisau yang menebas malam.

"Mas Lucas hanya mengancam. Tapi kau?. Gavriel, kau yang merenggut mahkotaku. Kau yang menyeret tubuhku, menyayat kulitku, menendangku saat aku tak berdaya!

Aku ini sepupumu, bukan pelacurmu!"

Hening.

Lalu,

"Aku hamil karenamu, Gavriel.

Anak kita… Zayn. Dia mati karena ibumu membunuhnya dengan sihir hitam. Mereka mengorbankannya. Mengorbankan putraku yang baru melihat dunia!"

"CUKUP LORA!, berhenti menuduh ibuku. Ibuku tak ada di rumah sakit saat kau melahirkan" bantah Gavriel

"Ibumu memang tidak ada di saat aku melahirkan, tapi ibumu pergi ke dukun kepercayaan keluarga Wardana. Dukun Santoso"

Gavriel mengepal tangannya. Mukanya merah padam.

"Dan Kakakmu Raditya membuat rumah tangga Mas Lucas dan Mbak Yenna di ujung tanduk perpisahan!, Raditya juga yang membuat Ginela putri Mbak Viora sekarat. Keluargamu memang harus di beri penghargaan 'keluarga hina' sangat cocok" Valora mengeluarkan unek-uneknya

"BERHENTI MENGHINA KELUARGA SIALAN!"

Dan dalam satu detik yang mengubah segalanya tangannya mendorong tubuh Valora.

"VALORA!! teriakan Jevano nyaring menembus langit malam.

Tapi sudah terlambat.

Tubuh ramping itu meluncur bebas dari ketinggian, seperti sayap kupu-kupu yang patah. Dan…

KRAKK.

Suara tulang patah terdengar nyaring menabrak teras gedung di bawah sana. Suara itu menghantam bukan hanya lantai bawah gedung, tapi juga jantung Jevano.

Kematian telah tiba.

Detik berikutnya, dunia seperti berhenti berputar. Udara membeku. Suara angin pun seakan bungkam oleh tragedi yang baru saja terjadi.

"VALORA!!" teriak Jevano. Suaranya parau, mengguncang seluruh langit kota.

Langkahnya gemetar saat ia berlari ke ujung rooftop. Matanya mencari dan menemukannya.

Tubuh Valora... tergeletak seperti boneka yang rusak. Gaun peach-nya berlumur merah, tulang-tulang menjulur keluar dari kulit beningnya, darah menggenang di sekeliling tubuh rapuh itu.

"TIDAK…" lutut Jevano lemas. Dadanya sesak.

Ia ingin melompat. Ingin turun secepat mungkin.

"Tunggu aku, Lora… jangan tidur dulu…"

***

Ketika Jevano sampai di bawah, tubuhnya dipenuhi luka kecil karena terburu-buru menuruni tangga tanpa berpikir. Nafasnya tersengal. Dan di sana di teras yang dingin dan keras itu dia menemukannya.

"Lora…"

Suaranya nyaris tak terdengar. Ia berlutut, lalu jatuh dalam pelukan pada tubuh yang sudah membeku.

Tangannya gemetar menyentuh pipi yang sudah pucat. Bibir Valora membiru, darah masih mengalir dari pelipis dan belakang kepalanya.

"Bangun, sayang… ayo buka matamu…"

Tangisnya pecah. Bukan tangisan biasa. Tapi jeritan lelaki yang kehilangan satu-satunya alasan hidupnya.

"Kau janji padaku, Valora… SEHIDUP SEMATI!

KENAPA KAU PERGI DULUAN, HAH?!" Ia mengguncang tubuh Valora pelan… lalu kuat… lalu menggila.

"KITA BELUM MENIKAH!

KITA BELUM KE PANTAI YANG KAU IMPIKAN ITU!

KITA MASIH HARUS PILIH GAUN NIKAHMU, KAU INGAT?!"

Rintik hujan mulai turun. Pelan. Lalu deras.

Air hujan bercampur darah, membasahi tubuh Jevano dan tubuh kekasihnya yang kini telah menjadi mayat.

Tak ada polisi yang berani memisahkan mereka. Tak ada yang berani bicara. Bahkan langit pun hanya bisa menangis bersama Jevano.

"Jangan tinggalkan aku, Valora…

Kalau bukan denganmu, maka aku tak akan hidup dengan siapa pun…"

Tangannya menggenggam tangan Valora erat. Bibirnya menempelkan ciuman panjang pada kening yang sudah dingin.

"Kau dingin ya, sayang? Maaf aku telat… aku akan peluk kamu… sampai kau hangat kembali…"

Satu per satu, semua yang menyaksikan menangis dalam diam. Termasuk ayah Jevano, Darnel, yang hanya bisa berlutut di samping putranya. Menangis dan memeluknya dengan pilu.

"Nak… dia sudah tenang sekarang.

Lora tak sakit lagi…"

Tapi Jevano menulikan pendengaran nya.

"Dia hanya tidur, Yah… semalam dia memang begadang… dia pasti cuma mengantuk…"

"Benar kan, Lora? Ayo buka matamu, sekali saja… satu detik saja…"

Namun Valora tak akan pernah membuka matanya lagi.

5 Tahun Kemudian

Pukul 00.00.

Hujan turun lagi. Seperti takdir yang diulang dengan luka yang sama.

Seorang wanita membuka mata tepat di tengah malam. Napasnya terengah. Tubuhnya gemetar. Di ujung tempat tidur, jari-jarinya mencengkeram seprai seolah baru terbangun dari kematian.

"Mimpi itu lagi…"

Auliandra Calderon

Usianya 25 tahun. Wajahnya begitu mirip dengan mendiang Valora Majesty. Terlalu mirip. Tapi kali ini, matanya menatap hujan bukan dengan luka, melainkan tanya.

Ia melangkah ke balkon, membuka pintu yang mengarah langsung ke hujan yang mengguyur deras.

Cklek.

Wusshhh…

Rintik hujan membasahi rambut dan wajahnya, namun Auliandra memejamkan mata, membiarkan semuanya jatuh dan menyatu dalam kulitnya.

"Kau tidak pernah membenci hujan?"

Suara lirih itu terdengar familiar, dalam, hangat, namun juga dingin.

Jevano berdiri di ambang pintu, mengenakan piyama hitam. Wajahnya masih tampan, tapi matanya menyimpan luka yang tak pernah sembuh.

"Aku tidak menyukai hujan, Auli."

"Tapi aku menyukainya, Jev. Hujan itu menenangkan."

Jevano menghela napas panjang, lalu menarik Auliandra ke pelukannya. Tubuhnya basah kuyup, tapi ia tidak peduli. Yang penting, Auliandra tidak sakit. Tidak seperti dulu… Tidak seperti Valora.

"Mandilah dengan air hangat. Aku masih ada pekerjaan." ia mengecup keningnya dan pergi. Meninggalkan Auliandra sendirian dengan hujan dan tatapannya yang mulai menyimpan curiga.

Ruang Kerja Jevano

Ruangannya tenang. Maskulin. Nuansa abu dan hitam menguasai seisi ruangan.

Di atas meja, dua foto. Dua wanita.

Valora Majesty dan Auliandra Calderon. Mirip, tapi tidak sama. Jevano menatap foto Valora dengan tatapan kosong.

"Miss you, my love…"

"Kau satu-satunya wanita yang kucintai… dan akan selalu kuingat."

Tapi saat pintu diketuk dan Auliandra masuk, senyuman kecil menghiasi wajah Jevano.

Ia membiarkan Auliandra duduk di pangkuannya. Kebiasaan kecil yang dulu dilakukan Valora… dan kini dilakukan oleh Auliandra, seolah waktu mundur tanpa diminta.

"Apa kau masih mengingatnya?" tanya Auliandra dengan suara lirih. Matanya berkaca-kaca menatap foto Valora.

"Apa karena aku mirip dengannya, kau menjalin hubungan denganku?"

Jevano menarik napas panjang. Ia tidak ingin menjawab. Tapi Auliandra butuh jawaban.

"Kau berbeda. Valora adalah masa lalu. Kau masa depanku."

"Janji akan melupakannya?"

"…Aku berjanji."

Dan untuk sejenak, kebohongan itu terasa seperti kebenaran yang menenangkan.

Malam itu, setelah Auliandra tertidur, Jevano duduk sendirian di ruang tamunya.

Hujan turun pelan, menampar lembut jendela ruang tamu yang temaram. Jevano duduk sendirian. Lampu gantung di atasnya bergoyang perlahan, seolah berbisik bahwa malam ini bukan malam biasa.

Jam dinding berdetak…

Pelan…

Tapi cukup membuat dadanya berdebar.

Tiba-tiba

Cklek.

Suara kenop diputar. Pintu terbuka pelan. Hembusan angin malam menyusup masuk membawa aroma tanah basah… dan sesuatu yang tak kasat mata.

Edwin masuk.

Tenang. Tertata. Berwibawa. Namun sorot matanya gelap seperti malam tanpa bulan.

"Kau selalu memilih ruangan ini." suara Edwin serak, dalam. "Padahal kita berdua tahu, kenangan paling busukmu ada di sini."

Jevano tak membalas. Ia menatap Edwin dari balik cangkir, rahangnya mengeras.

"Kau datang untuknya?" suara Jevano akhirnya keluar, dingin. "Setelah lima tahun, kau masih menganggap Valora milikmu?"

Edwin tertawa pelan, pahit.

"Milikku?" ia menunduk, senyumnya miring. "Kau yang mengurungnya di antara luka dan kenangan. Kau yang memaksa dia memilih, padahal dia tidak pernah benar-benar punya pilihan."

"Dan aku…"

"Aku hanya menjaga apa yang tak pernah bisa kau pahami."

Jevano berdiri. Tubuhnya menegang. Matanya menyala oleh emosi yang sudah lama disembunyikan.

"Jangan bertindak seolah kau lebih tahu tentang dia."

"Kau datang saat dia rapuh. Saat dia tak bisa membedakan kenyataan dan mimpi."

"Itu bukan cinta, Edwin. Itu perburuan."

Edwin mengangkat dagunya perlahan. Bayangannya… tidak mengikuti arah cahaya.

"Aku bukan manusia sepertimu, Jevano."

"Perasaanku… bukan sekadar cinta biasa."

"Aku terikat padanya. Pada jiwanya. Sejak sebelum ia mengenal namamu."

Jevano mendengus pelan. Tak terkejut. "Jadi rumor itu benar. Kau makhluk dari alam lain… Menyamar. Menunggu."

"Menunggu saat dia lemah dan kau bisa memilikinya sepenuhnya."

Edwin melangkah maju, membiarkan wajahnya terlihat jelas di bawah lampu.

"Aku tak butuh dia lemah."

"Aku hanya ingin dia bebas dari orang yang menjadikannya pilihan kedua."

"Aku tahu kau mencintai Valora. Bukan Auliandra."

"Dan sekarang, ketika dua jiwa itu menjadi dua tubuh, kau mulai kebingungan… siapa yang kau kejar sebenarnya."

Hening.

Ucapan itu menghantam dada Jevano seperti badai yang menghantam jendela.

"Kau tidak mengenal aku." Jevano berkata pelan. "Dan kau tidak akan pernah bisa menyentuhnya."

Edwin tersenyum samar. Tapi tak ada kehangatan di senyum itu. Hanya janji luka.

"Aku tidak butuh menyentuhnya."

"Aku hanya akan berada di sisinya… ketika kau menghancurkan dirinya lagi."

Kemudian angin berhembus aneh dari jendela yang tertutup. Lampunya padam sendiri. Bayangan Edwin perlahan memudar, seperti kabut yang ditelan malam.

Tapi suaranya masih terdengar…

"Kita lihat… siapa yang benar-benar dicintainya saat semua topeng jatuh."

🦋To be continued...

1
eva lestari
🥰🥰
Nakayn _2007
Alur yang menarik
Sukemis Kemis
Gak sabar lanjut ceritanya
Claudia - creepy
Dari awal sampe akhir bikin baper, love it ❤️!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!