Mirai adalah ID game Rea yang seorang budak korporat perusahaan. Di tengah stress akan pekerjaan, bermain game merupakan hiburan termurah. Semua game ia jajal, dan menyukai jenis MMORPG. Khayalannya adalah bisa isekai ke dunia game yang fantastis. Tapi sayangnya, dari sekian deret game menakjubkan di ponselnya, ia justru terpanggil ke game yang jauh dari harapannya.
Jatuh dalam dunia yang runtuh, kacau dan penuh zombie. Apocalypse. Game misterius yang menuntun bertemu cinta, pengkhianatan dan menjadi saksi atas hilangnya naruni manusia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaehan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perkenalan Anggota Baru
Part 33
Saat melewati orang-orang itu, ada yang menyapa, hanya melihat, bahkan tertawa sinis. Karena membawa orang baru itu artinya menambah beban baru di clan. Tapi Ren tidak peduli akan penilaian di dalam kepala mereka. Ada hal yang lebih penting untuk dipikirkan dari sekadar memusingkan beban. Yaitu bagaimana caranya bertahan hari ini dan hidup esok hari. Langkahnya berhenti di ujung blok. Pada rumah bercat biru langit yang kusam, sebuah Jeep yang dikenal Mirai terparkir di depannya.
Di ambang teras Vanessa sudah menunggu. Wajah sumringahnya menyambut kedatangan mereka. “Welcome, Queeeeeen!!”
Ren hanya berdecak dan berjalan melewatinya masuk ke dalam rumah. Sejenak Mirai menatap rumah itu, mempertanyakan dirinya apakah akan terus tinggal di sini setelah menemukan Nero? Ia pun tersenyum lemah pada Vanessa yang mengajaknya masuk seolah raut wajahnya sudah menggambarkan seberapa lelahnya menjalani hari ini.
Di dalam, ruang tamu berkesan hangat menyambut. Di sana Royal sedang duduk di sofa tunggal sambil mengelap senjata kesayangannya. Zoro duduk di lantai dekat Royal sambil mengutak-atik aki mobil, dan ada dua pemuda asing yang tidak Mirai kenal sedang bermain kartu di meja. Dan di sofa panjang ada Nobi yang sedang bersandar memejamkan mata, dan di sampingnya ada sepasang pria dan wanita duduk berangkulan sambil mengomentari jalannya permainan kartu. Ren sendiri baru balik dari dapur setelah mengambil segelas air dingin untuknya. Vanessa lekas bergabung, duduk di lengan sofa tempat Royal duduk tadi.
“Masih banyak di dapur kalo kurang,” jelasnya.
“Iya, makasih.”
Ren menyebar pandangan ke seluruh ruang. “Oke, semua! Kita dapat anggota baru. ID-nya Mirai. Dia masih anggota clan di game. Job-nya pasti kalian udah tau dari si mulut ember,” terangnya sambil sekilas melirik ke Vanessa yang hanya nyengir kuda. “Itu yang lagi maen kartu si Bagong sama Kuda Lumping. Salah sendiri bikin ID aneh. Terserah lo mau manggilnya gimana.”
Mirai tersenyum kikuk. Bagong itu kan em.. trus kuda lumping? Hahaha.
“Yo, Kak! Gue Kuda Lumping. Panggil aja Emping,” cerocosnya yang perawakannya jauh lebih muda dari orang-orang dalam ruangan ini.Tubuhnya kurus tapi jangkung, kulitnya cokelat gelap khas terbakar matahari.
Mirai menebak usianya di bawah dua puluh tahun. “Hai, Emping!” sapanya ramah.
Pemuda berkumis tipis di hadapan Emping melambai. “Bagong, Kak! Panggil gitu aja gapapa.”
“Eh, iya. Tapi maaf sebelumnya, gue manggil doang gak ada niatan ngehina nanti.”
“Iya, paham kok, Kak. Santuy aja,” jawab Bagong.
“Trus, yang kek orang pacaran itu Sky sama Yuna,” lanjut Ren.
Mirai menatap keduanya, seorang pemuda oriental yang tampan dan gadis mungil berwajah imut. “Ha-hai,” sapanya canggung karena ia ingat pemain bernama Sky yang pernah mencurigainya sebagai mata-mata clan.
Sky hanya tersenyum menyapa, sedangkan Yuna tampak cemberut, terutama kala menatap dada Mirai. “Heeell yaah, ada cewek lain selain aku di sini? Wack, menyebalkan!” keluh Yuna dalam Bahasa Inggris.
“Emang yang nganggap lo cewek di sini siapa? Banci Thailand jangan suka ngaku-ngaku. Sky nya aja yang bego gak bisa bedain banci sama cewek tulen,” celetuk Vanessa dalam Inggris slang.
Yuna mendengus pada Vanessa. “Diam kau gendut!” tukasnya sengit. Sedangkan Sky hanya tertawa geli di sampingnya.
Mirai tersenyum melihat Yuna. Ia tidak akan kaget akan tingkahnya, karena sejak di game warna pribadinya memang mencolok dan sering disalah pahami pemain lain. Mulutnya memang usil, tapi sebenarnya Yuna adalah gadis yang baik dan perhatian.
“Yuna itu dari clan lain, tapi karena Sky di sini. Jadi Yuna gabung ke clan kita,” jelas Ren.
“Oh, boleh ya kaya gitu?”
“Boleh kok. Kalo orang yang lo cari masuk ke clan lain, lo bisa ikut dia. Tapi itu kalo clannya mau nerima lo. Atau sebaliknya. Kalo mau masuk ke sini, gue sih gak masalah,” terang Ren. Dan Mirai hanya mengangguk saja tanda memahami. Ren pun menatap Yuna. “Karena Mirai cewek, dan kamar di sini cuma ada dua. Mulai sekarang Mirai sekamar sama kamu,” ucapnya dalam Bahasa Inggris.
Yuna terperanjat. “Heeeell noooooo! Kenapa aku harus berbagi kamar dengannya? Kenapa tidak kalian berikan saja kamar kalian yang bau itu padanya?!”
Ren melotot tajam. “Kalau tidak suka, kamu bisa balik ke clan sebelumnya buat dapat kamar sendiri.”
Yuna langsung tertawa kecut. “Ahahaha. Tentu. Aku akan de-ngan se-nang ha-ti tidur seranjang dengannya.”
“Bagus. Sekarang bawa Mirai ke kamar. Dia butuh istirahat. Oh, satu lagi, pinjamkan dia bajumu sementara ini.”
Yuna berdecak kesal. “Aye,aye, Boss!” Ia pun berdiri, saat mendekati Mirai, tingginya hanya sampai leher Mirai saja. Jadi matanya tepat sekali berada di dada Mirai, tatapannya jadi berubah sengit saat menatap gundukan besar itu. “Ayo, kita ke kamarku, eh maksudku ke kamar kita!”
Sebelum pergi Mirai menatap Ren seolah bertanya apakah dirinya akan baik-baik saja bersama Yuna.
Dan Ren mengedikkan bahu. “Lo mau tidur bareng cowok-cowok ini? Mending lo tidur sama banci dari pada sama gerombolan serigala. Kalo banci gak bakal nafsu sama lo. Jadi tenang aja, lo masih aman ama dia.” Mirai pun menghela napas pasrah mengikuti arahan Yuna yang menariknya menaiki tangga ke lantai dua.
Setelah dua gadis itu pergi, Ren bertanya pada Sky. “Tim lain belom ada yang balik?”
Sky menggeleng. “Belom. Harusnya malam ini mereka balik. Tapi gak tau juga. Mudah-mudahan mereka bisa balik selamat.”
Sebelah tangan Ren bertolak pinggang, sedangkan sebelahnya lagi mengusap tengkuknya menunjukkan gesture cemas. “Apa perlu dicari?”
Sky menggeleng. “Tunggu aja dulu. Mereka gak lemah.”
Ren menghela napas lalu membuka rompi anti peluru milik Leon baru kemudian membuka kaos hitam ketatnya, bertelanjang dada. “Okelah, gue mau mandi dulu.” Baru juga mengatakan hal itu terdengar suara debum kesal di anak tangga.
Yuna muncul di sana dengan wajah berang. “Reeeeeen!”
“Apalagi?”
Sampai di depan Ren, Yuna ternganga melihat perutnya yang berbentuk kotak-kotak. “Oh, wow! Haaaai, Sexyyyy!” sapanya yang berbicara ke perut Ren.
Sontak leader clan itu langsung menutupi perut dengan kaos yang dilepasnya tadi. “Apaan lagi?” tanyanya ulang.
Yuna menepis kaos itu sambil menggigit bibir seperti menahan pedas, tapi matanya nyalang dan nakal ingin melihat roti sobek itu lagi. Namun Ren tetap menghalanginya. “Ah, sial!” makinya gusar.
Ren menjentikkan jari di depan mata Yuna. “Fokus!”
Yuna berdecak, lalu melotot sebal pada Ren. Sekarang ada dua hal yang membuatnya jengkel, Ren menghalangi kesenangannya dan masalah yang sedang dibawanya. “Aku tidak punya pakaian yang muat buat Mirai! Bukan salahku kalau aku tidak punya dada sebesar melon!”
Semua orang di ruangan itu tertawa cekikikan sambil menggelengkan kepala. Hanya Ren yang menahan emosi sambil mengusap keningnya yang berkedut. “Oke, tunggu sini.” Lantas ia masuk ke dalam kamar para pria, mengambil kaos hitam bersih dalam tas ranselnya. Sekembalinya diserahkan kaos itu pada Yuna. “Berikan ini ke Mirai. Besok aku akan mencarikan pakaian untuknya.”
Yuna langsung menyambar kaos itu dan setengah berlari menaiki tangga menahan malu.