Zhao Liyun, seorang pekerja kantoran modern yang gemar membaca novel, tiba-tiba menyeberang masuk ke dalam buku favoritnya. Alih-alih menjadi tokoh utama yang penuh cahaya dan keberuntungan, ia malah terjebak sebagai karakter pendukung wanita cannon fodder yang hidupnya singkat dan penuh penderitaan.
Di dunia 1970-an yang keras—era kerja kolektif, distribusi kupon pangan, dan tradisi patriarki—Liyun menyadari satu hal: ia tidak ingin mati mengenaskan seperti dalam buku asli. Dengan kecerdikan dan pengetahuan modern, ia bertekad untuk mengubah takdir, membangun hidup yang lebih baik, sekaligus menolong orang-orang di sekitarnya tanpa menyinggung jalannya tokoh utama.
Namun semakin lama, jalan cerita bergeser dari plot asli. Tokoh-tokoh yang tadinya hanya figuran mulai bersinar, dan nasib cinta serta keluarga Liyun menjadi sesuatu yang tak pernah dituliskan oleh penulis aslinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YukiLuffy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16 Keputusan
Aroma kayu bakar dari rumah-rumah warga berpadu dengan tanah basah yang mulai tercium hangat. Di halaman belakang rumah batu reyotnya, Zhao Liyun berdiri, menatap tanah yang lembab, pikirannya dipenuhi pertimbangan dan rencana.
Beberapa minggu terakhir telah mengajarkannya banyak hal. Ia berhasil mempertahankan diri dari tuduhan fitnah Madam Zhao, memperkuat hubungan dengan Wu Shengli, dan bahkan mulai membangun posisi sosial di desa melalui keterampilan membuat roti dan sabun. Namun Liyun tahu, semua itu belum cukup. Musim dingin yang panjang telah membuktikan bahwa ketergantungan pada orang lain atau mengikuti alur cerita asli bisa berakhir tragis. Ia membutuhkan langkah yang lebih tegas: mandiri sepenuhnya.
Pagi itu, setelah membersihkan dapur kolektif, Liyun duduk di ambang rumahnya sambil menatap ladang kecil di depan rumah. Salju yang mencair membuat tanah retak-retak, memberi sinyal bahwa musim semi akan segera tiba.
Ia menarik napas panjang. “Aku tidak bisa selamanya bergantung pada bahan cadangan atau bantuan orang lain,” gumamnya pelan. “Aku harus menanam sesuatu sendiri, mengatur hidupku sepenuhnya. Aku tidak mau lagi menjadi bayangan atau cannon fodder.”
Keputusan itu membuat hatinya berdebar sekaligus lega. Liyun sadar, untuk pertama kalinya ia benar-benar memegang kendali atas nasibnya. Tidak ada alur cerita, tidak ada karakter lain yang menentukan akhir hidupnya.
Hanya dirinya sendiri.
Liyun memutuskan untuk memanfaatkan halaman belakang rumahnya. Tempat itu sempit, tapi cukup untuk membuat kebun kecil yang tersembunyi dari penglihatan Madam Zhao dan tetangga. Ia mulai menggali tanah, mengatur pupuk dari abu tungku, dan menanam benih yang ia simpan: sayuran kecil seperti lobak, wortel, dan daun bawang.
Tangannya kotor, tubuhnya lelah, tetapi matanya bersinar penuh tekad. Setiap tanah yang ia gali adalah simbol pemberontakan kecil terhadap nasib yang dulu menempatkannya sebagai korban.
Wu Shengli, yang kebetulan datang membawa kayu bakar, menatapnya sambil tersenyum tipis. “Kau serius menanam di sini?” tanyanya, suara lembut namun mengandung kekaguman.
Liyun mengangguk. “Aku tidak bisa menunggu orang lain menolong. Ini adalah langkah pertamaku untuk mandiri. Jika Madam Zhao mencoba mencuri atau menuduh, aku ingin punya bukti bahwa aku bisa bertahan sendiri.”
Shengli mengangguk, lalu membantu menggali beberapa lubang kecil untuk benih. Tanpa kata banyak, keduanya bekerja berdampingan, membangun kebun kecil yang nantinya akan menjadi simbol kemandirian Liyun.
Keputusan untuk mandiri juga mengubah dinamika hubungan Liyun dengan Wu Shengli. Pemuda itu kini bukan hanya sekutu, tapi juga sahabat yang memahami perjuangan Liyun secara mendalam.
Suatu sore, ketika mereka sedang menanam lobak, Shengli menatap Liyun dan berkata, “Aku bangga padamu. Kau tidak hanya bertahan, tapi juga mulai menulis jalannya sendiri. Aku ingin selalu berada di sisimu, jika kau mengizinkan.”
Liyun tersenyum tipis, hatinya hangat. “Aku… menghargai itu, Shengli. Tapi aku harus memastikan aku bisa bertahan sendiri dulu. Bukan berarti aku menolaknya, tapi aku harus kuat sebelum bergantung pada siapa pun.”
Shengli mengangguk, menghormati keputusannya. Tanpa kata banyak, keduanya kembali menanam sayuran, bekerja dalam kesunyian yang nyaman dan produktif.
Meskipun Liyun mulai menemukan kemandirian, ancaman dari Madam Zhao tetap ada. Suatu malam, ketika Liyun sedang menyiram tanaman kecilnya dengan hati-hati, ia melihat bayangan Madam Zhao di pinggir jalan. Matanya tajam, seperti sedang mengintai.
Liyun menahan napas, bergerak perlahan agar tidak terlihat. Ia tahu, jika Madam Zhao menemukan kebun rahasianya, semua kerja keras ini bisa sia-sia. Dengan hati-hati, Liyun menutup beberapa lubang tempat ia menyimpan benih tambahan dan menutupinya dengan abu tungku, sehingga terlihat seperti tanah biasa.
Ancaman ini mengajarkannya satu hal penting: kemandirian fisik harus disertai kemandirian strategis. Mengelola informasi, menyembunyikan tindakan, dan mengantisipasi gerakan orang lain menjadi bagian penting dari bertahan hidup.
Keputusan Liyun untuk mandiri juga memengaruhi aktivitasnya di dapur kolektif. Ia mulai mengatur jadwal agar bisa bekerja di kebun rahasia sebelum atau sesudah bekerja di dapur. Beberapa ibu desa mulai curiga jika melihatnya sering pergi ke belakang rumah, tetapi Liyun selalu menutupi dengan alasan sederhana: mengambil air, mengecek tungku, atau membersihkan halaman.
Secara perlahan, penduduk desa mulai melihatnya sebagai gadis yang tidak hanya pandai membuat roti atau sabun, tetapi juga cerdas dan mandiri. Posisi sosialnya meningkat, membuat Madam Zhao semakin frustrasi karena pengaruhnya menurun. Sebenarnya dia tidak menyukai Zhao Liyun tetapi dia tidak bisa mengusirnya karena rumah yang dia tinggali merupakan rumah warisan dari ayah Zhao Liyun. Dia tidak memiliki tempat tinggal jika dia tidak mengurus Zhao Liyun, dirinya dan kedua anaknya akan gelandangan.