NovelToon NovelToon
ME?

ME?

Status: tamat
Genre:Percintaan Konglomerat / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Romansa / Tamat
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Bravania

Ketika Tuan Muda punya perasaan lebih pada maid sekaligus sahabatnya.
Gala, sang pangeran sekolah, dipasangkan dengan Asmara, maidnya, untuk mewakili sekolah mereka tampil di Festival Budaya.
Tentu banyak fans Gala yang tak terima dan bullyan pun diterima oleh Asmara.
Apakah Asmara akan terus melangkah hingga selesai? Atau ia akan mundur agar aman dari fans sang Tuan Muda yang ganas?

Happy Reading~

•Ava

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bravania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Habit

Pukul 6.30. Jika biasanya Asmara sedang menunggu Gala, sekarang ia sedang menunggu bus yang menuju sekolahnya.

Tapi, saat Asmara memainkan kerikil di dekat kakinya, sebuah motor CBR hitam berhenti tepat di depannya.

Asmara menatap si pengendara. Diam menanti helm itu terbuka.

"Menunggu bus?"

"Bastian?"

Si pemilik nama tersenyum lucu mendapati respon Asmara yang terlihat sedikit kaget.

"Iya. Mau ke sekolah, kan? Ayo, berangkat denganku!"

"Tidak perlu. Aku bis-"

"Tidak menerima penolakan."

Kedua remaja berseragam sama itu saling tatap sampai akhirnya Sebastian memutuskan untuk menarik lengan Asmara agar segera naik ke bocengan motornya.

"Tolong jangan ngebut! Aku tak berani."

"Haha. Kau takut dengan kecepatan, ya?"

"Ish. Jangan meledekku!" Dapat Sebastian lihat dari pantulan kaca spion, Asmara mencebik kesal.

'Lucunya!' -Sebastian

Tawa Sebastian terdengar sebelum melajukan motornya menuju sekolah mereka.

~·~

Gala menatap foto yang kini terbuka di layar ponselnya. Vidi baru saja mengirim foto itu ke ponselnya. Ia meremat ponselnya kuat lalu beranjak dari duduknya.

Ia tak habis pikir kenapa Asmara harus bersama pemuda yang dibencinya itu.

"Kenapa harus dengan dia, Asmara?!"

Geraman tertahan keluar dari bibir putra tunggal keluarga Pramadana itu.

Dari tempatnya sekarang, bisa Gala lihat Asmara yang mencebik sebal karena Sebastian mengacak rambutnya.

Tanpa berpikir panjang, Gala mendekati mereka. Hah.. dan siswa yang ada di sana dipastikan bisa merasakan aura gelap dari pemuda berbibir sexy itu.

"Ikut!"

Tanpa sempat melawan, Asmara sudah dibawa pergi oleh Gala. Bahkan Sebastian hanya bisa tersenyum miris menyaksikannya.

~·~

"Gala, lepas! Kau ini apa-apaan?!"

Gala menulikan pendengarannya.

"Gala, sakit!"

Ya karena genggaman pemuda itu memang terlalu kuat dan kasar. Bahkan mungkin genggamannya akan meninggalkan bekas.

"Bukankah sudah pernah ku bilang untuk tidak mendekatinya lagi?!"

Gala menghempaskan genggamannya cukup kasar begitu sampai di area sekolah yang sepi. Bahkan ia berucap keras pada gadis di depannya itu.

Asmara diam. Mencoba mengumpulkan keberanian untuk membalas ucapan Gala.

"Huh.. dia t-temanku, Gala. Lagipula, Bastian hanya menawariku tumpangan ke sekolah."

"Kau bisa berangkat denganku. Kenapa harus dengan dia?!"

"Ki-kita.. sudah pernah.. membahasnya, bukan?"

Gala meremat rambutnya kasar.

"Tapi aku tak suka!!"

Asmara berjengit kaget. Runtuh sudah keberanian yang tadi ia kumpulkan.

"Ma-maaf. T-tapi aku.. juga punya-Hiks-kehidupanku sendiri."

Asmara menarik napasnya dalam-dalam agar nafasnya tidak terlalu sesak.

"Aku sudah pernah bilang, kan. Aku harus menjauhimu saat di sekolah. Aku hanya akan bertindak selayaknya seorang maid. Aku ini hanya seorang maid, Gala. Dan tak seharusnya seorang Tuan memberikan perhatian lebih pada maidnya."

Gala berniat memeluk Asmara tapi gadis itu mundur untuk menghindar.

"Please. Kau harus tahu, kau lebih dari itu bagiku."

Tatapan memohon yang jarang sekali terlihat, kini muncul di mata Gala.

"Ku mohon. Menjauhlah. Setidaknya sampai aku siap."

Asmara beranjak pergi. Kini tinggal Gala yang terdiam tak tahu harus bagaimana merespon ucapan gadis yang disayanginya itu.

~·~

Sepulang sekolah, Asmara mendatangi ruang tari. Bagaimanapun juga, ia punya tanggung jawab untuk ikut di Festival budaya bulan depan.

"Sudah datang? Ayo, berlatih!"

Asmara mengangguk. Meletakkan tasnya di sudut ruangan, di samping tas Gala.

Gala sendiri menyalakan musik untuk melakukan pemanasan. Selesai pemanasan, mereka mulai merancang gerakan. Iya, baru gerakan. Mereka masih harus menunggu editing lagu yang belum selesai.

Di tengah tengah gerakan, Gala tiba-tiba membungkuk memegangi perutnya dan mendesis pelan. Sebenarnya Gala sudah merasakan perih di lambungnya sejak setengah jam yang lalu, tapi ia tahan. Ia tak ingin terlihat lemah di depan Asmara.

Asmara yang melihatnya langsung.membawa Gala untuk duduk. Diluruskannya kaki pemuda tinggi itu.

"Kau kenapa??"

"Sshh.. lamhbungkuh.."

Deg

'Apa dia tidak makan siang?' -Asmara

"Tunggu sebentar."

Asmara mengambil kotak bekal juga botol minum dari tasnya. Lalu ia membuka tas Gala. Berharap Tuannya itu masih membawa obat maag nya.

Gotcha!! Ternyata ada.

Asmara membawa semua itu dan meletakkannya di samping Gala.

"Kau itu kenapa bodoh sekali, sih?! Jika aku tidak membawakanmu bekal, setidaknya kau bisa makan di kantin bersama temanmu. Dasar bodoh!"

Gala tersenyum tipis mendengar omelan dari gadis berfreckles di depannya. Ia menerima obat yang sudah diberikan Asmara lalu menelannya.

Ia menatap Asmara yang sibuk merapikan kantung obat dan membuka bekalnya.

"Aku sudah terbiasa denganmu. Jika bukan kau yang menyuruhku, mana mau aku makan apalagi bersama orang lain."

Tak ada respon dari Asmara. Dia mendengarnya. Sangat jelas malah, tapi ya.. Dia harus bisa bersikap biasa, kan?

Jika boleh jujur. Ia juga tak kepikiran makan tadi. Entahlah..

"Makan."

Asmara mendekatkan kotak bekalnya yang terbuka pada Gala.

"Suapi aku."

"Kau bisa menggunakan kedua tanganmu, Tuan Muda Gala."

"Bukankah maid harus menuruti permintaan tuannya?"

Seringai jail tipis samar-samar tercetak di bibir Gala.

Asmara menatap kesal pada Gaka. Oke! Ini namanya senjata makan tuan. Asmara pun pasrah dan mulai menyuapi tuan mudanya.

"Jangan memasang senyum menyebalkan itu di depanku!"

Gala tertawa pelan melihat wajah kesal Asmara. Lalu menatap Gadis itu dengan tatapan teduh. Sedang Asmara hanya memilih fokus menyuapinya sampai kotak bekalnya kosong.

"Jangan maenjauhiku, ku mohon."

Asmara selesai memberesi kotak bekalnya lalu menatap Gala.

"Hah.. kita sudah pernah membicarakan ini, Gala."

"Tapi setidaknya jangan mendiamkanku di rumah."

Karena memang Asmara juga mendiamkan Gaka di rumah. Ia hanya akan bicara pada Gala jika si Tuan Muda Pramadana itu memerlukannya.

"Aku tak janji."

Asmara beranjak mengembalikan bekalnya dan obat Gaka lalu kembali dan duduk di sampingnya.

"Mau latihan lagi atau pulang? Sebaiknya pulang saja. Aku tak yakin kau kuat untuk menari."

"Kau selalu tahu yang terbaik untukku, Mara."

"Kau ini berisik sekali."

"Aku suka berisik saat di dekatmu."

Gala terkekeh pelan sedang Asmara merotasikan matanya. Jengah ia dengan sikap Gala.

"Ya sudah. Ku telponkan Pak Adit dulu."

Selesai menelpon Pak Adit, Asmara membawa tasnya dan Gala lalu membantu pemuda itu berdiri.

"Kau bisa jalan sendiri, kan?"

Sebenarnya Asmara tahu Gaka tak akan bisa berjalan sendiri. Lambungnya yang perih sudah dipastikan membuat Gala tak akan kuat berdiri. Bahkan Asmara tak melepaskan lengannya dari pinggang Gala sejak ia membantunya berdiri.

"Kau tahu jawabannya tanpa harus ku katakan, Asmara."

Asmara berdecak. Bukannya ia tak mau mengurusi Gala saat sakit seperti ini. Sangat mau. Tapi ia hanya takut jika ada siswa yang melihatnya. Tapi harus bagaimana lagi? Akhirnya Asmara memapah Gala sampai ke lobi.

Pak Adit yang sudah menunggu berlari kecil agar bisa membantu Asmara. Lalu mendudukkan Gaka di kursi tengah.

"Tuan Muda kenapa, Asmara?"

"Maag nya kambuh, Pak Adit. Asmara minta maaf."

Asmara menunduk.

"Kau dan Tuan Muda sedang bertengkar ya?"

Asmara diam dan semakin menunduk.

"Cepat berbaikan ya. Suasana hati Tuan Muda sangat bergantung padamu, Asmara."

Asmara mengangguk dan masuk ke kursi di samping kemudi.

"Mara, temani aku di sini."

Asmara menatap Pak Adit meminta jawaban yang lalu diangguki samar oleh pria paruh baya tersebut.

Asmara berpindah mendudukkan dirinya di samping Gala. Dan tanpa aba-aba, pemuda itu menyandarkan kepalanya ke perpotongan leher Asmara serta memeluk pinggang rampingnya.

Asmara dan Pak Adit bertatapan lewat cermin yang tergantung di atas dashboard mobil.

"Pak Adit, ayo jalan! Perutku perih."

"Ah. Baik, Tuan Muda."

Mobil itu pun melaju keluar dari area sekolah. Dan pada akhirnya Asmara hanya bisa membiarkan Gala dengan posisinya. Sesekali ia mengelus kepala pemuda itu saat mobil berguncang kecil.

1
Awa De UwU lavita uwu
Akhirnya ketemu cerita yang bikin aku kecanduan baca!
Ava: ikutin terus ceritanya yaa. happy reading😘
total 1 replies
Texhnolyze
Ceritanya keren banget, thor. Sangat menginspirasi!
Ava: aw.. makasiii. semoga ceritaku bisa menghibur temen temen. pantengin terus yaa😆
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!