Di era teknologi yang melesat bak roket, manusia telah menciptakan keajaiban: sistem cerdas yang beroperasi seperti teman setia. Namun, Arcy, seorang otaku siswa SMA kelas akhir, merasa itu belum cukup. Di puncak gedung sekolah, di bawah langit senja yang memesona, ia membayangkan sistem yang jauh lebih hebat—sistem yang tak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada kekuatan energi spiritual, sebuah sistem cheat yang mampu merajut takdirnya sendiri. Mimpi itu, terinspirasi oleh komik-komik isekai kesukaannya, membawanya ke petualangan yang tak terduga, sebuah perjalanan untuk mewujudkan sistem impiannya dan merajut takdir dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evolved 2025, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menelan Pil Jiwa
Mentari pagi menyusup malu-malu di antara gedung-gedung tinggi, menyinari sebagian jalanan kota yang mulai menggeliat.
Arcy duduk di kursi belakang taksi, merasakan sejuknya embusan angin pagi yang masuk melalui jendela yang sedikit terbuka.
Pikirannya masih dipenuhi dengan rasa penasarannya terhadap Sekar, dan keputusannya untuk mengonsumsi pil jiwa.
Ia merasa sedikit gugup, namun juga bersemangat.
Ia menoleh ke arah jendela lagi, memperhatikan orang-orang yang beraktivitas di pagi hari. Ada yang berolahraga, ada yang berangkat kerja, ada yang mengantar anak sekolah. Masing-masing memiliki tujuan dan semangatnya sendiri. Arcy merasa termotivasi oleh mereka.
Ia menarik napas dalam-dalam, mengisi paru-parunya dengan udara segar.
Taksi berbelok ke jalan yang menuju taman. Arcy bisa melihat pepohonan rindang dan bunga-bunga berwarna-warni dari kejauhan. Ia merasa semakin dekat dengan tujuannya. Tak sabar untuk segera tiba dan memulai perjalanan barunya.
Setelah beberapa saat menaiki taksi, Arcy tiba di taman yang cukup ramai. Arcy mengamati sekeliling, mencari tempat yang agak sepi untuk bermeditasi.
Arcy memilih tempat di bawah pohon rindang, jauh dari keramaian. Ia duduk bersila, menarik napas dalam-dalam, dan mulai bermeditasi. Ia merasakan energi spiritual di sekitarnya berputar-putar, seolah menyambut kedatangannya.
Perlahan, ia membuka peti kecil berisi pil jiwa. Dengan ragu, ia memasukkan pil itu ke dalam mulutnya dan menelannya.
Seketika, tubuhnya terasa panas. Energi spiritual mengalir deras ke seluruh tubuh, membangkitkan kekuatan yang selama ini terpendam. Ia merasakan sensasi yang luar biasa, seolah seluruh sel dalam tubuhnya bergetar.
Arcy mengerang kesakitan, namun ia berusaha menahannya. Ia tahu, ini adalah proses yang harus ia lalui untuk menjadi lebih kuat. Ia terus bermeditasi, menyerap energi spiritual sebanyak mungkin.
Saat Arcy sedang bermeditasi, dua orang lewat disitu tertawa kecil karena menganggapnya aneh.
Sementara dibalik pohon, tampak seorang pria sedang mengamati Arcy. Pria itu adalah Yuan yang penasaran dengan Arcy dan terus mengikutinya.
Beberapa saat sebelumnya, ia sempat dikejutkan dengan Arcy yang tiba-tiba mengalami lonjakan energi spiritual dengan aura yang kuat, dan saat itu ia mulai yakin kalau Arcy memang seorang Awakener.
Ia saat ini ingin mengawasi Arcy, memastikan tidak ada orang yang mengganggunya.
Tiba-tiba seorang pria datang menghampirinya.
"Yuan," panggil pria itu tersenyum.
Pria itu memancarkan aura elegan dan percaya diri yang kuat. Rambut hitam legamnya ditata rapi dengan belah samping modern yang berkelas, membingkai wajah tegas dengan rahang kuat dan hidung mancung. Senyum tipisnya menawan.
Ia mengenakan setelan jas biru cerah yang pas di badan, dipadukan dengan kemeja putih yang sedikit terbuka, menciptakan kesan santai namun tetap formal. Sentuhan akhir berupa bros kecil di kerah jas dan sapu tangan senada di saku dada, serta ikat pinggang hitam yang serasi, melengkapi penampilannya. Keseluruhan gayanya adalah perpaduan klasik dan modern, memancarkan profesionalisme, dan kepercayaan diri.
Mata Yuan menyipit, melihat orang yang datang.
"Indra?!"
Sementara itu, disekolah. Sekar tampak sedang berada diruang loker guru atau ruang pribadi.
"Rin, aku ingin memberitahumu sesuatu," Sekar memulai, suaranya sedikit ragu. Sekar sedang duduk di ruang Rina, menikmati teh yang disajikan Rina.
Rina mengangkat alis, "Ada apa, Lis, maksudku, Sekar?” tanya Rina dari bangkunya sambil memegangi sebuah dokumen. “Kamu kelihatan serius."
Sekar menghela nafas. "Indra... dia pernah datang ke apartemenku."
Rina terdiam sejenak, lalu mengangkat bahunya. "Oh, terus? Memangnya kenapa kalau dia datang?"
Sekar sedikit terkejut dengan reaksi Rina yang begitu tenang. "Kamu nggak marah atau apa gitu?"
Rina menggeleng pelan sambil tersenyum tipis. "Marah? Buat apa? Dia itu masa lalu, Lis. Aku justru menyesal pernah termakan rayuannya dulu."
Elis mengangguk, lega melihat Rina sudah benar-benar melupakan Indra.
Rina menyesap tehnya, lalu menatap Sekar dengan tatapan ingin tahu. "Jadi, apa yang dia lakukan di apartemenmu?"
Sekar menghela napas, "Dia memintaku untuk menjalankan misi bersamanya. Katanya, itu misi dari Profesor."
Rina tertawa kecil, namun ada nada mengejek di dalamnya. "Misi dari Profesor? Alasan klasik. Itu cuma akal-akalannya saja, Lis. Dia itu cuma cari kesempatan buat deketin kamu." Rina menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kamu kan tahu sendiri, Indra itu orangnya seperti apa." Ia menatap Sekar dengan serius. "Terus, kamu jawab apa ke Indra?"
"Aku menolaknya," jawab Sekar tegas. "Aku nggak mau ninggalin Arcy yang lagi sakit."
Rina mengangguk-angguk, merasa lega mendengar jawaban Sekar. "Bagus, Lis. Kamu harus hati-hati sama orang kayak dia. Indra itu licik dan nggak akan segan melakukan apa saja buat dapetin apa yang dia mau."
Rina tampak sedikit khawatir. "Aku juga sedikit khawatir sama nasib Arcy kedepannya. Kalau Indra tahu kamu deket sama seorang pria, dia pasti akan melakukan segala cara buat ngejauhin Arcy dari kamu. Kamu tahu sendiri kan, Indra itu obsesinya sama kamu udah nggak ketulungan. Bisa saja... dalang dibalik kejadian kemarin, dia orangnya."
"Maksudmu... Zarthus?" Sekar terkejut. Sekar terdiam dalam pikirannya. "Aku mengerti, Rin. Terima kasih sudah mengingatkanku. Aku akan lebih berhati-hati lagi. Aku nggak akan biarin Indra menyakiti Arcy atau siapa pun yang mencoba menyakitinya."
Sekar menggenggam cangkir tehnya erat, matanya memancarkan emosi yang kuat. "Dan soal Indra... aku akan coba menghadapinya dengan tenang. Aku nggak mau terpancing emosi dan melakukan hal yang bisa aku sesali nantinya."
Rina berkata, "aku sudah nggak peduli lagi sama dia. Sekarang, yang penting buatku cuma Yuan dan masa depanku."
Sementara itu, di alam bawah sadar, Arcy perlahan membuka mata, dan mendapati dirinya berdiri di atas lautan antara siang dan malam. Arcy terkejut mengetahui dirinya masuk ke alam bawah sadarnya.
Ia melihat META di pulau malam, tampak luar biasa.
Arcy melihat ke arah pulau siang, heran, ‘dia berada di tempat ini sebelum waktunya?’
Ia menatap air dibawahnya, sedikit ragu untuk melangkah, hawatir akan tenggelam lagi.
Arcy mencoba menggunakan kekuatannya, tapi tidak bisa.
META menkonfirmasi, "di alam bawah sadar, penggunaan kekuatan dibatasi hanya pada kekuatan sejati. Tuan belum sepenuhnya membangkitkan kekuatan tersebut. Saat ini, Tuan baru mencapai tahap membangkitkan akar jiwa surgawi, yang merupakan syarat utama untuk mengakses kekuatan sejati."
Arcy terkejut, "Kekuatan sejati?"