"Hai Om, ganteng banget sih. mana lucu, gemesin lagi."
"Odel. a-ah, maaf tuan. teman saya tipsy."
Niccole Odelia jatuh cinta pada pandangan pertama pada seseorang pria dewasa yang ditemuinya di bar. meski mabuk, dia masih menginggat dengan baik pria tampan itu.
Edgar Lysander, seorang pengusaha yang tampan dan kaya. dia tertarik pada Odelia yang terus menggodanya. namun dibalik sikap romantisnya, ada sesuatu yang dia sembunyikan dari Odelia.
Akankah cinta mereka semulus perkiraan Odelia? atau Odelia akan kecewa dan meninggalkan Edgar saat mengetahui fakta yang disembunyikan Edgar?
ikuti terus kisah cinta mereka. jangan lupa follow akun Atuhor.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Addryuli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 31
"Beruntung banget Odelia dapet duda kaya. Gue juga mau dong satu." ucap Cessa sambil cemberut.
Zara memutar bola matanya malas lalu menonyor kepala sahabatnya.
"Siapa juga yang mau sama lo Cess?"
Cessa menatap Zara dengan tatapan sendu. "Jahat banget lo jadi sahabat."
Odelia menutup bukunya, dia tak bisa fokus belajar saat kedua sahabatnya justru saling debat didepannya.
"Bisa berhenti debat nggak sih? Pusing nih gue dengernya."
Cessa melipat kedua tangannya ke atas meja lalu sedikit mencondongkan tubuhnya. Dia menatap Odelia dengan saksama.
"Lo pake pelet apa?"
Zara tambah geram saat omongan Cessa semakin ngelantur. Dia tak segan-segan mencubit lengan Cessa sedikit keras hingga Cessa mengaduh kesakitan.
"AW."
"Ssttt."
Seketika orang-orang yang sedang belajar di perpustakaan kompak menyuruh Cessa untuk diam.
Cessa menutup mulutnya sendiri lalu melirik Zara dengan tajam.
"Tuh kan, gara-gara lo gue jadi ditegur mereka." kesal Cessa.
Zara menutup mulutnya menahan tawa, sedangkan Odelia mendengus sebal. Saat ini mereka sedang belajar di perpustakaan untuk mengikuti ujian semester satu. Tak hanya mereka saja, tapi dari berbagai kelas serta jurusan juga memenuhi perpustakaan.
"Jangan berisik makanya." tegur Odelia.
"Del Del, ada Aston." bisik Zara sambil menepuk-nepuk lengan Odelia.
Odelia mengikuti arah petunjuk Zara, dia melihat Aston masuk ke perpustakaan bersama teman-temannya. Sejak beberapa hari, dia sudah tak lagi dihampiri atau sekedar disapa dan bertemu dengan Aston. Biasanya cowok itu setiap hari akan selalu menghampirinya.
"Kalian marahan?" tanya Cessa.
Odelia menggelengkan kepalanya pelan. "Enggak."
"Tumben nggak pernah nyamperin, gue kira lagi marahan." tebak Cessa.
"Aneh banget, padahal setiap hari dia nggak pernah absen nyamperin lo Del." sambung Cessa.
Odelia hanya mengedikan bahunya. "Gue juga nggak tahu, biarin aja lah. Bagus dong kalo dia nggak pernah ganggu gue, jadi gue nggak kaya ngasih harapan palsu-"
"Hai Del."
Belum sempat Odelia menyelesaikan kata-katanya, suara Aston lebih dulu terdengar ditelinganya. Ketiganya menoleh ke samping menatap Aston yang tengah tersenyum manis pada Odelia.
Cessa dan Zara saling tatap, mereka saling mengedip-ngedipkan mata seperti sedang saling memberi kode.
"H-hai As." balas Odelia.
"Buat kamu, dimakan ya."
Aston meletakan roti serta susu kotak ke meja tempat Odelia duduk.
"Makasih ya." ucap Odelia.
Aston tersenyum lalu mengangguk, dia kemudian pergi begitu saja dari meja Odelia menuju mejanya dengan teman-temannya.
"Belum juga ketelen nih ludah udah dateng aja." bisik Zara.
"Itu tandanya dia masih suka sama lo Del, kemarin mungkin khilaf aja jauhin lo."
Bugh.
Odelia memukul kepala Cessa menggunakan roti pemberian Aston.
"Jangan keras-keras Cess."
"Buka dong, gue laper nih." ucap Zara sambil menatap roti ditangan Odelia.
Dari tempatnya, Aston bisa melihat Odelia yang tengah bercanda dengan kedua sahabatnya. Dia menarik sudut bibirnya.
"Aku nggak akan nyerah buat dapetin hati kamu Del." batin Aston.
Sepulang sekolah, Odelia mampir ke toko kue langganannya. Dia masuk ke toko lalu mulai melihat kue yang akan dia beli serta mengambil pesanan mamanya.
"Enak-enak banget." gumam Odelia saat melihat etalase kue itu.
"Kak, mau tiramisu satu ya."
Odelia sedikit mendongak saat mendengar suara perempuan disampingnya. Dia mengerutkan keningnya saat merasa familiar dengan wajah wanita itu.
"Kaya pernah lihat, tapi dimana ya?" Batin Odelia.
"Ada yang bisa saya bantu kak?"
Odelia terkejut saat pelayan menyapanya, dia menegakkan tubuhnya sedikit gugup. Wanita disamping Odelia melihat Odelia dengan tatapan datar.
"Mau ambil pesanan mama Tessa kak." jawab Odelia.
"Baik, tunggu sebentar ya kak."
Odelia mengangguk lalu melirik wanita disampingnya yang juga tengah menatapnya.
"Sayang, apa sudah?"
Tatapan Odelia berlaih menatap pria yang baru saja datang lalu memeluk pinggang wanita itu dengan mesra.
"Sudah, ayo kita pergi."
"Pesanannya kak."
Odelia memperhatikan sepasang pria dan wanita tadi. Dia semakin yakin bahwa dia pernah bertemu dengan mereka, namun Odelia begitu sulit mengingatnya.
"Kak."
Odelia kembali terkejut saat lengannya dicolek.
"Ah, iya kak maaf. Totalnya berapa kak?"
"Ini notanya kak."
Odelia mengangguk lalu mengeluarkan kartunya, setelah selesai membayar pesanannya dia segera keluar dari toko kue itu.
"Yah, udah pergi."
Mata Odelia terus memperhatikan mobil berwarna silver yang baru saja pergi meninggalkan toko kue itu. Dia menghembuskan nafas pelan kemudian berjalan menuju mobilnya.
Sepanjang jalan dia kembali mengingat-ingat siapa wanita tadi, Odelia menggit kuku jarinya sambil fokus memperhatikan jalan.
"Ih, siapa sih? Bikin kesel aja."
Hingga mobilnya masuk ke pekarangan mansion, Odelia masih belum bisa mengingat nama wanita tadi.
Blam.
Odelia menutup pintu mobilnya sedikit kasar karena dia merasa kesal tak berhasil mengingat wanita tadi. Dia berjalan masuk ke rumah.
"Mah." panggil Odelia.
"Nyonya di belakang non, lagi nanam bunga." Ucap bik Ratih.
Odelia duduk dimeja pantry lalu meletakkan paper bag berisi kue pesanan mamanya.
"Non mau makan biar bibik siapin."
Odelia menggeleng pelan. "Nggak ah bik, Odel ke atas aja. Itu nanti kasih ke mama ya bik."
"Siap non."
Odelia berjalan gontai menuju anak tangga, kepalanya mendongak menatap satu per satu anak tangga didepannya.
"Bisa nggak sih langsung ngilang terus tiba-tiba dikamar? Capek banget harus naik tangga mulu tiap hari." gerutu Odelia.
Mau tak mau Odelia mulai menginjak anak tangga hingga sampai di kamarnya, dia merebahkan tubuhnya ke ranjang sambil menatap langit-langit kamarnya.
Drrtt.
Drrtt.
Odelia mengambil ponselnya yang bergetar, seketika senyumnya mengembang saat melihat siapa yang menghubunginya.
"Halo om."
"Halo gadis kecil, lagi apa?"
"Lagi rebahan om, capek banget habis pulang sekolah."
"Aku ganggu?"
"Enggak om, nggak ganggu sama sekali."
"Justru Om bikin Odel semangat empat lima lagi." batin Odelia.
"Kenapa, kok wajahnya cemberut gitu?"
Odelia mengerucutkan bibirnya. "Om pernah nggak sih kaya ketemu orang terus orang itu berasa nggak familiar tapi om lupa namanya?"
"Entah, mungkin pernah. Memang ada apa?"
"Tadi waktu ambil kue pesanan mama, Odel ketemu sama seorang wanita. Nah, Odel tuh ngerasa kaya pernah ketemu sama dia tapi lupa dimana."
"Mungkin hanya perasaan kamu saja."
"Enggak om, Odel bener-bener pernah lihat. Tapi siapa kapan dan dimananya Odel lupa. Kan jadi kesel sendiri."
Edgar tertawa melihat ekspresi Odelia yang nampak kesal.
"Coba diingat-ingat lagi, terakhir kamu pergi kemana. Siapa tahu nanti ingat."
"Udah om, tapi masih nggak ingat."
"Mungkin kalian pernah ketemu di sekolah, jalan, supermarket atau Mall."
Seketika Odelia membelakan matanya, dia bangkit dari posisi berbaringnya menjadi duduk.
"Mall?" batin Odelia.
"Ah, Odel ingat om. Odel ketemu sama dia di Mall waktu Odel nonton sama Aston. Iya ya, itu emang dia."
"Memang siapa?"
"Dia itu tantenya Aston om. Astaga, kok gue sampai lupa sih."
"Tantenya Aston?"
Odelia mengangguk. "Iya, dia beli tiramisu cake tadi sama suaminya. Mesra banget, tapi sayang tatapannya galak."
"E-em Del. Aku tutup dulu ya, ada yang masuk."
"Iya om, semangat kerja ya."
Tut.
Setelah panggilan video terputus, Odelia kembali merebahkan tubuhnya.
"Ah, akhirnnya bisa tidur nyenyak." ucapnya.