NovelToon NovelToon
Terlahir Kembali Menjadi Seorang Perempuan

Terlahir Kembali Menjadi Seorang Perempuan

Status: sedang berlangsung
Genre:Anime / Reinkarnasi
Popularitas:388
Nilai: 5
Nama Author: Lidelse

Reni adalah pemuda pekerja keras yang merantau ke kota, dia mengalami insiden pencopetan, saat dia mengejar pencopetan, dia tertabrak truk. Saat dia membuka mata ia melihat dua orang asing dan dia menyadari, dia Terlahir Kembali Menjadi Seorang Perempuan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lidelse, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pengabdian Mu

Beberapa jam sebelum Lyra mencapai benteng terakhir, di hutan lebat di Utara, jauh dari jalur evakuasi utama, pertempuran brutal terjadi.

Racel Astrea, sang Dewa Pedang, bersama dengan pelayan-penjaga Lyra, Merbrit, sedang bertarung mempertahankan posisi mereka. Racel, yang biasanya berpenampilan tenang, kini diselimuti oleh aura kemarahan yang dingin.

Mereka dikepung oleh pasukan Valerius—bukan pasukan garis depan, melainkan skuadron elit pemburu yang dipimpin oleh Archmage minor. Valerius tahu nilai dari Racel dan istrinya, Erin, dan mengirim tim untuk memotong jalur pelarian mereka.

Pertarungan itu intens. Racel, bersenjatakan great sword yang memiliki kemampuan untuk memotong realitas, bergerak seperti kilat. Dia tidak bergantung pada Mana besar, melainkan pada kecepatan dan presisi yang mematikan.

SHIIIING!

Racel mengayunkan pedangnya yang besar. Setiap ayunan tidak hanya memotong prajurit, tetapi juga menciptakan riak spasial kecil, membuat pertahanan mereka tidak berguna. Prajurit Valerius jatuh seperti daun, terpotong dengan sayatan yang sangat bersih.

Di sampingnya, Merbrit bergerak dengan gesit. Dia adalah penjaga yang ahli dalam ilmu pedang dasar yang efisien. Dia bekerja sebagai perisai dan pengalih perhatian, mengendalikan arus pertempuran kecil itu, melindungi punggung Racel.

"Mereka terlalu banyak, Marquess Racel!"

teriak Merbrit, menangkis tiga tombak sekaligus.

"Aku tahu, Merbrit!"

balas Racel, suaranya dipenuhi ketegasan.

"Mereka tidak akan menghentikan kita! Kita harus mencapai Rosania!"

Sementara pertempuran berlangsung, fokus utama terletak pada kereta kuda yang terlindungi oleh pohon-pohon besar.

Di samping kereta, Mia, pelayan Lyra yang lain dan penjaga yang ahli dalam penyembuhan dan pertahanan, berdiri tegak. Dia dengan panik merapal Mana perisai yang stabil—Dinding Mana Tanah—untuk melindungi Erin Von Elemendorf.

Erin Von Elemendorf, ibu Lyra, yang dikenal memiliki pengetahuan mendalam tentang Mana, kini tampak pucat dan lemah. Dia adalah Archmage yang kuat, tetapi dia sedang mengandung. Kehamilan itu sangat menguras Mana dan kekuatannya, mencegahnya untuk bertarung dalam kapasitas penuh.

"Mia, jangan gunakan terlalu banyak Mana! Jaga sisa Mana-mu untuk perjalanan kita!"

perintah Erin, meskipun suaranya lemah.

"Tidak, Duchess Erin!"

balas Mia, keringat bercucuran di dahinya saat dia mempertahankan perisai tanah.

"Saya tidak akan membiarkan mereka menyentuh Anda atau bayi di dalam kandungan! Tuan Racel telah memberi perintah mutlak!"

Erin memegang perutnya, Mana Alamnya bergetar lemah, hanya mampu membantu Mia sedikit. Dia tahu jika mereka bisa menahan lebih lama, Racel bisa memotong celah spasial untuk melarikan diri, tetapi mereka harus memberinya waktu.

Archmage Pemburu Valerius, yang memimpin skuadron itu, muncul dari pepohonan. Dia adalah seorang Archmage Api yang ambisius.

"Serahkan Duchess Erin, Racel Astrea! Valerius hanya menginginkan putri dan pewaris yang baru!"

teriak Archmage Api itu, Mana Api melilit di tangannya.

"Beraninya kau menyebut nama Valerius di hadapanku!"

raung Racel.

Racel mengabaikan prajurit kecil dan menerjang Archmage Api itu. Dia tidak peduli dengan api; dia hanya perlu mencapai targetnya.

WHOOSH!

Racel mengayunkan great sword-nya. Archmage Api itu merapal dinding api tebal.

Namun, pedang Racel tidak menghancurkan api itu. Pedang itu memotong realitas tempat api itu berada. Dalam sekejap, dinding api itu terbelah dua di ruang hampa, dan pedang Racel melesat menuju jantung Archmage itu.

SLICES!

Archmage Api itu jatuh, Mana-nya padam. Racel tidak memberinya waktu untuk bereaksi.

Kematian pemimpin mereka membuat prajurit Valerius yang tersisa panik.

"Sekarang!"

teriak Racel kepada Merbrit.

"Buka jalur, kita akan melompat!"

Racel bergegas menuju kereta, Merbrit memberikan serangan balik yang cepat untuk menciptakan celah. Mia meruntuhkan perisai Mana Tanah.

Racel berdiri di sebelah kereta, wajahnya serius. Dia meraih tangan Erin.

"Tahan napas, Cintaku. Kita akan pergi ke Rosania!"

Racel mengumpulkan Mana Ruang-Waktu dari dirinya sendiri dan sedikit dari Erin, menciptakan riak spasial yang cukup besar untuk melompati jarak yang sangat jauh.

Dalam sekejap, Racel, Erin, Mia, dan Merbrit menghilang dari Hutan Utara, meninggalkan mayat-mayat prajurit Valerius.

Mereka berhasil melarikan diri, tetapi mereka tahu, perburuan Valerius terhadap keturunan Archmage Ruang-Waktu tidak akan pernah berhenti. Dan mereka tidak tahu bahwa pada saat yang sama, putri mereka, Lyra, sudah berada di benteng terakhir.

Setelah lompatan spasial yang berisiko, Racel, Erin, Mia, dan Merbrit akhirnya muncul di sebuah padang rumput yang sangat luas dan sepi. Mereka telah berhasil keluar dari hutan lebat dan kini berada di bawah cahaya matahari pagi yang cerah.

Namun, alih-alih melanjutkan perjalanan, Racel segera menghentikan kereta kuda. Dia tahu Mana lompatan spasialnya telah meninggalkan jejak.

"Berhenti!"

perintah Racel, suaranya tajam. Dia menghentikan kereta di balik sebuah batu besar yang tersembunyi, memanfaatkan setiap jengkal perlindungan yang ada.

Racel, Merbrit, dan Mia segera turun dari kereta, mata mereka waspada memindai sekeliling. Erin, meskipun lelah, mencoba mengintip keluar.

"Kita harus memastikan tidak ada pengintai,"

bisik Racel. Mana Ruang-Waktunya memudar, tetapi indranya sebagai Dewa Pedang masih sangat tajam.

Padang rumput itu hening, hanya ada suara angin yang berdesir.

Tiba-tiba, mata Racel tertuju pada sesuatu. Di tengah padang rumput, terukir sebuah tapak kaki yang sangat, sangat besar di tanah yang lembut. Ukurannya monumental, seperti jejak raksasa.

"Apa itu?"

gumam Merbrit, terkejut melihat ukuran jejak kaki itu.

"Sesuatu yang sangat besar dan sangat lama tidak terlihat,"

jawab Racel, wajahnya mengeras.

"Makhluk purba. Kita harus pergi dari sini, sekarang."

Setelah memastikan area itu aman dari pasukan Valerius, Racel kembali ke dalam kereta.

"Aman?"

tanya Erin, suaranya lemah.

"Untuk saat ini,"

jawab Racel, mengambil kendali kereta kuda.

"Tapi ada hal lain di sini. Sesuatu yang tua dan berbahaya. Kita harus bergerak cepat menuju Rosania."

Kereta kuda mulai melaju kencang melintasi padang rumput yang luas dan sepi. Mereka hanya memiliki satu tujuan: Rosania, tempat aman yang dijanjikan.

SWISH!

Tiba-tiba, sebuah panah api yang besar melesat melewati kereta kuda Racel, sangat dekat sehingga mereka semua bisa merasakan panasnya. Panah itu menancap di tanah di depan mereka, meledak menjadi kobaran api kecil.

Racel segera menghentikan kereta. Wajahnya mengeras, Mana Ruang-Waktunya mulai berdenyut.

"Sial! Mereka berhasil menemukan kita!"

geram Merbrit, mengeluarkan pedangnya.

Racel dan Merbrit menoleh ke belakang, bersiap untuk menghadapi pasukan Valerius yang mungkin datang.

Namun, yang mereka lihat bukanlah pasukan.

Di langit, dari balik pegunungan yang menjulang tinggi, muncul siluet raksasa.

Seekor makhluk buas dengan tubuh singa yang kekar, sayap elang yang membentang lebar, dan kepala elang yang agung. Makhluk itu memancarkan aura Mana Angin yang kuno dan kuat.

Matanya yang tajam dan keemasan menatap lurus ke arah mereka, memancarkan kebencian yang mendalam. Panah api itu bukan dilepaskan oleh manusia. Itu adalah serangan Mana dari makhluk ini.

The Great Griffon telah terbangun.

Racel Astrea, sang Dewa Pedang, hanya bisa menatap ngeri pada makhluk purba itu. Valerius tidak hanya menggerakkan pasukan manusia. Dia juga telah membangkitkan ancaman yang terkubur dari masa lalu.

The Great Griffon mendarat dengan kekuatan yang menggetarkan bumi. Ia menjulang tinggi, bayangannya menutupi Racel Astrea yang tak berdaya dan sedang terengah-engah. Namun, mata emas makhluk purba itu tidak terpaku pada Dewa Pedang yang terkalahkan.

Pandangannya tertuju pada Erin Von Elemendorf yang terlempar dan kini merangkak menjauhi reruntuhan kereta, memegang perutnya

Griffon itu tertarik pada Mana Astral Purba yang ia rasakan. Itu bukan Mana Racel, bukan juga Mana Erin yang terkuras. Itu adalah Mana yang masih mentah, liar, dan penuh potensi—Mana yang ada di janin Erin. Aura itu mirip dengan Mana-nya sendiri, memicu naluri purba untuk menghancurkan atau mengklaim.

Griffon itu mengabaikan Racel sepenuhnya, menganggap Dewa Pedang tidak lagi relevan. Ia melangkah maju dengan kakinya yang besar, mengarah lurus ke Erin.

"Tidak!"

Merbrit, yang telah berdiri di samping Erin, bertindak tanpa berpikir. Kesetiaannya kepada Duchess dan Putri Lyra adalah satu-satunya dorongan yang ia butuhkan.

Merbrit mencabut pedang pendeknya dan menerjang ke arah cakar besar Griffon.

"Menjauhlah dari Duchess Erin!"

teriak Merbrit, suaranya dipenuhi amarah.

CLANK!

Pedang Merbrit menghantam kaki Griffon, tetapi hanya menimbulkan bunyi logam tumpul. Kulitnya sekeras baja yang diresapi Mana. Serangan Merbrit tidak lebih dari gangguan kecil.

Griffon itu hanya menolehkan kepalanya, matanya dipenuhi rasa jijik yang mematikan, seolah terganggu oleh serangga. Ia menampar Merbrit dengan sayapnya.

BRUK!

Merbrit terlempar, tubuhnya menghantam batang pohon hingga tulang rusuknya terasa retak. Dia terbatuk, berjuang untuk bangkit, tetapi dia telah terpojok di antara dua pohon, terjepit oleh akar dan batang.

Griffon itu kini benar-benar marah. Ia menyelesaikan gangguannya.

Ia mengangkat salah satu kakinya yang besar, dengan kuku-kuku setajam pedang yang mematikan, Mana Astral berputar-putar di sekitarnya. Tujuannya adalah menghancurkan Merbrit yang terpojok di antara pohon.

Racel, melihat ke belakang, mencoba merapal Mana, tetapi Mana-nya hanya berupa getaran samar. Dia tidak bisa bergerak.

Saat cakar itu menukik ke bawah, menghancurkan pohon dan mengincar Merbrit...

Mia, yang selama ini menjaga Erin di belakang, melihat kengerian itu. Merbrit adalah rekan setianya, dan jika Merbrit mati, tidak ada yang bisa membeli waktu untuk Erin dan bayinya.

Dengan Mana defensif terakhirnya yang menyala, Mia berlari.

"Merbrit! Minggir!"

teriak Mia.

Mia menerjang Merbrit, mendorong tubuhnya dengan kekuatan brutal. Merbrit terlempar ke samping, jatuh tersungkur dan selamat dari benturan.

Mia kini berdiri tepat di posisi Merbrit.

Dia tidak sempat merapal perisai Mana; dia hanya sempat menatap Griffon dengan mata yang dipenuhi kesetiaan.

CRUNCH!

Cakar besar The Great Griffon menghantam. Tidak ada suara jeritan; hanya suara tabrakan tulang dan Mana yang padam.

Mia tergilas di tempat, Mana yang melindungi tubuhnya pecah berkeping-keping.

The Great Griffon menarik cakarnya. Yang tersisa hanyalah tubuh Mia yang tak berbentuk, kaku, dan seketika itu juga tak bernyawa, tergeletak di antara akar pohon.

Keheningan melanda. Hanya desahan angin yang terdengar.

Erin menjerit, tetapi suaranya tertahan oleh tangan Racel yang menutup mulutnya, air mata mengalir di wajah Dewa Pedang.

Merbrit bangkit, menyaksikan tubuh rekannya. Matanya melebar penuh rasa sakit. Dia selamat, tetapi dengan harga nyawa Mia.

The Great Griffon kini kembali memandang ke arah Erin dan janinnya, gangguan telah teratasi.

1
Anonymous
ceritanya wahhh, sih. cuma kayaknya penulisan nya bisa lebih emosional lagi
Anonymous
gila plot twist nya
Moge
episode 4 udah mulai seru jir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!