Pengasuh Buat Candu

Lina si gadis lugu mulai terjebak oleh Bagas. Pesona lelaki itu mampu menaklukan hatinya. Dulu waktu di kampung ia begitu takut berdekatan dengan lelaki tapi sekarang rasanya ia begitu nyaman berada di dekat Bagas apalagi dalam delapan hangat lelaki itu.

"Bukan mana?" tanya majikan perempuan Lina pulang kerumah.

"Ada di kamarnya, nyonya." jawab Lina sopan.

"Kamu ngapain di sini? kenapa Bima kamu tinggal sendirian? kalau terjadi sesuatu bagaimana?" hardik Ana istrinya Bagas.

"Saya mau ambil minum, nyonya. Ini juga mau balik lagi kesana." jawab Lina sedikit kesal karna majikan wanitanya selalu saja memarahi dirinya. Entah ia salah apa sedari awal wanita itu selalu saja tak pernah ramah pada dirinya.

"Saya dengar suami saya sangat perhatian sama kamu, benar begitu?" tanya Ana sinis.

"Ya ga mungkinlah nyonya, mungkin berita yang nyonya dengar salah. Tuan mungkin kemaren perhatian karna saya yang dua puluh empat jam menjaga den Bima selama di rawat di rumah sakit, nyonya. Selebihnya biasa - biasa saja, nyonya." jelas Lina sedikit berbohong.

"Awas kamu coba - ciba rayu suami saya, yang kemaren masih berlaku." ancam Ana.

"Baik, nyonya. Saya ingat semuanya nyonya. Apa nyonya masih ada perlu sama saya? Kalau ga saya mau balik kekamar den Bima." pamit Lina sopan.

"Saya juga mau melihat putra saya." Ana berjalan dilain menuju kamar putranya dan Lina terpaksa mengikuti dari belakang.

Ana memperhatikan putranya yang tengah tertidur. Wajah yang begitu damai, ada rasa bersalah saat menatap wajah tanpa dosa itu. Berapa waktu yang ia korban hanya demi ambisinya sehingga ia m3luapak anak dan suaminya.

Ana pulang bukan tanpa sebab, salah seorang orang kepercayaannya yang bekerja di rumah ini mengabari dirinya jika suaminya begitu dekat dengan pengasih putranya.

Kedekatan mereka bukanlah layaknya pekerja dengan majikan. Tapi sepertinya ada sesuatu yang mereka sembunyikan. Jika Anda menemukan bukti hubungan terlarang anatara suaminya dan Lina ia tidak akan tinggal diam. Ia akan melakukan sesuatu yang akan membaut keduanya menyesal terutama pengasuh putranya.

Begitulah setiap kedatangan Ana selaku saja akan mengintimidasi pengasuh putranya. Lina juga tak pernah mengadu pada tuanya. Karan selagi tidak membahayakan dirinya ia tidak akan meminta bantuan tuannya.

"Kenapa kamu melamun, yang. Ga baik seorang gadis melamun sore - sore begini, nanti di culik lelembut." Bagas yang baru saja pulang dari kantornya langsung mencari keberadaan Lina yang Ia rindukan.

"Tuan, udah pulang." Lina mencoba tersenyum tapi yang kelihatan hanya seringai.

"Ada apa, ga biasanya kamu melamun kaya gini." Bagas memutar tubuh Lina menghadap pada dirinya dan mencium bibir ranum gadis itu sekilas.

"Hanya teringat ibu dan adik - adik saya tuan." jawab Lina dengan wajah sendu. Sudah setahun alamnya ia bekerja mengasuh Bima. Belim pernah sekalipun ia pulang menemui ibu dan adik - adiknya.

"Kamu mau pulang?" tanya Bagas lembut menatap manik mata gadis yang sudah mengisi hari - harinya lebih bewarna dan bersemangat kembali.

"Kalau saya pulang den Bima bagaimana tuan, siap yang akan mengasuhnya." Itulah dilema yang dialami oleh Lina yang sudah terlanjur menyayangi Bima.

"Bagaimana jika sabtu besok kita pulang kekampung kamu?"

Lina menatap lekat mata lelaki yang bersamanya dirinya saat ini, ia mencari kebohongan tapi tidak ia temukan. Akankah Lina setuju dengan ide Bagas?

...****************...

Assalamualaikum kk, terimakasih supportnya dan jangan lupa tinggalkan jejak berupa like dan komen dan vote yang banyak biar thor semakin semangat untuk melanjutkannya bab selanjutnya 💪😘🙏🙏