Kekurangan kasih sayang dari papanya, membuat Jessica Maverick selalu mencari perhatian dengan melakukan tindakan di luar batas, hingga dia juluki sebagai manizer atau pemain pria.
Sampai-sampai pengawal yang ditugaskan untuk menjaga Jessica kerap kali mengundurkan diri. Mereka tidak sanggup memantau pergerakkan Jessica yang liar dan binal itu.
Tindakan yang dilakukan Jessica bukan tanpa sebab, dia hanya ingin mendapatkan perhatian dari sang papa. Namun, bukannya mendapatkan perhatian, malah berujung mendapatkan pengawalan lebih ketat dari sebelumnya.
Felix namanya, siapa sangka kehadiran pria berkacamata itu membuat hidup Jessica jadi tidak bebas. Jessica pun berencana membuat Felix tidak betah.
Apakah Felix sanggup menjalankan tugasnya sebagai bodyguard Jessica? Lalu apa yang akan terjadi bila tumbuh benih-benih cinta tanpa mereka sadari?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocean Na Vinli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kawin Lari
Stella tak bisa menjawab, cekikan Aiden membuatnya tak bisa bernapas sekarang. Sambil memegang tangan Aiden, kedua kakinya mulai terangkat ke udara. Wajah Stella pun terlihat memerah karena oksigen di paru-parunya mulai terhambat.
"Le ..., pas ...." Stella berusaha menepuk-nepuk tangan Aiden yang saat ini memandangnya dengan sangat tajam.
Detik selanjutnya, Aiden tiba-tiba menurunkan Stella.
Stella langsung terbatuk-batuk, dengan cepat menghirup udara di sekitar. Kemudian dia fokuskan pandangannya ke arah Aiden sekarang.
"Kesabaranku ada batasnya Stella, meskipun Brenda tidak ada di sisiku saat ini tapi namanya tidak akan memudar di hatiku selamanya," ucap Aiden, dingin.
"Beberapa minggu lagi akan ada surat gugatan yang harus kau tanda tangani dan mulai hari ini keluarlah dari mansionku!" tambah Aiden kembali.
Kemarin Aiden berencana menyelidiki keluarga Stella. Aiden menaruh curiga jika keluarga Owen memiliki keterlibatan dengan perusahaannya yang hampir bangkrut kala itu.
Kecurigaan Aiden bukan hanya asumsi semata. Sebab jika ditarik mundur ke belakang, kala itu tak ada satu pun perusahaan yang mau membantunya. Mereka seolah-olah menghindarinya. Aiden berkali-kali memohon, tapi tak ada hasilnya.
Aneh sekali, padahal perusahaan yang Aiden datangi merupakan perusahaan yang berteman baik dengan orangtuanya dulu. Akan tetapi, ketika bertandang pada keluarga Owen, tanpa banyak bertanya mereka langsung mengiyakan malah meminta persyaratan yang menurutnya hanya menguntungkan sebelah pihak.
Tidak hanya itu, baru-baru ini dia juga mendapat informasi dari mata-matanya bila orang yang menggelapkan uangnya berkerja di perusahaan Owen saat ini. Entah itu kebetulan atau tidak, tapi Aiden tidak bisa berpikir positif sama sekali.
Namun, karena sikap Stella yang membuatnya semakin muak, Aiden terpaksa menyudahi kecurigaannya dan mengikhlaskan bila perusahaannya yang bangkrut dulu ada campur tangan keluarga Owen.
Sekarang, Aiden memilih untuk fokus membesarkan Jessica dan melihat putri tercintanya itu bahagia. Dia tidak mau Jessica tersakiti lagi karena keegoisannya.
"Tapi Aiden aku mencintai ...."
Stella berusaha memberi tanggapan. Namun, Aiden tiba-tiba melenggang pergi dari situ. Meninggalkan Stella masih mengatur napas yang tak beraturan.
"Sialan! Mengapa jadi seperti ini!" seru Stella, mengepalkan kedua tangannya sekarang.
"Ini semua gara-gara Jessica! Aku tidak akan membiarkan Jessica maupun Brenda bahagia!" Stella melototkan mata, dia memandang pintu berganda di ruangan dengan seringai tajam membentang.
***
Sudah tiga bulan, Aiden menyandang status menjadi duda. Selama itu pula, Jessica merasa rumah dalam keadaan sangat damai.
Jessica tak lagi mendengar teriakan Stella maupun Mia. Mia dan Liam juga tidak berkuliah di kampusnya. Dari kabar burung yang berhembus, keduanya pindah ke Toronto. Jessica amat tak peduli, yang terpenting sekarang hidupnya sedikit tenang. Meskipun masalah percintaannya belum terselesaikan.
Jessica sudah berulang kali memohon pada Aiden, meminta Felix untuk tinggal lagi di mansion, tapi Aiden bersikeras menolak. Jessica pun dibuat kebingungan, Felix juga seolah-olah berpihak pada Aiden.
"Hari yang indah, sangat indah, nanti malam aku ke mana ya, bosan juga baca buku dan menonton terus." Saat ini, Jessica tengah bersantai di tepi kolam renang sambil memasukkan kedua kakinya ke air.
"Felix, mendekatlah, aku tahu kau ada di situ." Jessica tiba-tiba melirik ke salah satu pohon di ujung kolam.
Melalui sela-sela rimbunan tanaman di situ, Jessica dapat melihat Felix tengah grasak-grusuk. Dia tahu pasti Felix tak tahan dengan bikini seksi yang dipakainya sekarang.
Jessica sengaja! Sengaja memberi kucing makan.
"Sayang." Sambil tersenyum jahil Jessica beranjak cepat lalu berlari kencang menghampiri Felix.
"Gawat!" Di ujung sana, Felix tampak gelagapan, hendak berlari. Namun, kacamatanya tiba-tiba melorot. Felix dibuat makin terkejut kala Jessica meloncat tepat di hadapannya sekarang.
"No–na."
"Nona, Nona, aku ini pacarmu tahu, panggil aku sayang mulai dari sekarang," sahut Jessica sambil sesekali mengibaskan rambut berusaha menggoda Felix.
Sontak perkataan Jessica membuat Felix mendadak tersipu malu.
"Sayang," ucap Felix tanpa sadar. Matanya seketika melebar.
Felix merutuki dirinya sendiri sebab jika berhadapan dengan Jessica, anggota badannya sulit sekali dikendalikan.
Mendengar kata sayang terdengar, secepat kilat Jessica memeluk Felix sambil tersenyum senang. Lagi, lagi Felix terperanjat.
"Felix aku sangat merindukanmu, bagaimana kalau kita kawin lari saja."