NovelToon NovelToon
Meluluhkan Hati Tuan Ferguson

Meluluhkan Hati Tuan Ferguson

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Anak Kembar / Pengantin Pengganti Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Pengasuh
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Sang_Imajinasi

Isabella Rosales mencintai Alex Ferguson dan ketiga anak kembar mereka—Adrian, Eren, dan Alden—lebih dari hidupnya sendiri. Namun, kebahagiaan mereka direnggut secara paksa. Berasal dari keluarga Rosales yang merupakan musuh bebuyutan keluarga Ferguson, Isabella diancam oleh keluarganya sendiri: tinggalkan Alex dan anak-anaknya, atau mereka semua akan dihancurkan.

Demi melindungi orang-orang yang dicintainya, Isabella membuat pengorbanan terbesar. Ia berpura-pura meninggalkan mereka atas kemauannya sendiri, membiarkan Alex percaya bahwa ia adalah wanita tak berperasaan yang memilih kebebasan. Selama lima tahun, ia hidup dalam pengasingan yang menyakitkan, memandangi foto anak-anaknya dari jauh, hatinya hancur setiap hari.

Di sisi lain kota, Celine Severe, seorang desainer yatim piatu yang baik hati, menjalani hidupnya yang sederhana. Jiwanya lelah setelah berjuang sendirian begitu lama.

Takdir mempertemukan mereka dalam sebuah malam yang tragis. Sebuah kecelakaan hebat terjadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Keheningan di ruang keluarga itu terasa begitu pekat, seolah bisa disentuh. Isabella menatap proposal di tangannya, halaman-halaman yang berisi impiannya yang telah lama terkubur, dan merasakan lima tahun kesedihan, kerinduan, dan keputusasaan mengancam akan meluap dalam satu gelombang pasang emosional. Ia mengangkat kepalanya, matanya yang basah oleh air mata bertemu dengan tatapan Alex yang tajam dan menunggu.

Ia tahu ini adalah sebuah ujian. Mungkin yang paling berbahaya dari semuanya. Tapi saat ia menatap rencana untuk Yayasan Tunas Pelangi, sesuatu di dalam dirinya bergeser. Ini lebih dari sekadar jebakan atau permainan catur psikologis. Ini adalah warisannya. Ini adalah janji yang pernah ia buat untuk anak-anak yang kurang beruntung. Dan ia tidak akan membiarkan rasa takutnya menodai kesucian mimpi itu.

Mengambil napas dalam-dalam yang gemetar, ia menekan gelombang kenangan pribadi dan membiarkan gairah murni dari ide itu sendiri yang berbicara.

"Tuan Ferguson," katanya, suaranya serak namun kuat, "ini... ini bukan sekadar ide yang bagus. Ini adalah ide yang penting. Ini adalah sebuah keharusan."

Alex tidak memotongnya, hanya terus mengamatinya, membiarkannya melanjutkan.

"Latar belakang saya mungkin tidak seberapa," lanjut Isabella, secara naluriah menggunakan alibi Celine sebagai perisai sekaligus senjata. "Tapi saat saya bekerja sukarela di panti asuhan, saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri. Anak-anak yang memiliki percikan jenius di mata mereka, yang bisa menciptakan seluruh dunia dari sepotong tanah liat atau menyanyikan melodi yang paling indah tanpa pernah belajar not balok. Tapi percikan itu... sering kali padam karena tidak pernah diberi kesempatan, tidak pernah diberi kanvas atau biola."

Gairah dalam suaranya nyata. Setiap kata diucapkan dari lubuk hatinya. Ia tidak lagi berakting.

"Yayasan ini," ia menunjuk proposal itu dengan jari yang gemetar, "bukan hanya tentang memberikan pendidikan seni. Ini tentang memberitahu anak-anak itu bahwa imajinasi mereka berharga. Bahwa suara mereka pantas untuk didengar. Ini adalah sebuah suar harapan."

Matanya yang berapi-api menelusuri halaman-halaman itu, dan naluri Isabella, sang perencana brilian, mengambil alih. "Dan konsep ini," katanya, menunjuk sebuah bagian, "tentang lokakarya akhir pekan di pusat komunitas... itu bagus, tapi jangkauannya terbatas. Bagaimana jika kita membuatnya lebih dinamis? Sebuah 'Bus Pelangi'—sebuah studio seni dan musik keliling yang bisa menjangkau distrik-distrik paling terpencil di kekaisaran, tempat di mana anak-anak bahkan tidak pernah bermimpi untuk bisa memegang kuas cat asli."

Ide itu meluncur begitu saja, sebuah improvisasi jenius yang lahir dari pemahaman mendalam akan proyek tersebut.

Alex tertegun. "Bus Pelangi." Ia mengulang kata-kata itu pelan. Sebuah ide yang begitu sederhana, namun begitu kuat dan transformatif. Ide itu menangkap seluruh esensi dari apa yang pernah ia dan Isabella impikan: untuk membawa warna ke tempat-tempat yang paling kelabu.

Ia menatap wanita di hadapannya. Reaksi ini jauh melampaui apa pun yang ia harapkan. Ini bukan jawaban seorang karyawan yang mencoba mengesankan bosnya. Ini adalah respons seorang visioner yang melihat langsung ke jantung sebuah ide. Gairah itu, kecerdasan itu, kecepatan berpikirnya... semuanya adalah gema yang begitu kuat dari Isabella hingga membuatnya merinding.

Ia telah menjebak seekor burung dara, tetapi yang menjawabnya adalah seekor elang.

Alex membuat keputusan saat itu juga. Sebuah keputusan yang melawan setiap sel logis di otaknya, namun terasa benar di dalam hatinya. Ia tidak peduli lagi dengan kebohongan atau kebetulan. Ia hanya tahu bahwa wanita di hadapannya ini memahami proyek ini dengan cara yang tidak akan pernah bisa dipahami oleh orang lain.

"Wawasan Anda sangat berharga, Nona Severe," kata Alex, suaranya kini terdengar berbeda. Nada interogasinya telah lenyap, digantikan oleh nada hormat yang tulus. "Saya ingin Anda meninjau seluruh proposal ini. Berikan saya catatan lengkap dan revisi apa pun yang menurut Anda perlu. Anggap ini sebagai proyek sampingan, tentu saja, di luar tugas utama Anda dengan anak-anak."

Isabella mendongak, matanya membelalak tak percaya. Ini bukan penolakan. Ini bukan jebakan lanjutan. Ini adalah... sebuah undangan. Sebuah tawaran kepercayaan.

"Saya... saya tidak tahu harus berkata apa, Tuan," bisiknya. "Ini sebuah kehormatan."

"Kerjakan di waktu luang Anda," kata Alex, berdiri dan mengakhiri percakapan itu sebelum suasana menjadi terlalu personal. "Saya ingin melihat draf pertama Anda dalam seminggu."

Saat Alex berjalan kembali ke ruang kerjanya, sebuah pemahaman baru mulai terbentuk di benaknya. Ia mungkin tidak akan pernah bisa membuktikan siapa Celine Severe sebenarnya. Mungkin memang tidak seharusnya. Mungkin, untuk saat ini, cukup dengan mengetahui bahwa ia telah menemukan kembali sesuatu yang ia kira telah hilang selamanya: seorang mitra.

Hari-hari berikutnya terasa seperti fajar setelah malam yang panjang. Sebuah rutinitas baru terbentuk, yang dijalin di antara jadwal bermain anak-anak. Siang hari, Isabella adalah Nona Celine, pengasuh yang sabar dan penuh kasih. Ia membangun benteng bersama Adrian, menari bersama Eren, dan berlari bersama Alden.

Namun di malam hari, setelah anak-anak tertidur lelap, ia akan pergi ke perpustakaan rumah yang besar dan sunyi. Di sana, di bawah cahaya lampu baca yang hangat, ia akan membuka map biru itu dan kembali menjadi Isabella. Ia bekerja dengan semangat yang telah lama ia rindukan, menuangkan semua ide dan hasratnya ke atas kertas. Ia merevisi anggaran, merancang ulang logo, dan menulis proposal untuk program "Bus Pelangi" dengan detail yang cermat.

Beberapa malam, Alex akan bergabung dengannya. Ia akan masuk ke perpustakaan dengan dalih membaca, tetapi Isabella tahu ia datang untuk berdiskusi. Mereka akan duduk di ujung meja yang berlawanan, awalnya berbicara dengan canggung tentang poin-poin dalam proposal. Namun seiring berjalannya waktu, jarak di antara mereka memendek.

Mereka berdebat tentang strategi penggalangan dana. Mereka tertawa saat Isabella menceritakan ide gila tentang lokakarya melukis dengan lumpur. Mereka bekerja bersama, otak mereka bersinergi dengan cara yang familier dan mendebarkan. Untuk pertama kalinya dalam lima tahun, mereka kembali menjadi sebuah tim. Dinding di antara mereka, yang dibangun dari rasa sakit dan kecurigaan, perlahan-lahan terkikis oleh tujuan bersama yang mulia.

Isabella merasa hidup kembali. Ia tidak lagi hanya bertahan hidup; ia berkembang. Ia menggunakan pikirannya, kecerdasannya, dan hatinya. Ia tidak hanya merawat anak-anaknya; ia kini sedang membangun masa depan untuk mereka dan anak-anak lain yang tak terhitung jumlahnya.

Suatu malam, saat ia sedang begitu asyik membuat sketsa desain interior untuk Bus Pelangi, ia tidak menyadari bahwa Alex tidak lagi membaca bukunya. Pria itu hanya duduk diam, mengamatinya dari seberang meja. Ia mengamati cara Isabella menggigit bibir bawahnya saat berkonsentrasi, cara sehelai rambutnya jatuh di wajahnya, dan cara matanya berbinar penuh semangat di bawah cahaya lampu.

Pemandangan itu begitu indah dan begitu menyakitkan. Itu adalah pemandangan yang telah ia rindukan setiap hari selama lima tahun.

Pertanyaan di benak Alex kini bukan lagi "Siapa kau?". Pertanyaan itu terasa tidak relevan lagi. Pertanyaan yang kini menghantuinya di setiap keheningan malam, pertanyaan yang menakutkan sekaligus penuh harapan, adalah:

"Apakah kau benar-benar kembali padaku?"

1
Indah Ratna
bagus thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!