Istri Kedua Suamiku

 "Kamu, sedang apa disini?"

"Dan ada apa, mau menemui saya?" tanya Zahra, saat dia melihat seorang pria yang dia tolong beberapa hari yang lalu.

 "Maaf nona, kalo kedatangan saya mendadak sekali," ucap Andrea tersenyum manis kearah Zahra.

"Tidak masalah, tapi ada apa ingin menemui saya?" tanya Zahra lag, penasaran.

 "Hanya untuk menemani nona, apa tidak boleh?" ujar Andrea.

"Untuk apa?" tanya Zahra, menatap aneh kearah Andrea.

"Untuk mengenal nona lebih jauh," jawab Andrea.

"Tidak perlu mengenal saya lebih jauh. Karena, tidak ada yang menarik dari diri saya," ujar Zahra.

"Terkadang, memang. Kupu-kupu tidak bisa melihat keindahannya," kata Andrea,

"Duduk dulu nona, rasanya saya tidak sopan kalo bicara dengan orang yang berdiri," titah Andrea.

 Dengan sedikit kesal, Zahra terpaksa duduk disebelah Andrea.

"Oke, aku sudah duduk, jadi mau apa lagi?" kesal Zahra.

"Kenapa nona sangat gemas sekali, saat perempuan lain bersikap baik kepada saya," ujar Andrea.

"Kenapa anda menyamakan saya dengan wanita yang mendekati anda?" Mata Zahra menatap tajam kearah Andrea.

 "Tidak bermaksud seperti itu, tetapi.." ucapan Andrea terpotong.

"Ya, tidak bermaksud. Tapi tetap saja arahnya kesana, kan." Kesal Zahra, menjawab dengan raut wajah kesal,

 "Aku tidak ada waktu menemani anda, karena aku disini harus bekerja," kata Zahra.

"Silahkan, saya akan menunggu nona," ujar Andrea tersenyum.

 "Ini orang gila, atau bagaimana sih," batin Zahra kesal.

Zahra bangkit dari duduknya, tapi.. Tangan Zahra ditarik dengan pelan.

"Saya akan menunggu anda nona." Andrea mendekat wajah Zahra.

 Zahra mencoba melepaskan cekalan tangan Andrea, namun. Tenaga Andrea jauh lebih kuat dari Zahra.

"Lepaskan dia, jangan ganggu calon istri saya!"

Terdengar suara berat seorang Xavier dari arah luar.

Dengan langkah cepat, Xavier menarik tangan Zahra.

"Jangan ganggu calon istri saya!" tegas Xavier.

"Baru calon kan, belum jadi istri."

Andrea menjawab dengan tatapan mengejek kearah Xavier.

"Kau!"

Xavier menunjuk wajah Andrea, dia sangat kesal dengan keberadaan Andrea.

"Sudah, cukup! Jangan berantem disini," kata Zahra kesal.

"Sayang, dia menganggu kamu?" tanya Xavier, memegang wajah Zahra.

"Tidak, jangan berlebihan," jawab Zahra.

Lalu Zahra meninggalkan keduanya, karena Zahra tidak mau berurusan dengan mereka.

Tapi, Xavier dengan Andrea mengikuti langkah Zahra.

"Kalian mau apa, mengikuti aku?" tanya Zahra kesal.

"Kau, untuk apa mengikuti kami," kesal Xavier.

"Saya mengikuti nona Zahra, bukan mengikuti anda tuan Xavier!" tegas Andrea.

"Sama saja, anda mengikuti kami," jelas Xavier kesal.

"Stop!"

"Keberadaan kalian menganggu pekerjaan saya!" bentak Zahra.

Kedua pria kekar itu langsung menundukan kepada di depan Zahra, tidak seperti diluar sana. Mereka selalu bengis terhadap musuh.

"Kalian pergi dari sini!" usir Zahra.

"Saya tidak mau, dia saja yang pergi," kekeh Xavier.

"Xavier, pergi!" usir Zahra.

Mendengar itu, Andrea menertawakan Xavier.

"Diam!" bentak Xavier.

 "Dari tadi saya diam, tidak berisik seperti anda!" jawab Andrea.

"Kalian kalo mau berdebat, diluar saja sana!" usir Zahra lagi.

 "Saya tidak mau!" jawab serentak.

Xavier dengan Andrea saling menatap.

"Jangan mengikuti, saya!" kesal Xavier.

"Tidak sudi, harus mengikuti anda!" jawab Andrea.

 "Kalian yang pergi, atau aku yang pergi?"

Zahra sudah sangat kesal dengan perdebatan mereka berdua.

 "Saya akan menunggu kamu di depan," ucap Xavier.

"Saya juga," balas Andrea.

"Terserah kalian mau menunggu dimana, asal jangan di depan wajah aku!" jawab Zahra.

Dengan perasaan kesal, Zahra masuk kedalam ruangan pribadinya.

"Seperti mimpi buruk."

"Dengan keberadaan Xavier saja sudah pusing setengah mampus, ditambah lagi kedatangan Andrea."

"Sepertinya aku harus menyiapkan mental yang lebih kuat!"

Zahra menggerutu sendiri didalam ruangannya.

"Mereka pasti akan berebut mengantarkan aku pulang."

 Zahra memikirkan, bagaimana caranya supaya dia bisa lepas dari kedua pria yang sangat memusingkannya.

"Aku harus pulang lewat belakang," batin Zahra tersenyum.

Zahra melihat jam, menunjukan sudah sore. Waktunya dia harus pulang. Zahra, keluar lewat pintu belakang, dia akan membiarkan mobilnya disana. Dan dia memesan taxi online.

Saat Zahra keluar, taxi sudah sampai.

"Aman."

Zahra menghela napas lega, karena sudah terbebas dari kedua pria itu.

"Meskipun cuman aman sebentar, tapi ini cukup lega," batin Zahra.

***

Setelah melewati perjalanan satu jam lamanya, akhirnya Zahra sampai di mansion.

"Loh, bukannya kamu tadi bawa mobil sendiri, kenapa pulang dengan taxi?" tanya Gunawan, kebetulan dia baru saja pulang dari kantornya.

"Ceritanya panjang pah," jawab Zahra, dengan raut wajah kesal.

"Ada masalah?"

"Wajahmu seperti sedang kesal?" tanya Gunawan.

 "Tidak ada pah," jawab Zahra,

"Lalu, kenapa wajahmu masam sekali?" tanya Gunawan lagi.

"Pah, kalo ada Xavier dengan Andrea kesini, bilang saja aku tidak mau di ganggu, ya."

"Aku cape," kata Zahra.

"Andrea?" Gunawan mengangkat alisnya, saat mendengar nama Andrea,

"Maksud kamu Andrea Mattia?" tanya Gunawan.

"Kok papah tahu?" ujar Zahra penasaran.

"Siapa yang tidak tahu tuan Andrea, dia seorang pembisnis muda seperti Xavier," jawab Gunawan.

Zahra tidak peduli dengan itu, yang penting mereka tidak menganggu dirinya.

"Itu saja pah, kalo mereka kesini, katakan saja aku sedang istirahat," kata Zahra.

"Tapi, kenapa bisa kamu berurusan dengan tuan Andrea?" tanya Gunawan, penasaran.

"Nanti aku ceritakan dengan papah, kalo sekarang, aku tidak mempunyai energi buat menjelaskan," jawab Zahra.

"Yaudah, nanti saja," kata Gunawan.

 "Aku duluan masuk kamar pah," ucap Zahra.

"Yaudah, selamat istirahat sayang," kata Gunawan.

Zahra hanya menjawab dengan senyuman dan anggukan, lalu dia masuk kedalam kamarnya.

Karena hari ini pekerjaannya banyak, Zahra merasa tubuhnya sangat lelah sekali, tanpa mengganti baju dan menghapus make up tipisnya. Zahra langsung menjatuhkan tubuhnya diatas kasur.

 "Aku butuh energi baru."

***

Sedangkan disisi lain, Xavier dengan Andrea sedari tadi saling menatap, dengan tatapan tajam.

 Tapi ada yang aneh dalam benak Xavier, karena sedari tadi, dia tidak melihat Zahra keluar dari ruangannya sedangkan karyawannya sudah pulang sebagian.

"Maaf, apa nona Zahra masih didalam?" tanya Xavier, ke pekerja lain.

"Nona Zahra sudah pulang sedari tadi tuan," jawabnya.

"Pulang? Tapi saya tidak melihat dia keluar, dan mobilnya masih ada di parkiran," kata Xavier.

"Nona Zahra tidak membawa mobilnya pulang, karena katanya ada kerusakan, jadi dia pulang dengan taxi," ucapnya.

Mendengar itu, Xavier langsung meninggalkan restoran milik Zahra, disusul dengan Andrea.

"Bajingan, kenapa dia mengikutiku!" kesal Xavier, saat melihat mobil Andrea mengikuti mobilnya.

Xavier membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi, dia mau menghindar dari Andrea.

 "Apa dia lupa, kalo saya seorang pembalap," ucap Andrea, tersenyum menyeringai.

Andrea terus mengikuti mobil Xavier. Karena arahnya sama yaitu ke mansion Watson.

 "Kita lihat, siapa yang akan menang, dihati Zahra."

***