NovelToon NovelToon
Mengulang Waktu Untuk Merubah Takdir

Mengulang Waktu Untuk Merubah Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Raja Tentara/Dewa Perang / Kelahiran kembali menjadi kuat / Romansa Fantasi / Time Travel / Reinkarnasi / Mengubah Takdir
Popularitas:782
Nilai: 5
Nama Author: Wira Yudha Cs

Di kehidupan sebelumnya, Max dan ibunya dihukum pancung karena terjebak sekema jahat yang telah direncanakan oleh Putra Mahkota. Setelah kelahiran kembalinya di masa lalu, Max berencana untuk membalaskan dendam kepada Putra Mahkota sekaligus menjungkirbalikkan Kekaisaran Zenos yang telah membunuhnya.
Dihadapkan dengan probelema serta konflik baru dari kehidupan sebelumnya, mampukah Max mengubah masa depan kelam yang menunggunya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wira Yudha Cs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 16 MEMBELI MASION

Segera, berita mengenai putri seorang Baron yang menawarkan diri menjadi istri kedua dan ditolak mentah-mentah oleh seorang pemuda tampan menyebar ke berbagai kalangan masyarakat kelas atas. Gadis itu benar-

benar menjadi bahan tertawaan orang-orang yang tidak menyukainya, hingga dia tidak berani keluar dari kamar.

Ayahnya yang merupakan seorang Baron bahkan kehilangan wajah karena malu akan perilaku putrinya.

Meski demikian, hal ini tidak diketahui Max. Saat ini dia sedang menyesap teh di meja malkan aula utama penginapan Bugenvil. Di depannya ada Bannesa dan seorang pria berusia sekitar akhir 20 tahunan dengan jambang tipis di bawah dagunya. Bannesa benar-benar

menepati janjinya untuk memperkenalkan Max dengan seorang pebisnis di bidang properti. Max pun menyambut mereka dengan ramah.

"Paman Max, perkenalkan. Ini Paman Alfons. Kerabat jauh Ayahku. Dia berbisnis di bidang properti. Kamu dapat berkonsultasi padanya jika ingin membeli rumah." Bannesa membuka pembicaraan dengan riang. Max tersenyum kecil di sudut bibir sebelumn berkata, "Tuan Alfons, terima kasih atas waktumu. Saya Maximiliam. Salam kenal." Tuan Alfons mengangguk puas dengan sikap sopan pemudadi depannya ini. Dia sudah mendengar dari Duke Arthur Froger bahwa pemuda bernama Max itulah yang telah menyelamatkan Bannesa dari bahaya. Hubungannya dengan Duke Arthur Froger sudah seperti saudara kandung, jadi dia secara alami juga menganggap Bannesa sebagai keponakan kecilnya. Dia sangat bersyukur ketika mendengar anak itu dapat bertahan hidup setelah mengalami tragedi yang begitu mengerikan.

"Anak ini sudah seperti keponakanku sendiri, terima kasih

sudah menyelamatkannya. Aku akan membantumu jika kamu

membutuhkan bantuan," ujar Alfons sembari mengusap kepala Bannesa dengan penuh kasih sayang. Bannesa

jadi sedikit tersipu dan tersenyum kecil menanggapinya.

Max tetap rendah diri. Namun, dia tidak menolak bantuan yang akan ditawarkan Tuan Alfons padanya. "Itu hanya kebetulan, Tuan. Namun, saat ini saya benar-benar membutuhkan bantuan Anda untuk membeli rumah." Tuan Alfons segera memasuki pembicaraan utama mereka. "Rumah seperti apa yang kamu inginkan? Ada beberapa daftar rumah yang dipercayakan padaku untuk dijual. Mungkin salah satunya ada yang sesuai dengan kualifikasi keinginanmu." Max tidak lagi bersikap basa-basi, dia segera memberitahukan kriteria rumah yang dia inginkan. "Di antara

daftar rumah itu, apakah ada Mansion bekas keluarga bangsawan yang dijual?"

Mendengar pertanyaan itu, Tuan Alfons sedikit terkejut. Dia pikir, pemuda ini akan menanyakan beberapa rumah sederhana dengan harga murah. Namun, di luar perkiraan,

pemuda itu malah berniat membeli sebuah Mension. Seberapa kaya dia? Pikir Tuan Alfons dengan linglung.

Begitupula Bannesa, anak itu baru saja memasukan kue kering ke mulut dan ketika mnendengar Paman Max menanyakan Mension, dia hampir tersedak.

Akan tetapi, rasa terkejut Tuan Alfons hanya bertahan sebentar. Setelah itu wajahnya kembali datar. Dia mempertahankan citra pebisnis di bidang properti. Apa pun yang ingin dibeli calon pelanggan, itu tidak baik untuk dia dipertanyakan.

"Kebetulan ada satu Mension bekas kediaman keluarga bangsawan Marquees Rozan. Mereka menjualnya karena anak tertua menikahi seorang putri pejabat pemerintah di Kekaisaran Hong Li. Secara alami mereka semua akan ikut pindah ke sana," jelas Tuan Alfons secara singkat.

Max mengangguk kecil, lalu bertanya, "Apakah Mension tersebut berada dalam kondisi yang baik? Maksud saya, tidak ada yang perlu diperbaiki?" "Ya, tentu saja. Mension itu

sebenarnya baru direnovasi dua bulan yang lalu. Namun, seperti yang kau tahu, Mension adalah kediaman yang

sangat besar, terlebih mereka menjualnya beserta isi. Harga yang ditawarkan pun cukup mahal," jawab Tuan Alfons sembari memperhatikan reaksi pemuda di depannya. Tuan Alfons pikir, setelah dia mengatakan betapa mewah dan

mahalnya harga Mension bekas keluarga bangsawan, pemuda tampan itu pasti akan merasa tertekan dan kembali mempertimbangkan keputusan untuk membeli sebuah Mension. Namun, pemuda itu masih tampak tenang dan menunjukkan rasa ketertarikan terhadap Mension yang ia katakan.

"Berapa harganya?" tanya Max dengan tenang. Tuan Alfons berdehem pendek, merasa serat di kerongkongannya. Dia

pun perlahan mengatakan harga besar itu dengan sedikit tertekan. "Harganya lima belas juta koin emas. Jika dijadikan uang kertas, itu adalah 7.500 uang kertas."

Max tidak terkejut ketika mendengar harga yang begitu gila. Dia sudah memperkirakan hal itu. Max tetap tenang dan santai. Lima belas juta koin emas? Dia bahkan mempunyai

lebih banyak dari itu. Lupakan tentang berhemat, di kehidupan kali ini dia akan menggunakan uangnya dengan bijak. Dia ingin memberikan lingkungan yang nyaman dan aman untuk ibunya. Belum lagi, jika rencananya perlahan terealisasikan. Max membutuhkan sesuatu yang besar

untuk mendukungnya. Jika dia mempunyai sejumlah kekayaan dan pengaruh besar, akan mudah baginya mengumpulkan kekuatan untuk menghancurkan mereka yang telah menghancurkannya di kehidupan sebelumnya.

"Kalau begitu, kapan saya bisa melakukan pembayarannya?" tanya Max kemudian. Tuan Alfons semakin tercengang dan nyaris tersedalk oleh liur sendiri. Lima belas juta koin emas? Itu dapat menghidupimu sampai puluhan tahun! Tuan Alfons bahkan tidak pernah memegang uang sebanyak itu selama hidup lebih dari dua puluh tahun. Anak muda di depannya ini bahkan ingin mengeluarkan uang sebanyak itu dengan santai hanya untuk membeli

sebuah kediaman tempat tinggal. Siapa pemuda itu sebenarnya? Apakah dia seorang tiran bijaksana? Atau seorang tuan muda yang melarikan diri ke wilayah Utara?

"Apa kau yakin ingin membelinya?" tanya Tuan Alfons setelah hening panjang.

"Ya." Max hanya menjawab singkat dengan nada pasti. Bannesa yang mendengar percakapan itu tak bisa menahan diri untuk tidak tersedak. Anak itu langsung meraih minuman ketiak merasa kue kering itu benar-benar menyangkut di tenggorokannya. Dia tidak menyangka penyelamatnya adalah seorang tiran kaya raya.

"Tiga hari kemudian aku alkan mendatangi sembari membawa surat-surat perjanjian dan pengalihan properti. Saat itu kau bisa menyiapkan uangnya."

Kali ini Max menunjukkan senyum tulus sebagai ungkapan terima kasih. Dia pun mengulurkan tangannya untuk berjabat. Tuan Alfons ragu sejenak sebelum menerimanya. "Baiklah. Terima kasih Tuan Alfons. Saya akan menunggu

kedatangan Anda tiga hari kemudian."

"Sama-sama. Namun, setelah kau pindah ke sana, kau harus

mempersiapkan diri untuk menjadi bahan obrolan dan pusat perhatian warga. Itu adalah mension terbesar ketiga setelah mension-mension yang dibangun oleh keluarga Duke Froger."

Tuan Alfons tak lupa memperingati. Setelah itu mereka melepas jabat tangan secara alami.

"Saya akan mengingat hal itu, Tuan. Setelah prosedur pembayaran tiga hari kemudian, apakah Tuan mempunyai waktu senggang? Saya ingin mengundang Anda untuk makan malam bersama." Pada dasarnya, Tuan Alfons adalah

orang yang sibuk. Banyak orang kaya yang menunggu konsultasi mengenai pembelian rumah darinya. Namun,

untuk klien satu ini, rasanya Tuan Alfons tidak bisa untuk menolaknya.

"Aku akan meluangkan waktu untuk itu," balas Tuan Alfons

menerima tawaran. Max tersenyum kecil sebagai tanggapan.

Setelalh itu. Max memesan beberapa manisan dan roti-roti kukus yang nyaman di makan pada pagi hari. Obrolan mereka pun terus berlanjut dengan Tuan Alfons sebagai penanya aktif. Max hanya bisa menjawab pertanyaan-pertanyaannya dengan sederhana. Sampai tiba-tiba

menginterupsi mereka. Kedua pria itu mengalihkan pandang pada anak laki-laki itu.

"Anu... begini Paman MaxX. Ada yang ingin kutanyakan padamu," katanya dengan gugup. Dia harus memastikan hal ini. Bannesa tidak sanggup lagi menahan rasa penasarannya.

"Apa yang ingin kamu tanyakan?" Max mengerutkan dahinya dengan samar.

Bannesa tidak membuang waktu, dia segera bertanya ketika mendapat kesempatan. "Banyak desas-desus beredar, bahwa putri bungsu Baron Helios menawarkan diri menjadi istri kedua dan dia langsung ditolak mentah-mentah oleh seorang pemuda tampan yang menggendong anak. Apakah.... apakah kebetulan pemuda itu adalah Paman?" tanya Bannesa di akhir kalimatnya. Nadanya bahkan

terdengar tidak enak kala mengatakannya.

Sontak saja, ingatan tentang di rumah makan pada hari pertama kembali memenuhi isi kepala Max. Dia sudah menyangka hal memalukan itu akan menyebar ke mana-mana. Tanpa sadar, dia pasti telah menyinggung keluarga bangsawan itu. Sekarang, apa yang harus dia lakukan jika keluarga Baron itu mendatanginya.

"Sudah kuduga, itu pasti Paman Max," ujar Bannesa ketika

memperhatikan raut wajah Paman Max yang tampak memikirkan sesuatu. Max menghela napas lelah. Jika

mereka benar-benar mendatanginya karena tidak terima putri itu telah dipermalukan, mungkin dia akan membalas dengan membunuh mereka secara diam-diam. Max tidak ingin kehidupannya di wilayahnya Utara menjadi kacau hanya karena dia menolak seorang gadis bangsawan.

"Tidak perlu kau pikirkan. Jika mereka berani bertindak macam-macam padamu, Ayah anak ini yang akan membungkamnya. Lupakan saja." Tiba-tiba suara Tuan Alfons

menyadarkan lamunan Max dari segala rencana pembunuhan. Bannesa hampir mengangguk setuju atas perkataan paman Alfons. Namun, dia tidak mengatakan apa-apa. Dengan pengaruh ayahnya, pasti tidak akan ada yang

berani menggertak Paman Max. Max sendiri tidak mengatakan apa-apa. Dia langsung mengalihkan pandang menatap Bannesa. Ketika Tuan Alfons mengatakan 'ayah anak ini' itu sudah jelas merujuk pada ayah kandung Bannesa yang jika Max tidak salah menebak adalah penguasa wilayah ini. Jika itu benar, Max akan benar-benar merasa lega.

1
Dewiendahsetiowati
hadir thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!