reeva dipaksa menikahi seorang pria dewasa penerus grup naratama, kehidupan reeva berubah 180°, entah kehidupan bagaimana yang akan reeva jalani.
dukung karya saya yah 🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ewie_srt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
empat belas
Cuaca pagi hari yang terasa dingin dan mendung, derai rinai gerimis menyambut matahari yang malu-malu menunjukkan diri. Reeva menggeliatkan tubuhnya yang terasa kaku, cuaca dingin pagi itu benar-benar membuatnya malas beraktifitas. Reeva menarik selimut tebalnya kembali, reeva meringkuk di balik selimut yang menyelubungi seluruh tubuhnya.
"tok..tok.."
Suara ketukan di pintu kamar reeva, membuat gadis itu menghembuskan nafasnya kasar. Dengan langkah gontai, seraya meraih cardigannya yang terletak di kursi meja riasnya. Reeva menyeret langkahnya, mengenakan cardigan dan membuka pintu kamar.
birru..
Pria itu berdiri di ambang pintu, masih mengenakan piyamanya, dilapisi cardigan dengan bahan rajut.
Bola mata reeva melebar, ia tidak menyangka birru berdiri di depan pintunya. Dengan penampilan barefacenya, birru tetap terlihat tampan maksimal, sesaat reeva terpaku menatap wajah suaminya yang menoleh ke arahnya.
"ayo sarapan.." ajak birru dengan suara baritonnya, reeva yang terpaku dengan wajahnya yang merona merah, mengikuti birru dari belakang bagai kerbau yang di cocok hidungnya.
"kamu ada kegiatan lain hari ini?" birru menatap reeva yang sedang menyesap teh hangat yang terhidang di meja makan.
Reeva menggeleng, tatapan matanya terlihat berbinar menatap meja makan yang penuh dengan hidangan sarapan, reeva menunjuk beberapa mangkuk prasmanan berisi bubur ayam, menawarkan pada birru yang menggeleng menolak.
"roti bakar saja" pinta pria itu, menunjuk botol selai kacang. Reeva mengangguk dan menyiapkan roti yang birru pinta.
"hari ini aku libur, aku dan adrian akan ke bandung dan mungkin lusa baru pulang, apakah kamu tidak ingin pulang ke rumah orangtuamu?"
"tidak..." geleng reeva cepat, reeva merasa kepulangannya bukanlah hal yang ditunggu-tunggu orangtuanya. Pembicaraan di grup keluarga mereka tadi malam saja, tidak sekalipun orangtuanya menyinggung tentang kepulangannya yang sudah hampir 2 bulan sejak menikah, reeva belum pernah pulang sama sekali.
Reeva menatap birru yang mengunyah rotinya tenang, pria itu mengunyah rotinya namun matanya tetap mengamati reeva yang terlihat sedih. Reeva membuang pandangannya ke arah lain, tatapan tajam birru seakan-akan menelanjanginya.
"aku akan menemani buk rosmah belanja bulanan saja, dan malam ini rencananya aku akan mencari universitas yang sesuai dengan minatku" sambung reeva riang, namun matanya tak mampu berbohong, ada sekelumit rasa sedih di mata itu. Birru tidak menjawab, hanya matanya tak lelah mengamati reeva yang terlihat sedikit canggung.
"jam berapa kalian berangkat?" tanya reeva berusaha mengalihkan perasaan sedih di hatinya, tangannya menyuap bubur ayam kesukaannya yang pagi ini terasa hambar. Jujur , sebenarnya reeva merindukan keluarganya, tapi entah mengapa reeva merasa keluarganya sengaja membuang dirinya. 2 bulan sudah reeva tidak pulang, sekalipun mereka tidak ada yang bertanya kabarnya. Sesekali hatinya berusaha memaklumi karena saat ini, orangtua reeva sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan pernikahan rania. Tapi apakah sesulit itu untuk mengetikkan sebuah kalimat, menanyakan kabar reeva.
Reeva terlihat tidak berselera, bubur ayam di dalam mangkuknya hanya diaduk-aduk tak bersemangat.
"kalau kamu rindu, kamu bisa pulang reeva" suara birru mengagetkan reeva. Birru tahu ada sesuatu yang mengganjal di hati gadis cilik di hadapannya ini, wajah reeva yang tadinya cerah, saat ini terlihat sendu.
"nggak perlu" sahut reeva pelan, namun wajahnya tersenyum manis, lebih tepatnya reeva memaksakan senyum itu terlihat manis, agar birru yakin bahwa dirinya baik-baik saja.
"aku harus belajar menjadi kuat, aku bukan lagi hanya putri bungsu mereka, sekarang aku memiliki tanggung jawabku sendiri, jadi aku harus kuat"
Birru mengangguk-anggukan kepalanya paham, pria itu meraih gelas susunya dan menyesapnya sampai habis.
"seandainya saja, pertemuan ini bisa diikuti oleh para istri, aku akan mengajakmu, sayangnya pesta ini untuk melepas masa lajang temanku yang ada di bandung"
Reeva tertegun, ucapan birru barusan mengingatkan ucapan pria itu di awal pernikahan mereka, melarang reeva untuk ikut ataupun mencampuri urusan birru. Mata besar reeva mengamati birru, menatap mata abu-abu milik pria itu. Seakan ingin menyelami pikiran birru, apakah pria itu lupa kalau dulu ia melarang reeva untuk bergantung kepadanya dan mencampuri semua urusannya. Kenapa sekarang, tanpa angin ataupun hujan, pria itu mengajaknya.
"nggak apa-apa kok, lagian aku udah janji sama buk rosmah, untuk menemani beliau belanja keperluan rumah dan dapur" sahut reeva menenangkan birru, terlihat ucapan birru tadi tulus dari hatinya. Dan entah mengapa hati reeva menghangat karenanya.
Reeva masih melambaikan tangannya, walau mobil yang birru dan adrian kendarai sudah hilang dari pandangannya. Bibir mungil reeva tersenyum, mengingat bagaimana tadi birru terlihat tidak suka, kalau tidak mau disebut cemburu. Adrian seperti ikan yang kehabisan air, mulutnya tak henti-hentinya berceloteh tentang segala hal. pria yang lebih tua setahun dari birru itu, ternyata masih memiliki hubungan kekerabatan dengan birru dari om harris. Adrian adalah keponakan om harris, adrian adalah seorang pria tampan yang sangat ramah dan baik hati. Selama reeva berbicara dengan adrian, reeva dapat merasakan bahwa adrian memiliki kepribadian yang baik. Dan itu berbanding terbalik dengan birru. Suaminya itu sedikit tempramental.
Beberapa kali tadi reeva melihat kilatan tak suka dari mata birru, ketika reeva mengobrol akrab dengan adrian. Pria itu menanyakan segala hal tentang reeva, berbagai hal mereka obrolkan. Puncak ketidak sukaan birru terlihat ketika reeva dan adrian bercerita tentang pertandingan bola yang disiarkan live tadi malam, ternyata adrian juga menontonnya. Dan yang lebih gongnya, ternyata adrian juga seorang gooners. Reeva begitu bersemangat begitu juga adrian, sampai mereka tak menyadari tatapan birru yang bagai laser, menghunjam tak suka menatap keakraban mereka. Adrian, pria ramah itu, reeva yakin Tidak akan beranjak pergi, jika birru tidak menyeretnya.
"hhhhhhhhh" reeva menghela nafasnya berat, reeva berbalik masuk, setelah asap dari mobil yang birru kendarai benar-benar hilang dari pandangannya. Langkah kakinya yang berat, menunjukkan bahwa saat ini ada yang sedang membebani hatinya. Reeva merasa ada yang kosong, kepergian birru barusan, meninggalkan sebuah rasa di hatinya, hampa.
"astaga.." seru reeva cepat menggelengkan kepalanya, pipinya merona, reeva tersenyum salah tingkah, tangannya mengipasi pipinya yang mendadak menghangat.
"aku tidak boleh menyukai birru, tidak boleh..tidak boleh" afirmasi reeva dengan mengulang-ulang dalam hati, bibirnya juga terlihat komat-kamit merapalkan afirmasi itu layaknya sebuah mantra.
"menyukai seorang pria yang jelas-jelas seorang casanova, seorang playboy kaya raya, yang hanya menganggap wanita adalah salah satu barang indah yang layak dikoleksi, hanya akan membuat hati lelah" batin reeva lagi dalam hati.
Reeva melangkah pasti, menuju ke lantai 2, setelah hatinya merasa yakin, bahwa afirmasinya berhasil.
Bersambung...