NovelToon NovelToon
Ibu Sambung Kekasihku

Ibu Sambung Kekasihku

Status: tamat
Genre:Fantasi Wanita / Tamat
Popularitas:538
Nilai: 5
Nama Author: Sansus

Ini salah, ini sudah melewati batas perkerjaan ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ketahuan

Banyak hal yang aku lakukan di rumah Damar, itu semua karena ibu nya yang benar-benar sangat baik pada ku, ah, aku jadi teringat sosok Bunda. Mulai dari ibu nya yang mengajak ku memetik sayuran yang ada di belakang rumah nya, kemudian memasaknya, menemani dia bercerita dan juga makan malam bersama dengan mereka.

Kini saatnya aku dan Damar kembali ke kosan, kami tidak bisa menginap karena besok aku dan Damar sama-sama harus kembali bekerja walaupun sedari tadi Ibu nya Damar terus merengek dan membujuk agar kami menginap saja, tidak boleh pulang.

Namun pada akhirnya Damar berhasil membujuk Ibu nya agar memperbolehkan kita untuk kembali ke kosan. Setelah selesai makan malam, aku dan Damar langsung berpamitan kepada kedua orang tua nya untuk pulang, kedua orang tua nya pun mengantar kami sampai ke mobil.

Mobil milik Damar melaju meninggalkan kediaman rumah keluarga nya. Namun baru beberapa meter, mobil nya tiba-tiba saja berhenti tepat di depan rumah kediaman Geovan dan juga Om Javar.

"Loh? Kok berhenti Dam?"

"Handphone aku ketinggalan Mir, kamu disini dulu ya. Biar aku ambil dulu ke rumah."

"Eh, gak mau puter balik aja mobil nya balik lagi ke rumah kamu?"

"Nggak perlu. Susah lagi nanti nya, biar aku jalan aja bentar, lagipula cuma lewat dua rumah doang. Kamu tunggu sini ya."

Aku pun hanya bisa terduduk pasrah dan berdoa semoga saja aku tidak dipertemukan oleh kedua orang yang sangat aku hindari itu. Namun, nasib baik belum berpihak kepada ku karena aku melihat gerbang rumah Geovan itu terbuka menandakan akan ada seseorang yang keluar, tapi karena mobil milik Damar yang menghalangi tepat di depan gerbang nya itu tentu saja membuat mobil yang akan keluar dari sana.

Jantung ku sudah berdetak sangat kencang dan sialnya orang yang ada di dalam mobil itu keluar dan berjalan ke arah mobil Damar, dia adalah Om Javar.

Tidak lama orang itu mengetuk kaca pintu mobil, yang sudah bisa aku tebak dia meminta agar mobil ini geser supaya mobil nya dapat keluar. Ketukan itu tidak terhenti karena memang aku belum merespon apapun, akhirnya aku pun memberanikan diri untuk membuka kaca mobil tersebut dan dapat aku lihat dia terkejut melihat ku diiringi dengan tatapan tajam.

Kikuk, aku tidak tahu ingin berkata apa, kenapa Damar lama sekali? Bisa habis aku disini. Tanpa aku sadari, orang yang sedari tadi menatap ku tajam langsung membuka paksa pintu mobil yang tentu saja membuat ku kaget.

"Om! Apaan?! Mobil orang bisa rusak kalo kamu buka paksa kayak gitu." Walaupun aku sedang ketakutan saat ini, tapi entah mengapa aku berani mengatakan hal itu.

"Keluar." Suara dingin itu milik Om Javar.

"Gak mau."

"Saya bilang keluar atau saya tarik paksa kamu dari dalam mobil."

Aku tetap pada pendirian ku tidak akan keluar dari mobil milik Damar ini meskipun pintu mobil sudah berhasil dibuka oleh Om Javar.

Tiba-tiba Om Javar menarik tangan ku dengan keras, hal itu tentu saja membuat ku kaget dan juga merasakan perih di pergelangan tangan ku.

"Saya sudah bilang baik-baik sama kamu. Tapi kayaknya kamu ini gak bisa saya baikin."

Lelaki itu langsung menyeret ku keluar dari mobil dan membawa ku masuk ke dalam rumah nya. Tentu saja selama adegan penyeretan tadi, aku masih terus berusaha memberontak agar dia melepaskan genggaman nya. Tapi nihil, hal itu tidak menggubris lelaki itu untuk melepaskan diri ku.

"Om tolong lepasin tangan ku, ini sakit."

Seakan tuli, lelaki itu tidak mendengarkan ku sama sekali. Sampai di ruang tamu rumah nya, dia langsung menghempaskan diri ku ke sofa milik nya, hal itu tentu saja membuat ku semakin ketakutan dan karena hempasan nya yang cukup kuat itu membuat perut ku sakit.

Aku langsung memegang perut ku yang sakit itu, aku meringis dibuatnya. "awh.. shh.."

Ringisan itu tentu saja didengar olehnya, tapi hal itu tentu saja bukan hal penting bagi nya, dia tidak akan peduli. Saat aku sedang meringis menahan sakit, tiba-tiba dia bertanya.

"Kemana saja kamu selama ini?"

Aku tidak berani untuk menjawab nya dan memilih untuk menunduk sambil mengelus perut ku yang masih terasa begitu sakit.

"Saya tanya sekali lagi, kemana saja kamu selama ini?!" Ucapnya dengan nada tinggi tanda dia sedang marah.

Hal itu semakin membuat aku ketakutan. "A-aku gak kemana-mana kok."

"Gak kemana-mana kamu bilang? Dan kenapa ketika di kafe waktu itu, kamu malah lari menghindar dari saya?"

Tidak ada jawaban yang dapat aku lontarkan, karena rasa takut dan sakit di perut ku lebih mendominasi.

"Kenapa? Kamu gak bisa jawab? Atau udah gak bisa ngomong sekarang?"

"Itu bukan urusan kamu!" Akhirnya entah mendapatkan keberanian dari mana, aku pun melemparkan jawaban itu.

"Wow. Setelah beberapa hari kita gak bertemu, kamu jadi kurang aja gini."

"Jangan asal bicara. Kamu yang kurang ajar!"

"Dan sudah berani melawan juga, bagus-bagus."

"Sebenarnya apa yang Om mau dari aku? Badan aku?"

"Jika kamu sudah tau, kenapa mesti bertanya balik?"

"Benar-benar bajingan! Kalo cuma itu yang Om mau, silahkan Om cari di tempat pertama kali kita terjebak dalam masalah kayak gini."

"Kenapa saya harus kembali lagi ke sana sedangkan pegawai nya saja sudah ada disini?"

"Udah berkali-kali aku bilang sama Om kalo malam itu adalah malam pertama dan terakhir aku menginjakkan kaki disitu!"

"Tidak ada yang bisa dipercaya di dunia ini, termasuk kamu."

"Ck, terserah."

Karena aku sudah sangat lelah dan malas untuk berdebat dengan nya, aku lebih memilih untuk diam sambil tangan ku yang satunya masih mengelus perut rata ku untuk meredakan rasa sakit yang ada disana.

"Sekarang kamu tinggal dimana?"

"Udah aku bilang itu bukan urusan Om! Om gak pantes buat tau tempat tinggal seorang pelacur."

"Pelacur? Siapa yang seorang pelacur."

Lelaki ini pura-pura lupa atau bagaimana, jelas-jelas dia sendiri yang secara tidak langsung mengatakan jika aku adalah seorang pelacur.

"Aku, aku pelacur Om seperti yang pernah Om bilang."

"Saya serius Amira, dimana kamu sekarang tinggal?"

"Saya juga serius dengan perkataan yang sebelumnya."

"Jangan memancing emosi saya Amira, saya bisa lebih kasar lagi dari yang tadi."

"Dari yang tadi apa? Om mau bunuh aku? Silahkan, bunuh saja aku dan anak ini"

"Memang anak jaman sekarang tidak ada sopan santun nya kepada yang lebih tua. Mulai berani lawan perkataan saya?"

"Kenapa harus takut? Kita sama-sama masih makan nasi."

Dia pun mendekat ke arah ku dengan satu tangan yang sudah melayang untuk menampar pipi ku, tapi sebelum hal itu terjadi tiba-tiba saja perut ku merasakan sakit yang luar biasa.

"Arghh!.." karena rasa sakit itu, aku pun berteriak kesakitan. Om Javar yang ada di depan ku langsung menurunkan tangan nya dan duduk di sebelah ku.

Dia berusaha untuk menggenggam tangan ku yang berkali-kali aku tepis.

"Amira, kamu kenapa?" Tanya nya lembut dan penuh rasa khawatir.

Apakah lelaki ini memiliki dua kepribadian? Kadang baik dan terkadang jahat.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!